Ketika nama saya dipanggil untuk menerima ijazah, ingatan saya melayang ke masa lalu. Saya teringat tangan-tangan beliau yang dulu kerap menyiapkan bekal untuk sekolah, menambal pakaian yang sobek, atau mengusap air mata saya saat gagal. Hari ini, tangan itulah yang saya genggam erat di sela-sela prosesi wisuda.
Makna Gelar dan Hari Ibu
Banyak orang berpikir gelar akademik adalah simbol kesuksesan pribadi. Namun, bagi saya, gelar ini adalah simbol dari cinta, pengorbanan, dan nilai-nilai yang diajarkan ibu. Beliau selalu mengatakan, "Ilmu itu untuk memberi manfaat, bukan untuk sekadar pamer."
Momentum wisuda yang bertepatan dengan Hari Ibu ini mengingatkan saya pada betapa pentingnya peran seorang ibu dalam membentuk karakter dan perjalanan hidup anak-anaknya. Gelar S2 ini mungkin terpampang di belakang nama saya, tapi sesungguhnya ia milik ibu saya juga.
Refleksi dan Harapan
Di akhir prosesi wisuda, saya memberikan bunga kepada ibu. Air matanya berlinang, tetapi senyumnya tetap merekah. "Ibu bangga," katanya. Namun, dalam hati, sayalah yang lebih bangga memiliki ibu seperti beliau.
Perjalanan ini bukanlah akhir. Gelar ini bukan garis finish, melainkan awal dari tanggung jawab baru. Ilmu yang saya peroleh harus menjadi manfaat bagi masyarakat, seperti yang selalu ibu ajarkan.
Wisuda di Hari Ibu adalah pengingat bahwa setiap pencapaian besar tidak pernah berdiri sendiri. Ia adalah hasil dari cinta, doa, dan dukungan orang-orang di sekitar kita, terutama seorang ibu.
Jadi, untuk semua ibu di luar sana, terima kasih atas cinta tanpa syarat yang kalian berikan. Dan untuk kita yang diberkahi dengan kehadiran ibu, jangan pernah lupa bahwa setiap langkah kita adalah cerminan dari perjuangan mereka.
Hari ini, di momen wisuda ini, saya hanya ingin berkata, “Terima kasih, Bu. Gelar ini untukmu.”