Di tengah hiruk-pikuk dunia digital yang kian mendominasi, persahabatan sering kali terbatas pada layar ponsel. Grup WhatsApp, forum daring, dan obrolan media sosial telah menjadi ruang utama berinteraksi. Namun, seiring waktu, kita menyadari bahwa kehangatan sebuah pelukan, tawa yang menggema di ruangan, atau obrolan mendalam tanpa jeda notifikasi tidak bisa tergantikan. Maka dari itu, kopdar---atau kopi darat---bukan hanya sekadar tradisi, tetapi menjadi sebuah kebutuhan untuk menjaga semangat kebersamaan, terutama di kalangan alumni Kelas Menulis Online (KMO) yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
KMO, yang kini telah memiliki ribuan alumni, menjadi salah satu fenomena unik dalam ekosistem literasi Indonesia. Komunitas ini tidak hanya melahirkan penulis berbakat, tetapi juga membangun jejaring persahabatan yang erat di antara para anggotanya. Maka, ketika ada kesempatan untuk kopdar, apalagi dengan kehadiran seorang penulis kawakan seperti Iqbal Aji Daryono, ini adalah momen emas yang tidak boleh dilewatkan.
Kopdar: Lebih dari Sekadar Pertemuan
Bagi sebagian orang, kopdar mungkin terdengar seperti kegiatan santai: bertemu teman lama, berbincang ringan, dan menyeruput kopi. Tetapi bagi komunitas seperti KMO, kopdar memiliki dimensi yang lebih dalam. Ini adalah ajang untuk mempererat persahabatan yang selama ini terjalin melalui kata-kata di layar. Ketika para alumni KMO berkumpul, mereka tidak hanya berbicara soal sastra atau teknik menulis, tetapi juga berbagi cerita tentang perjuangan hidup, mimpi-mimpi yang ingin diraih, dan tentu saja, nostalgia akan kelas-kelas online yang dulu mempertemukan mereka.
Kopdar kali ini menjadi lebih istimewa karena kehadiran Iqbal Aji Daryono, seorang penulis yang dikenal dengan gaya menulisnya yang jenaka sekaligus tajam. Karya-karya Iqbal, seperti buku Sapiens di Ujung Tanduk dan Lelaki Sunni di Kota Syiah dan maih banyak lagi serta ratusa esai yang tersebar di media online, tidak hanya menghibur tetapi juga mengajak pembacanya untuk merenung lebih dalam tentang kehidupan. Kehadirannya dalam kopdar KMO menjadi semacam magnet yang menarik alumni dari berbagai kota untuk datang.
Inspirasi dari Seorang Penulis
Iqbal Aji Daryono bukan hanya seorang penulis, tetapi juga seorang penggerak literasi. Dalam setiap tulisannya, ia berhasil memadukan humor, kritik sosial, dan refleksi personal yang membuat pembaca merasa dekat dengannya. Dalam kopdar ini, Iqbal tidak hanya berbagi kisah perjalanan kreatifnya, tetapi juga memberikan pandangan yang segar tentang dunia literasi di Indonesia.
Dalam salah satu sesi diskusi, Iqbal mengingatkan bahwa menulis bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal keberanian untuk jujur pada diri sendiri. "Tulisan yang baik adalah tulisan yang lahir dari kejujuran," katanya. Pesan ini sangat relevan bagi para alumni KMO yang sering kali terjebak dalam kekhawatiran akan penilaian orang lain. Dengan gaya bicaranya yang santai namun berbobot, Iqbal berhasil memantik semangat menulis para peserta kopdar.
Kopdar sebagai Reuni Kecil-Kecilan
Selain sebagai ajang berbagi ilmu, kopdar ini juga menjadi semacam reuni kecil-kecil bagi alumni KMO. Momen ini mengingatkan kita bahwa komunitas literasi seperti KMO bukan hanya tentang belajar menulis, tetapi juga tentang membangun persahabatan yang tulus.
Tidak sedikit alumni yang berbagi cerita tentang bagaimana KMO telah mengubah hidup mereka. Ada yang dulunya ragu untuk menulis, kini telah menerbitkan buku. Ada pula yang awalnya hanya ingin menyalurkan hobi, tetapi akhirnya menemukan panggilan hidup sebagai penulis. Semua ini menjadi bukti bahwa persahabatan yang terjalin melalui komunitas menulis bisa menjadi sumber inspirasi dan dukungan yang luar biasa.
Namun, di balik euforia kopdar, ada hal yang patut kita renungkan. Di era serba daring ini, mudah sekali terjebak dalam ilusi kedekatan. Media sosial sering kali menciptakan hubungan yang terasa dekat tetapi dangkal. Kopdar seperti ini mengingatkan kita bahwa persahabatan membutuhkan usaha lebih dari sekadar membalas pesan atau memberikan like di media sosial.
Kritiknya, masih banyak komunitas literasi yang absen dalam menciptakan ruang-ruang pertemuan fisik seperti ini. Padahal, kopdar bukan hanya bermanfaat untuk mempererat hubungan, tetapi juga untuk memperkuat rasa memiliki terhadap komunitas. Selain itu, penting bagi komunitas seperti KMO untuk menjangkau lebih banyak anggota yang mungkin belum memiliki kesempatan untuk terlibat aktif, baik secara daring maupun luring.
Menulis, Berteman, dan Bermimpi
Kopdar alumni KMO kali ini mengajarkan kita banyak hal. Bahwa menulis adalah sebuah perjalanan yang lebih bermakna ketika dijalani bersama. Bahwa persahabatan, meskipun dimulai dari dunia maya, bisa tumbuh menjadi sesuatu yang nyata dan berharga. Dan bahwa mimpi-mimpi, ketika dibagikan dalam komunitas yang mendukung, memiliki peluang lebih besar untuk menjadi kenyataan.
Kehadiran Iqbal Aji Daryono dalam kopdar ini menjadi simbol bahwa menulis adalah aktivitas yang tidak hanya mengasah pikiran, tetapi juga memperkaya hati. Ia mengingatkan kita bahwa di balik setiap kata yang ditulis, ada cerita, ada keberanian, dan ada harapan.
Maka, mari merawat persahabatan ini. Jadikan kopdar bukan hanya sebagai ajang berkumpul, tetapi juga sebagai ruang untuk berbagi inspirasi dan energi positif. Sebab, di tengah dunia yang semakin sibuk, persahabatan yang tulus adalah salah satu harta paling berharga yang bisa kita miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H