Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Melawan Pagebluk PMK, Jalan Panjang Menyelamatkan Ternak dan Peternak

10 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 10 Januari 2025   14:39 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) - ekonomi.bisnis.com

Seperti halnya manusia yang rentan terhadap berbagai penyakit menular, hewan pun tak luput dari ancaman wabah. Salah satu momok terbesar bagi peternakan di Indonesia adalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Sejak kemunculannya kembali pada 2022, PMK menjadi ancaman nyata, menghantam sektor peternakan yang menjadi tulang punggung ekonomi banyak keluarga. Namun, seperti halnya setiap wabah, PMK bisa ditangani dengan kolaborasi yang kuat, langkah strategis, dan, tentu saja, semangat gotong-royong.

Apa Itu PMK?

PMK disebabkan oleh virus Foot and Mouth Disease Virus (FMDV) yang menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Virus ini sangat menular dan dapat menyebar melalui udara, air liur, susu, bahkan kontak langsung antara hewan. Gejalanya mencakup luka pada mulut, kuku yang terkelupas, demam tinggi, serta penurunan nafsu makan.

Meski angka kematian akibat PMK relatif rendah—sekitar 5-10%—dampak ekonominya luar biasa besar. Hewan yang terinfeksi mengalami penurunan produktivitas, seperti susu yang berkurang hingga 80% atau bobot badan yang sulit dipertahankan. Bagi peternak kecil, kehilangan satu sapi saja sudah seperti kehilangan separuh pendapatan tahunan.

Mengapa PMK Kembali Menghantui?

PMK pernah diberantas di Indonesia pada 1986, menjadikan negara ini bebas PMK selama lebih dari tiga dekade. Namun, kemunculannya kembali pada 2022 menimbulkan pertanyaan besar: apa yang salah? Ada beberapa faktor yang perlu dicermati:

  1. Ketidakdisiplinan dalam Pengawasan
    Beberapa laporan menunjukkan lemahnya pengawasan impor hewan dari negara-negara yang masih memiliki kasus PMK aktif. Meski peraturan ada, implementasinya seringkali longgar. Akibatnya, virus berhasil "menumpang" masuk ke Indonesia.

  2. Kurangnya Vaksinasi Preventif
    Selama puluhan tahun bebas PMK, vaksinasi dianggap tidak lagi penting. Ini menjadi celah besar ketika virus kembali menyerang, sebab hewan ternak tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.

  3. Minimnya Edukasi Peternak
    Banyak peternak yang belum memahami gejala awal PMK dan cara pencegahannya. Ketidaktahuan ini sering membuat mereka terlambat mengambil tindakan, sehingga virus menyebar lebih luas.

Dampak yang Luas dan Kompleks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun