Di sebuah desa kecil di lereng gunung, penuh dengan sawah yang menguning. Tapi kali ini berbeda. Petani di sana tak lagi hanya mengandalkan insting dan petuah orang tua untuk bercocok tanam. Mereka memanfaatkan drone untuk memantau lahan, aplikasi ponsel untuk mengatur irigasi, dan platform digital untuk menjual hasil panen langsung ke pembeli.
Semua itu terjadi karena ada satu sosok yang menjadi jembatan teknologi dan tradisi: penyuluh pertanian. Di era 5.0 ini, mimpi "Satu Desa, Satu Penyuluh Pertanian" menjadi lebih dari sekadar kebutuhan. Ini adalah kunci untuk membawa desa-desa kita ke masa depan yang lebih cerah.
Era 5.0: Apa Artinya untuk Pertanian?
Kita sering mendengar istilah "era 5.0," tapi apa sebenarnya yang dimaksud? Era ini adalah tentang teknologi yang menyatu dengan kehidupan manusia. Bukan hanya digitalisasi, tetapi bagaimana teknologi bisa membantu manusia mencapai keberlanjutan, termasuk di sektor pertanian.
Di era ini, pertanian tak lagi sekadar mencangkul tanah atau menabur benih secara manual. Kita berbicara tentang penggunaan data, kecerdasan buatan (AI), dan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, teknologi canggih ini hanya akan efektif jika petani tahu cara menggunakannya. Dan di sinilah peran penyuluh menjadi vital.
Mengapa Satu Desa, Satu Penyuluh Penting?
Di era 5.0, penyuluh pertanian tidak hanya menjadi penghubung antara ilmu pengetahuan dan petani, tetapi juga menjadi “teknologi translator.” Mereka membantu petani memahami bagaimana teknologi bisa diterapkan di ladang mereka.
Misalnya, teknologi drone untuk memetakan lahan mungkin terdengar futuristik bagi banyak petani. Tapi penyuluh yang tepat dapat menjelaskan bagaimana drone ini bisa menghemat waktu dan biaya. Atau, penyuluh bisa memperkenalkan aplikasi yang membantu petani memprediksi cuaca, sehingga mereka tahu kapan waktu terbaik untuk menanam.
Bayangkan jika setiap desa memiliki satu penyuluh yang terlatih di bidang teknologi pertanian. Hasilnya? Petani akan lebih percaya diri menghadapi tantangan global, dari perubahan iklim hingga persaingan pasar internasional.
Cara Mewujudkan Satu Desa, Satu Penyuluh
Mewujudkan satu desa satu penyuluh di era 5.0 memerlukan pendekatan strategis. Ini bukan sekadar soal menambah jumlah penyuluh, tetapi memastikan mereka memiliki keterampilan yang relevan dengan zaman. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:
Digitalisasi Pelatihan Penyuluh
Pemerintah harus menyediakan pelatihan berbasis teknologi untuk para penyuluh. Pelatihan ini tidak hanya tentang teknik pertanian, tetapi juga penggunaan alat digital seperti aplikasi, drone, atau sensor tanah.Merekrut Penyuluh Lokal
Warga desa yang mengenal kultur lokal lebih mudah diterima oleh petani. Dengan pelatihan yang tepat, mereka bisa menjadi penyuluh yang efektif dan relevan.Kemitraan dengan Swasta dan Akademisi
Teknologi pertanian sering kali dikuasai oleh perusahaan besar atau kampus. Kolaborasi dengan mereka dapat mempercepat transfer teknologi ke desa-desa.Dukungan Dana Desa
Dana desa yang besar bisa dialokasikan untuk menggaji penyuluh atau membeli peralatan teknologi pertanian. Dengan manajemen yang transparan, ini bisa menjadi investasi yang sangat menguntungkan.
Tantangan yang Harus Diatasi
Tentu saja, mimpi besar ini tidak tanpa hambatan. Salah satu tantangan utama adalah resistensi dari petani yang sudah terbiasa dengan metode tradisional. Mereka mungkin merasa takut atau bingung dengan teknologi baru.
Namun, resistensi ini bisa diatasi dengan pendekatan edukatif. Penyuluh harus menunjukkan hasil nyata dari penggunaan teknologi. Misalnya, bagaimana sensor tanah bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 30%, atau bagaimana aplikasi prediksi cuaca bisa mencegah gagal panen.
Selain itu, tantangan lain adalah keterbatasan anggaran. Tapi dengan pengelolaan yang tepat, dana desa sebenarnya cukup untuk mendukung program ini.
Dampak Positif untuk Desa
Jika satu desa memiliki satu penyuluh yang melek teknologi, dampaknya akan luar biasa. Petani akan lebih produktif, desa menjadi lebih mandiri, dan generasi muda pun akan melihat pertanian sebagai sektor yang menarik.
Bayangkan desa-desa di Indonesia menjadi pusat inovasi pertanian. Produk lokal bisa bersaing di pasar global, sementara lingkungan tetap terjaga berkat penerapan pertanian berkelanjutan.
Menutup dengan Optimisme
Era 5.0 membuka peluang besar bagi sektor pertanian Indonesia, tetapi peluang ini hanya bisa dimanfaatkan jika kita memiliki penyuluh yang kompeten di setiap desa.
Satu desa, satu penyuluh bukan hanya soal menambah tenaga kerja, tetapi menciptakan agen perubahan yang membawa teknologi ke ladang-ladang kecil di pelosok negeri.
Jadi, mari kita bergerak bersama. Karena di tangan petani yang didampingi oleh penyuluh, masa depan pertanian Indonesia akan cerah. Era 5.0 bukan hanya tentang kota pintar, tetapi juga desa cerdas yang berdikari. Siapkah kita mewujudkan mimpi ini? Jawabannya ada di tangan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H