Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Formulasi Pencegahan Trias Koruptika: Meretas Jalan Menuju Indonesia Bebas Korupsi

12 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 11 Desember 2024   15:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Antikorupsi Sedunia bukan hanya ajang seremonial, melainkan momentum refleksi mendalam untuk membongkar akar permasalahan korupsi yang masih menggerogoti negeri ini. Salah satu realitas pahit yang kita hadapi adalah fenomena Trias Koruptika---kolaborasi gelap antara tiga pilar kekuasaan: eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Jika Trias Politica dirancang untuk saling mengawasi demi keseimbangan, maka dalam Trias Koruptika, ketiga cabang ini justru saling menopang untuk menyuburkan praktik korupsi.

Namun, mari kita tinggalkan pesimisme sejenak. Apa yang bisa kita lakukan untuk memutus lingkaran setan ini? Bagaimana mencegah Trias Koruptika agar harmoni keadilan bisa terwujud? Inilah refleksi kita, sebuah pencarian formula untuk mencegah praktik korupsi yang terus membayangi bangsa.

Kenali Simfoni Gelap Trias Koruptika

Bayangkan Trias Koruptika seperti sebuah orkestra, di mana setiap cabang kekuasaan memainkan peran masing-masing dalam sebuah simfoni gelap.

  1. Eksekutif memulai permainan, mengelola anggaran, dan sering kali membuka ruang untuk proyek-proyek fiktif atau pengadaan barang yang penuh mark-up.
  2. Legislatif, alih-alih menjadi pengawas, malah menjadi bagian dari permainan dengan menyetujui anggaran yang sudah "diwarnai" uang siluman.
  3. Yudikatif, sebagai pengawal keadilan, kadang tak segan ikut terlibat, memberikan vonis ringan atau bahkan membebaskan pelaku dengan "imbalan" tertentu.

Ini adalah lingkaran setan yang sulit ditembus, tetapi bukan berarti mustahil untuk dihancurkan.

Formula Pencegahan: Mencegah Sebelum Simfoni Dimainkan

1. Memutus Simfoni di Tahap Awal: Pengelolaan Eksekutif

Eksekutif sering menjadi akar masalah dalam Trias Koruptika. Oleh karena itu, langkah pertama adalah memastikan pengelolaan anggaran yang transparan dan berbasis teknologi. Digitalisasi sistem pemerintahan adalah kunci.

Bayangkan jika setiap pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui sistem e-procurement yang terbuka untuk publik. Semua transaksi tercatat dan tidak ada ruang bagi negosiasi di bawah meja. Sistem ini tidak hanya mencegah korupsi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Selain itu, perlu ada audit independen secara berkala terhadap penggunaan anggaran, dengan hasilnya dipublikasikan. Jika semua pihak tahu bahwa mereka diawasi, niat untuk korupsi akan berkurang drastis.

2. Menguatkan Fungsi Legislasi: Legislator yang Berintegritas

Sebagai pembuat kebijakan, legislatif sering kali menjadi target lobi dan suap. Salah satu solusi untuk mencegah ini adalah meningkatkan transparansi dalam proses pembahasan anggaran dan undang-undang.

Rapat-rapat komisi, terutama yang membahas anggaran, harus bisa diakses publik melalui siaran langsung atau laporan terbuka. Dengan keterlibatan masyarakat, sulit bagi legislatif untuk bermain di belakang layar.

Lebih dari itu, partai politik juga memiliki tanggung jawab besar. Mereka harus memastikan bahwa calon legislatif yang mereka usung adalah individu yang berintegritas, bukan hanya orang yang mampu "membayar tiket" untuk mencalonkan diri. Reformasi partai politik menjadi krusial dalam mencegah lahirnya legislator korup.

3. Menguatkan Yudikatif: Reformasi Pengadilan dan Aparat Penegak Hukum

Yudikatif seharusnya menjadi benteng terakhir melawan korupsi, tetapi praktik suap di tubuh lembaga ini justru memperparah situasi. Oleh karena itu, reformasi di sistem peradilan harus dilakukan secara menyeluruh.

Pertama, kita perlu memastikan proses seleksi hakim dan jaksa dilakukan dengan ketat dan transparan. Setiap kandidat harus diuji tidak hanya dari segi kompetensi, tetapi juga integritas. Kedua, perlunya pengawasan independen terhadap kinerja yudikatif. Lembaga seperti Komisi Yudisial (KY) harus diberdayakan dengan kewenangan yang lebih besar untuk memantau perilaku aparat pengadilan.

Selain itu, kita juga membutuhkan mekanisme whistleblowing yang aman dan efektif bagi masyarakat atau pegawai internal untuk melaporkan dugaan korupsi tanpa rasa takut.

Melibatkan Masyarakat: Garda Terdepan Pencegahan

Tanpa keterlibatan masyarakat, formula ini tidak akan berjalan efektif. Publik harus menjadi garda terdepan dalam mencegah korupsi, mulai dari melaporkan penyimpangan hingga mengawasi jalannya pemerintahan.

Namun, untuk mewujudkan ini, diperlukan pendidikan antikorupsi sejak dini. Generasi muda harus diajarkan nilai-nilai integritas, bukan hanya dalam teori, tetapi juga melalui praktik nyata di sekolah dan lingkungan.

Selain itu, media massa dan media sosial dapat menjadi alat kontrol yang kuat. Dengan informasi yang valid dan terverifikasi, masyarakat bisa mengkritik kebijakan yang mencurigakan dan menuntut transparansi dari pemerintah.

Optimisme: Harmoni Baru untuk Bangsa

Hari Antikorupsi Sedunia adalah pengingat bahwa perjuangan melawan korupsi adalah tugas kita bersama. Dengan formulasi pencegahan yang komprehensif---mengawasi eksekutif, memperkuat legislatif, mereformasi yudikatif, dan melibatkan masyarakat---kita bisa memutus simfoni gelap Trias Koruptika.

Tentu saja, ini bukan pekerjaan mudah. Tapi, langkah kecil yang konsisten bisa membawa perubahan besar. Sebagaimana korupsi bisa menjadi budaya, integritas pun bisa kita tanamkan hingga menjadi norma baru.

Mari bersama-sama memainkan harmoni keadilan, karena Indonesia terlalu berharga untuk terus tenggelam dalam nada sumbang korupsi. Perubahan ada di tangan kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun