Selain itu, lebih banyak kandidat berarti lebih banyak ruang diskusi. Fokus masyarakat akan bergeser dari “saya melawan kamu” menjadi “apa gagasan terbaik untuk Indonesia.” Perdebatan politik akan lebih kaya, bukan hanya soal siapa yang lebih hebat, tetapi juga siapa yang menawarkan solusi terbaik untuk masalah bangsa.
Menghapus presidential threshold juga membuka peluang bagi figur independen untuk mencalonkan diri. Indonesia membutuhkan sosok-sosok baru yang tidak terikat pada kepentingan partai politik. Figur independen ini bisa menjadi angin segar dalam politik kita, membawa harapan baru dan mendobrak kebuntuan yang selama ini terjadi.
Tantangan dan Solusi
Tentu, menghapus presidential threshold tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu tantangannya adalah potensi munculnya terlalu banyak kandidat, yang bisa membingungkan pemilih. Namun, ini bisa diatasi dengan mekanisme seleksi yang lebih adil, misalnya melalui verifikasi ketat terhadap visi, misi, dan program kerja calon.
Tantangan lainnya adalah resistensi dari partai-partai besar yang selama ini diuntungkan oleh aturan ini. Namun, jika kita benar-benar ingin mengutamakan kepentingan bangsa, resistensi ini harus dihadapi dengan keberanian politik. Dialog yang konstruktif antara berbagai pemangku kepentingan perlu dilakukan untuk mencapai konsensus.
Membangun Demokrasi yang Lebih Sehat
Menghapus presidential threshold adalah salah satu langkah untuk membangun demokrasi yang lebih sehat dan inklusif. Dengan memberikan ruang bagi lebih banyak kandidat, kita tidak hanya memperkaya pilihan rakyat, tetapi juga mengurangi tensi politik yang selama ini memecah belah kita.
Bayangkan pemilu di mana masyarakat tidak lagi saling serang karena perbedaan pilihan, tetapi saling berbagi gagasan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Bayangkan sebuah demokrasi di mana setiap suara benar-benar dihitung, tanpa harus terjebak dalam polarisasi yang tidak produktif.
Apakah ini mimpi yang terlalu indah? Tidak, ini adalah cita-cita yang bisa kita capai jika kita memiliki keberanian untuk berubah. Karena pada akhirnya, demokrasi adalah tentang rakyat, bukan tentang ambang batas. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H