Seperti halnya manusia yang rentan terhadap berbagai penyakit menular, hewan pun tak luput dari ancaman wabah. Salah satu momok terbesar bagi peternakan di Indonesia adalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Sejak kemunculannya kembali pada 2022, PMK menjadi ancaman nyata, menghantam sektor peternakan yang menjadi tulang punggung ekonomi banyak keluarga. Namun, seperti halnya setiap wabah, PMK bisa ditangani dengan kolaborasi yang kuat, langkah strategis, dan, tentu saja, semangat gotong-royong.
Apa Itu PMK?
PMK disebabkan oleh virus Foot and Mouth Disease Virus (FMDV) yang menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Virus ini sangat menular dan dapat menyebar melalui udara, air liur, susu, bahkan kontak langsung antara hewan. Gejalanya mencakup luka pada mulut, kuku yang terkelupas, demam tinggi, serta penurunan nafsu makan.
Meski angka kematian akibat PMK relatif rendah—sekitar 5-10%—dampak ekonominya luar biasa besar. Hewan yang terinfeksi mengalami penurunan produktivitas, seperti susu yang berkurang hingga 80% atau bobot badan yang sulit dipertahankan. Bagi peternak kecil, kehilangan satu sapi saja sudah seperti kehilangan separuh pendapatan tahunan.
Mengapa PMK Kembali Menghantui?
PMK pernah diberantas di Indonesia pada 1986, menjadikan negara ini bebas PMK selama lebih dari tiga dekade. Namun, kemunculannya kembali pada 2022 menimbulkan pertanyaan besar: apa yang salah? Ada beberapa faktor yang perlu dicermati:
Ketidakdisiplinan dalam Pengawasan
Beberapa laporan menunjukkan lemahnya pengawasan impor hewan dari negara-negara yang masih memiliki kasus PMK aktif. Meski peraturan ada, implementasinya seringkali longgar. Akibatnya, virus berhasil "menumpang" masuk ke Indonesia.Kurangnya Vaksinasi Preventif
Selama puluhan tahun bebas PMK, vaksinasi dianggap tidak lagi penting. Ini menjadi celah besar ketika virus kembali menyerang, sebab hewan ternak tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.Minimnya Edukasi Peternak
Banyak peternak yang belum memahami gejala awal PMK dan cara pencegahannya. Ketidaktahuan ini sering membuat mereka terlambat mengambil tindakan, sehingga virus menyebar lebih luas.
Dampak yang Luas dan Kompleks
Dampak PMK tidak hanya dirasakan peternak, tetapi juga konsumen. Ketika wabah meluas, harga daging dan susu melonjak. Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa produksi susu nasional turun sekitar 20% pada puncak wabah 2022. Selain itu, pemerintah harus mengalokasikan anggaran besar untuk penanganan wabah, termasuk pengadaan vaksin, pengobatan, dan kompensasi untuk peternak yang hewannya dimusnahkan.
Melawan PMK: Langkah Strategis
Mengatasi PMK memerlukan pendekatan menyeluruh, dari pencegahan hingga penanganan. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diambil:
Vaksinasi Massal
Vaksinasi adalah kunci utama untuk mencegah penyebaran PMK. Pemerintah telah mendistribusikan jutaan dosis vaksin, tetapi cakupannya harus diperluas. Program vaksinasi juga harus dilakukan secara rutin, tidak hanya saat wabah terjadi.Peningkatan Edukasi Peternak
Peternak harus diberi pemahaman yang cukup tentang cara mendeteksi gejala PMK sejak dini dan langkah-langkah pencegahannya. Penyuluhan berbasis komunitas bisa menjadi solusi, karena lebih dekat dengan para peternak.Pengawasan Ketat Impor Hewan
Regulasi terkait impor hewan harus diperketat, terutama dari negara-negara yang masih memiliki kasus PMK. Pemerintah juga perlu memperkuat infrastruktur karantina hewan untuk memastikan tidak ada hewan terinfeksi yang lolos masuk ke Indonesia.Manajemen Karantina dan Pemusnahan
Hewan yang terinfeksi perlu segera dikarantina untuk mencegah penyebaran. Dalam kasus ekstrem, pemusnahan hewan terinfeksi harus dilakukan, tentu dengan kompensasi yang adil bagi peternak.Pemanfaatan Teknologi
Teknologi seperti aplikasi berbasis data dapat digunakan untuk melacak penyebaran PMK secara real-time. Dengan data yang akurat, pemerintah dan peternak dapat mengambil keputusan lebih cepat dan tepat.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Tidak hanya pemerintah dan peternak, masyarakat umum juga punya peran dalam melawan PMK. Sebagai konsumen, kita bisa mendukung peternak lokal dengan membeli produk mereka, meski dalam kondisi sulit. Selain itu, masyarakat perlu diedukasi untuk tidak panik terhadap produk hewan yang aman dikonsumsi.
PMK memang tidak menular ke manusia, tetapi kebersihan tetap harus dijaga. Hindari membeli daging atau susu dari sumber yang tidak jelas, dan pastikan produk hewan dimasak dengan benar.
Refleksi dan Harapan
Wabah PMK mengajarkan kita bahwa keberlanjutan sektor peternakan membutuhkan komitmen bersama. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga peternak, konsumen, dan seluruh elemen masyarakat harus bersinergi.
Sejarah membuktikan, PMK pernah dikalahkan di Indonesia, dan kini saatnya kita mengulangi keberhasilan itu. Dengan vaksinasi, edukasi, dan pengawasan yang lebih baik, PMK bisa kembali menjadi bagian dari masa lalu. Dan di balik setiap krisis, selalu ada pelajaran: bahwa kekuatan gotong-royong adalah obat paling mujarab untuk menghadapi tantangan sebesar apa pun.
Mari bersama kita selamatkan ternak, peternak, dan ekonomi rakyat dari pegebluk PMK. Karena, seperti kata pepatah, "Di mana ada kemauan, di situ ada jalan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H