Ketika membicarakan pesantren, kita sebenarnya sedang membahas salah satu fondasi kebudayaan Indonesia yang mengakar kuat. Institusi ini bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi juga laboratorium sosial yang telah melahirkan generasi-generasi pemimpin, tokoh masyarakat, hingga pejuang kemerdekaan. Dengan sejarah yang panjang dan kontribusi nyata bagi bangsa, pesantren kini berada di persimpangan jalan. Apakah ia akan terus menjadi prioritas pembangunan?
Melintasi Zaman
Pesantren telah ada jauh sebelum negara ini merdeka. Sejarah mencatat, lembaga ini tumbuh subur sejak abad ke-13, diperkirakan bersamaan dengan penyebaran Islam oleh Walisongo. Model pembelajaran tradisional yang berpusat pada hubungan kiai dan santri menciptakan suasana belajar yang unik.
Pesantren tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga keterampilan hidup. Dalam masa penjajahan, pesantren menjadi basis perlawanan terhadap kolonialisme. Banyak kiai yang memimpin perjuangan bersenjata, seperti KH Hasyim Asy’ari dengan Resolusi Jihad-nya yang menggerakkan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Namun, perjuangan pesantren tidak berhenti pada revolusi fisik. Setelah merdeka, pesantren ikut membangun bangsa melalui pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dari Moral Hingga Ekonomi
Peran pesantren dalam membangun karakter bangsa tidak dapat diabaikan. Santri dididik untuk menjadi individu yang jujur, mandiri, dan berintegritas. Karakter inilah yang sangat dibutuhkan di tengah hiruk-pikuk isu korupsi dan degradasi moral yang melanda bangsa ini.
Pesantren juga memiliki kontribusi nyata dalam pemberdayaan ekonomi. Banyak pesantren kini memiliki unit usaha, mulai dari koperasi hingga usaha kreatif seperti pertanian, peternakan, bahkan teknologi. Program-program ini sejalan dengan visi kemandirian ekonomi yang sering didengungkan pemerintah.
Selain itu, pesantren berperan aktif dalam menyelesaikan isu-isu sosial, seperti kemiskinan dan pengangguran. Misalnya, program beasiswa bagi santri dari keluarga kurang mampu atau pelatihan keterampilan kerja bagi masyarakat sekitar pesantren.
Apakah Pesantren Masih Menjadi Prioritas?
Meski kontribusinya besar, pesantren kerap kali masih dipandang sebelah mata. Anggaran pendidikan untuk pesantren, misalnya, masih jauh dibandingkan dengan sekolah formal lainnya. Padahal, pesantren tidak hanya mencetak lulusan yang kompeten di bidang agama, tetapi juga generasi yang siap terjun ke masyarakat.
Di era digital, pesantren juga menghadapi tantangan besar. Tidak semua pesantren memiliki akses teknologi yang memadai. Padahal, untuk tetap relevan, pesantren harus mampu memanfaatkan teknologi, baik dalam pembelajaran maupun pengelolaan lembaga.
Namun, terlepas dari berbagai tantangan, ada kabar baik. Beberapa kebijakan pemerintah mulai memperhatikan pesantren, seperti disahkannya Undang-Undang Pesantren yang memberikan pengakuan formal terhadap keberadaan dan kontribusi pesantren.
Pesantren Masa Depan: Prioritas untuk Kemajuan Bangsa
Pesantren harus menjadi prioritas dalam pembangunan nasional. Bukan hanya sebagai penjaga moral bangsa, tetapi juga sebagai penggerak kemajuan. Dengan dukungan yang tepat, pesantren dapat menjadi pusat inovasi sosial dan ekonomi.
Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu bersinergi. Pemerintah, misalnya, bisa meningkatkan anggaran untuk pesantren, menyediakan pelatihan teknologi, atau mendorong kolaborasi pesantren dengan dunia usaha. Sementara itu, pesantren sendiri harus membuka diri terhadap perubahan, tanpa kehilangan jati diri sebagai lembaga pendidikan berbasis nilai-nilai Islam.
Pesantren sebagai Pilar Bangsa
Pesantren bukan sekadar institusi pendidikan, tetapi simbol perjuangan dan kemandirian bangsa. Di tengah era globalisasi, pesantren harus terus menjadi prioritas. Tidak hanya untuk mempertahankan nilai-nilai keislaman, tetapi juga untuk menciptakan generasi yang mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang berdaya saing dan bermartabat.
Jadi, sudahkah kita memberikan perhatian yang cukup untuk pesantren? Jika belum, inilah saatnya. Karena masa depan bangsa ini, salah satunya, ada di tangan para santri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H