Tahun 2024 ini, usiaku genap 41. Angka ini sering disebut-sebut sebagai masa keemasan dalam hidup seseorang, puncak karier, dan kematangan pribadi. Namun, benarkah usia 40-an adalah puncak segalanya? Atau justru awal dari perjalanan baru? Kalau hidupku ini difilmkan, kira-kira film apa yang paling pas menggambarkannya?
Usia 40-an: Antara Mitos dan Realitas
Banyak motivator, pakar karier, bahkan nasihat-nasihat klasik yang mengatakan bahwa usia 40-an adalah masa seseorang mencapai puncak potensinya. Alasannya masuk akal: di usia ini, kita biasanya sudah cukup matang secara emosional, memiliki pengalaman kerja yang panjang, dan lebih paham tentang apa yang kita inginkan dalam hidup. Tapi, apakah itu berlaku untuk semua orang?
Mari kita jujur. Tidak sedikit orang yang justru merasa sedang “meraba-raba” ulang kehidupannya di usia 40-an. Krisis paruh baya bukan sekadar mitos; itu nyata, dan bisa jadi momen refleksi besar. Di usia ini, banyak orang bertanya pada dirinya sendiri: Apakah aku sudah di jalur yang benar? Apakah aku benar-benar mencintai apa yang aku lakukan? Atau, apakah aku hanya menjalani hidup seperti robot?
Film yang Menggambarkan Usia 40-an
Kalau ada satu film yang cocok menggambarkan usia ini, mungkin The Intern (2015) bisa jadi pilihan. Film ini menceritakan kisah Ben Whittaker (diperankan oleh Robert De Niro), seorang pensiunan berusia 70 tahun yang memutuskan kembali bekerja sebagai intern di perusahaan rintisan digital milik Jules Ostin (Anne Hathaway). Meski usia Ben jauh di atas 40-an, perjuangannya menemukan makna baru dalam hidup relevan untuk mereka yang berada di titik transisi.
Film ini mengajarkan bahwa puncak karier bukan soal jabatan atau gaji, melainkan bagaimana kita menemukan kebahagiaan dan arti dalam pekerjaan kita. Ben menunjukkan bahwa usia tidak membatasi semangat belajar dan kontribusi, bahkan di tengah dunia kerja yang dikuasai generasi muda.
Film lain yang layak disebut adalah Julie & Julia (2009). Julie Powell (Amy Adams) merasa terjebak dalam pekerjaannya yang membosankan. Dia memulai proyek memasak berdasarkan buku resep Julia Child, yang akhirnya membawanya pada pencerahan karier dan hidup. Julie menggambarkan bahwa menemukan kembali passion, bahkan di usia yang lebih tua, adalah hal yang wajar dan mungkin.
Menatap Masa Depan
Di usia 41 ini, pertanyaan besar bagi diriku adalah: apa sebenarnya yang ingin kucapai? Apakah aku mengejar puncak karier sesuai standar sosial? Atau mengejar apa yang benar-benar membuatku bahagia?
Pertanyaan ini penting karena, jujur saja, puncak karier tidak selalu identik dengan kesuksesan yang terlihat dari luar. Banyak orang yang “sukses” di mata dunia, tetapi merasa kosong di dalam. Sebaliknya, ada pula yang hidupnya sederhana tetapi penuh kebahagiaan karena mereka menemukan arti sejati dari apa yang mereka lakukan.
Dalam konteks ini, teori psikologi dari Abraham Maslow tentang hierarki kebutuhan bisa menjadi refleksi. Di usia ini, banyak dari kita mungkin sudah melewati kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, dan rasa aman. Fokus kita bergeser ke kebutuhan yang lebih tinggi, seperti pencapaian diri (self-actualization). Namun, pencapaian diri ini tidak selalu soal karier, tetapi bisa berupa kontribusi sosial, hubungan yang bermakna, atau bahkan sekadar menikmati hidup dengan damai.
Kritik terhadap Narasi “Puncak Karier”
Narasi bahwa usia 40-an adalah puncak karier bisa jadi menyesatkan. Tidak semua orang memiliki jalur hidup yang linear. Ada yang mencapai puncak di usia muda, seperti Steve Jobs, tetapi ada juga yang menemukan kesuksesan setelah usia 50, seperti Colonel Sanders dengan KFC-nya.
Lagipula, hidup bukanlah lomba untuk mencapai puncak tertentu. Jika kita terlalu fokus pada “puncak,” kita mungkin lupa menikmati perjalanan. Bukankah yang lebih penting adalah bagaimana kita merasa hidup setiap hari?
Ada juga bias budaya di sini. Di banyak masyarakat, usia 40-an dianggap sebagai waktu untuk “mapan,” sementara usia tua dianggap sebagai masa pensiun. Padahal, di banyak kasus, usia tua justru menjadi waktu untuk memulai hal-hal baru.
Babak Baru, Bukan Akhir
Tahun 2024 adalah penanda penting dalam hidupku, bukan karena aku harus mencapai “puncak,” tetapi karena aku diberi kesempatan untuk merefleksikan perjalanan ini. Usia 41 bukan tentang berapa banyak yang telah kuraih, tetapi tentang bagaimana aku menikmati setiap langkah yang kuambil.
Film seperti The Intern dan Julie & Julia mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang penuh babak baru. Setiap usia membawa tantangan dan peluangnya sendiri.
Jadi, apakah usia 40-an adalah puncak karier? Mungkin iya, mungkin tidak. Tapi bagiku, usia 41 adalah waktu untuk hidup dengan lebih sadar, lebih bermakna, dan lebih berani mengejar apa yang benar-benar penting. Karena pada akhirnya, hidup bukan soal mencapai puncak, tetapi soal bagaimana kita menikmati pendakian itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H