Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengejar Badai

20 Desember 2024   13:23 Diperbarui: 20 Desember 2024   16:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan deras menghantam kaca jendela kamar kosku. Suaranya seperti konduktor orkestra yang sedang berlatih---berisik, kacau, tapi entah kenapa tetap harmonis. Di luar sana, badai tropis baru saja diumumkan akan melintasi kota kecil kami. Bukannya khawatir, aku malah merasa ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan.

"Kenapa kamu malah senyam-senyum begitu, Joni?" tanya Aris, teman sekosanku, sambil menyeruput mi instan.

"Aku mau ngejar badai!" jawabku dengan semangat 45.

Aris berhenti mengunyah. "Ngejar badai? Emangnya kamu mau jadi pemburu tornado ala film-film Hollywood?"

"Ya, kira-kira begitu," jawabku sambil memasukkan jas hujan ke dalam tas. "Aku sudah lama penasaran, Ris. Seperti apa sih rasanya ada di tengah badai? Apa anginnya benar-benar bisa bikin kita melayang kayak Superman?"

Aris hanya melongo. "Kamu tahu kan, ini bukan film. Kalau tersapu angin, kamu bukan melayang, tapi beterbangan kayak kantong plastik!"

"Tapi seru, kan?"

Aris menggeleng. "Kamu memang gila."

Aku hanya tertawa dan melangkah keluar dengan percaya diri. Di luar, angin sudah mulai berhembus kencang. Jalanan basah dan licin, tapi aku tak peduli. Dengan motor bututku, si "Biru Langit", aku berangkat menuju arah badai berdasarkan petunjuk dari aplikasi cuaca.

Di tengah perjalanan, aku merasa seperti pahlawan dalam film aksi. Angin mengguncang motorku, tapi aku bertahan. Hujan mencambuk wajahku, tapi aku terus melaju. Di dalam hati, aku merasa menjadi orang paling nekat di kota ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun