Petani kecil sering kali tertinggal dalam hal teknologi. Padahal, penggunaan teknologi modern seperti drone untuk pemantauan lahan, smart irrigation, atau aplikasi prediksi cuaca bisa sangat membantu meningkatkan hasil panen.
3. Keterlibatan Masyarakat Lokal
Salah satu kekuatan program ini adalah pendekatannya yang berbasis komunitas. Petani tidak hanya dijadikan pelaksana, tetapi juga harus diberdayakan sebagai pengambil keputusan. Ini penting untuk menciptakan rasa kepemilikan terhadap program.
4. Diversifikasi Pangan
Program ini tidak hanya berfokus pada komoditas besar seperti beras atau jagung, tetapi juga memperhatikan pangan lokal seperti sorgum, ubi, atau sagu. Diversifikasi ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas sekaligus mendukung keberagaman pangan Nusantara.
Tantangan di Lapangan
Tentu saja, ide sebaik apa pun tidak akan berjalan mulus tanpa hambatan. Ada beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam implementasi Small Food Estate:
- Konflik Lahan
Mengelompokkan lahan kecil menjadi klaster sering kali memicu konflik, terutama jika ada perbedaan kepemilikan atau batas wilayah yang tidak jelas. Mediasi yang efektif menjadi kunci dalam hal ini.
- Perubahan Iklim
Perubahan pola cuaca akibat pemanasan global menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian. Program ini harus disertai dengan strategi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
- Pendanaan
Membangun Small Food Estate membutuhkan investasi besar, baik dari pemerintah maupun sektor swasta. Transparansi dalam penggunaan anggaran menjadi hal krusial agar program ini tidak berujung pada pemborosan atau penyalahgunaan dana.
Mimpi Swasembada Pangan