Pertanyaan ini penting karena, jujur saja, puncak karier tidak selalu identik dengan kesuksesan yang terlihat dari luar. Banyak orang yang “sukses” di mata dunia, tetapi merasa kosong di dalam. Sebaliknya, ada pula yang hidupnya sederhana tetapi penuh kebahagiaan karena mereka menemukan arti sejati dari apa yang mereka lakukan.
Dalam konteks ini, teori psikologi dari Abraham Maslow tentang hierarki kebutuhan bisa menjadi refleksi. Di usia ini, banyak dari kita mungkin sudah melewati kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, dan rasa aman. Fokus kita bergeser ke kebutuhan yang lebih tinggi, seperti pencapaian diri (self-actualization). Namun, pencapaian diri ini tidak selalu soal karier, tetapi bisa berupa kontribusi sosial, hubungan yang bermakna, atau bahkan sekadar menikmati hidup dengan damai.
Kritik terhadap Narasi “Puncak Karier”
Narasi bahwa usia 40-an adalah puncak karier bisa jadi menyesatkan. Tidak semua orang memiliki jalur hidup yang linear. Ada yang mencapai puncak di usia muda, seperti Steve Jobs, tetapi ada juga yang menemukan kesuksesan setelah usia 50, seperti Colonel Sanders dengan KFC-nya.
Lagipula, hidup bukanlah lomba untuk mencapai puncak tertentu. Jika kita terlalu fokus pada “puncak,” kita mungkin lupa menikmati perjalanan. Bukankah yang lebih penting adalah bagaimana kita merasa hidup setiap hari?
Ada juga bias budaya di sini. Di banyak masyarakat, usia 40-an dianggap sebagai waktu untuk “mapan,” sementara usia tua dianggap sebagai masa pensiun. Padahal, di banyak kasus, usia tua justru menjadi waktu untuk memulai hal-hal baru.
Babak Baru, Bukan Akhir
Tahun 2024 adalah penanda penting dalam hidupku, bukan karena aku harus mencapai “puncak,” tetapi karena aku diberi kesempatan untuk merefleksikan perjalanan ini. Usia 41 bukan tentang berapa banyak yang telah kuraih, tetapi tentang bagaimana aku menikmati setiap langkah yang kuambil.
Film seperti The Intern dan Julie & Julia mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang penuh babak baru. Setiap usia membawa tantangan dan peluangnya sendiri.
Jadi, apakah usia 40-an adalah puncak karier? Mungkin iya, mungkin tidak. Tapi bagiku, usia 41 adalah waktu untuk hidup dengan lebih sadar, lebih bermakna, dan lebih berani mengejar apa yang benar-benar penting. Karena pada akhirnya, hidup bukan soal mencapai puncak, tetapi soal bagaimana kita menikmati pendakian itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H