Ada satu kebiasaan yang sering kita warisi dari zaman orang tua dulu: coba utak-atik dulu, panggil tukang belakangan. Kebiasaan ini memang punya dua sisi mata uang: di satu sisi hemat, tapi di sisi lain, kalau salah langkah, bisa jadi lebih mahal. Saya baru saja merasakan sisi keduanya ketika mesin cuci di rumah mogok.
Mesin Cuci Mogok dan Ego DIY (Do It Yourself)
Awalnya, mesin cuci kami mulai rewel. Airnya tidak mau keluar, dan drum-nya tidak mau berputar. Daripada buru-buru memanggil tukang servis, saya pikir, "Ah, ini pasti cuma masalah sepele. Saya bisa atasi sendiri." Toh, internet penuh dengan video tutorial, dan obeng di rumah juga banyak.
Dengan percaya diri yang---saya sadari kemudian---terlalu berlebihan, saya membuka tutup belakang mesin cuci. Dalam hati, saya merasa seperti teknisi profesional. Ternyata, di dalam mesin cuci itu lebih rumit daripada yang saya bayangkan. Kabel berseliweran, pipa kecil menyambung ke mana-mana, dan ada bagian-bagian yang bahkan namanya saya tidak tahu.
Setelah tiga jam, keringat bercucuran, dan beberapa baut hilang entah ke mana, saya akhirnya menemukan pipa kecil yang tersumbat. Dengan hati-hati saya bersihkan. Setelah semuanya dipasang kembali, saya mencoba menyalakan mesin cuci. Hasilnya? Mesin cuci tetap diam, hanya memberi bunyi beep beep seolah mengejek.
Panggilan Darurat ke Tukang Servis
Akhirnya, dengan berat hati, saya menghubungi tukang servis langganan, Mas Joko. Dia datang dengan tas peralatannya yang lengkap dan senyum khas "sudah sering lihat yang seperti ini." Dalam waktu kurang dari satu jam, dia membongkar, membersihkan filter, mengganti komponen yang rusak, dan voila! Mesin cuci kembali berputar.
Mas Joko juga sempat bercanda, "Ini sih biasa, Mas. Kalau bapak-bapak utak-atik dulu, biasanya malah makin parah." Saya hanya tertawa malu. Lebih malu lagi saat tahu bahwa kerusakan yang saya coba perbaiki tadi sebenarnya sederhana---dan bisa diselesaikan lebih cepat kalau saya langsung memanggil ahlinya.
Bukan Kasus Pertama
Ini bukan pertama kalinya saya jadi "korban" ego utak-atik. Beberapa bulan lalu, rantai sepeda anak saya putus. Saya berpikir, daripada keluar uang untuk bengkel, lebih baik coba perbaiki sendiri. Berbekal kunci pas dan tutorial internet, saya berusaha memasang rantai itu kembali. Tapi alih-alih berhasil, rantai justru makin kusut, dan roda belakang ikut tergores. Akhirnya, tukang sepeda juga yang menyelesaikan masalah.