Sertifikasi bukan sekadar syarat administratif untuk naik golongan atau mendapatkan tunjangan. Lebih dari itu, sertifikasi adalah upaya untuk memastikan bahwa siswa di seluruh Indonesia mendapatkan pendidikan dari guru yang kompeten.
Alternatif: Kombinasi Portofolio dan Praktik
Agar tidak terjebak dalam debat antara efisiensi dan efektivitas, mungkin ada jalan tengah yang bisa diambil. Seleksi portofolio bisa dijadikan langkah awal, tetapi harus dilengkapi dengan tahap uji praktik mengajar. Dalam uji praktik ini, guru bisa menunjukkan kemampuan mengelola kelas, menyampaikan materi, hingga menggunakan teknologi dalam pembelajaran.
Model ini tidak hanya memastikan bahwa guru memiliki pengalaman yang cukup, tetapi juga kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan kombinasi ini, Kemenag bisa tetap menghemat anggaran tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.
Konteks Zaman Digital
Kritik lain yang perlu kita soroti adalah relevansi sertifikasi ini dengan tantangan pendidikan di era digital. Guru zaman sekarang tidak cukup hanya menguasai materi, tetapi juga harus mampu menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran. Apakah seleksi portofolio mampu mengukur kemampuan ini?
Bayangkan jika ada guru dengan pengalaman panjang tetapi gagap teknologi. Siswa yang hidup di era serba digital membutuhkan guru yang bisa menggunakan media interaktif, platform pembelajaran online, hingga alat analitik untuk mengevaluasi hasil belajar. Jika sertifikasi hanya berdasarkan dokumen masa lalu, bagaimana kita memastikan guru tersebut siap menghadapi tantangan masa depan?
Format Baru, Tantangan Baru
Seleksi portofolio sebagai format baru sertifikasi guru Kemenag memang membawa angin segar, terutama dari segi efisiensi waktu dan biaya. Namun, format ini harus dipandang dengan kritis. Efisiensi administrasi tidak boleh mengorbankan kualitas pendidikan yang menjadi hak siswa.
Untuk memastikan program ini berjalan efektif, Kemenag perlu menyempurnakan sistemnya, misalnya dengan menambahkan tahap uji praktik atau pelatihan khusus teknologi pendidikan. Pendidikan bukan soal siapa yang cepat selesai, tetapi siapa yang mampu memberi dampak terbaik bagi masa depan.
Jadi, sebelum kita bersorak-sorai atas keefisienan format baru ini, mari kita tanyakan kembali: Apakah sertifikasi ini benar-benar memastikan bahwa guru kita siap menjadi pilar pendidikan bangsa? Jangan sampai efisiensi menjadi jebakan yang malah menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia.