Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Membentuk Soft Skill Anak Melalui Turnamen SSB: Lebih dari Sekedar Sepak Bola

29 Desember 2024   17:36 Diperbarui: 30 Desember 2024   08:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SSB Putra Halilintar Juara 3 | dokumentasi pribadi

Sepak bola, seperti hidup, penuh dengan kejutan. Terkadang, meskipun tim sudah bermain sangat baik, mereka tetap kalah. Kekalahan di turnamen SSB memberikan pelajaran penting tentang bagaimana menghadapi kegagalan.

Misalnya, seorang anak yang menangis setelah kalah dalam adu penalti mungkin awalnya merasa dunia runtuh. Tetapi, melalui bimbingan pelatih dan dukungan teman-temannya, ia belajar bahwa kekalahan adalah bagian dari perjalanan, bukan akhir segalanya. Dari sini, ia belajar resilience---kemampuan bangkit setelah jatuh---yang akan sangat berguna ketika ia menghadapi tantangan di masa depan.

Kepemimpinan di Lapangan dan di Luar Lapangan

Turnamen SSB juga menjadi arena pembelajaran kepemimpinan. Siapa yang akan mengatur strategi? Siapa yang akan memberikan motivasi saat tim sedang terpuruk? Anak-anak yang terpilih menjadi kapten tim belajar mengambil tanggung jawab, membuat keputusan cepat, dan menjaga semangat tim.

Lebih dari itu, mereka juga belajar memimpin dengan empati. Tidak semua anak memiliki keterampilan sepak bola yang sama, tetapi seorang kapten yang baik tahu bagaimana memotivasi setiap anggota tim, termasuk yang kurang percaya diri. Kepemimpinan semacam ini sangat relevan di dunia kerja nanti, di mana manajer dituntut untuk mengelola tim dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam.

Kritik dan Tantangan dalam Turnamen SSB

Tentu saja, turnamen SSB bukan tanpa kritik. Ada orang tua yang terlalu ambisius, menekan anak-anak mereka untuk menang dengan segala cara. Ada juga pelatih yang lebih fokus pada hasil akhir daripada proses pembelajaran. Di sinilah pentingnya pendekatan yang bijaksana dari semua pihak---orang tua, pelatih, dan penyelenggara turnamen.

Turnamen SSB seharusnya menjadi ajang belajar, bukan sekadar ajang pamer kemampuan. Ketika tekanan terlalu besar, anak-anak bisa kehilangan kesenangan bermain sepak bola, bahkan merasa tertekan. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa tujuan utama turnamen ini adalah membangun karakter, bukan sekadar mengejar piala.

Suasana Turnamen SSB | dokumentasi pribadi
Suasana Turnamen SSB | dokumentasi pribadi

Mengintegrasikan Soft Skill ke dalam Pendidikan Lebih Luas

Turnamen SSB hanyalah satu contoh bagaimana soft skill bisa diajarkan melalui aktivitas praktis. Tetapi, bayangkan jika pendekatan serupa diterapkan di bidang lain---seperti seni, musik, atau kegiatan sosial. Anak-anak akan tumbuh dengan keterampilan yang lebih seimbang, tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun