Pada malam Natal tahun 2000, suasana damai di Gereja Eben Haezer Kota Mojokerto mendadak berubah tegang. Riyanto, seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser), tak hanya hadir untuk menjaga keamanan tetapi juga menjadi simbol keberanian yang melampaui sekat-sekat agama. Aksinya menyelamatkan banyak nyawa dari ancaman bom menjadikan Riyanto bukan hanya pahlawan bagi umat Kristiani, tetapi juga teladan kemanusiaan yang universal.
Riyanto dan Malam Natal yang Tak Terlupakan
Pada malam itu, Riyanto bersama Banser lainnya ditugaskan menjaga gereja, seperti tradisi yang sudah berlangsung lama dalam hubungan harmonis antara Nahdlatul Ulama (NU) dan masyarakat lintas agama. Namun, segalanya berubah ketika ditemukan sebuah bungkusan mencurigakan di gereja. Riyanto tanpa ragu membawa bungkusan tersebut menjauh dari kerumunan jemaat. Sayangnya, bom di dalam bungkusan itu meledak sebelum sempat dibuang, mengakhiri hidup Riyanto seketika. Tubuhnya mungkin hancur, tetapi keberanian dan pengorbanannya abadi.
Mengapa Kisah Riyanto Penting?
Kisah Riyanto menjadi pengingat akan nilai kemanusiaan yang lebih besar dari sekadar identitas agama. Dalam masyarakat yang kadang terjebak dalam prasangka dan konflik sektarian, tindakan Riyanto adalah pelajaran nyata bahwa cinta kasih dan keberanian tak mengenal batas keyakinan.
Sebagai anggota Banser, Riyanto menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati. Banser, yang sering dikritik karena dianggap hanya menjaga "urusan internal NU," justru menunjukkan fungsi sosialnya dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Riyanto bukan hanya seorang penjaga gereja; ia adalah simbol persaudaraan yang nyata, bukan slogan semata.
Pelajaran dari Riyanto: Melawan Polarisasi dengan Tindakan Nyata
Di era sekarang, kisah Riyanto seharusnya menjadi antitesis dari polarisasi sosial yang sering terjadi. Polarisasi ini sering diperparah oleh media sosial yang memperkuat narasi "kami vs mereka." Namun, Riyanto membuktikan bahwa sikap inklusif dan kepedulian lintas batas bisa dilakukan tanpa pamrih.
Jika kita merenungkan tindakan Riyanto, kita belajar bahwa kebaikan sejati tak memerlukan panggung besar atau pujian. Keberaniannya lahir dari keyakinan bahwa menjaga kehidupan adalah kewajiban universal. Apakah kita, sebagai masyarakat modern, masih memegang nilai-nilai ini?
Riyanto dan Nilai Keberagamaan yang Inklusif