Humanisme mengatakan bahwa manusia mampu mengatur dirinya (manusia) dan alam. Jadi manusia itulah yang membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam.Â
Bagaimana membuatnya dan apa alatnya? Aturan harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada diri manusia. Alat itu adalah akal. Mengapa harus akal? Pertama, karena akal dianggap mampu. Kedua, karena akal setiap orang bekerja berdasarkan aturan yang sama. Akal itulah yang alat dan sumber yang paling dapat disepakati. Maka, humanisme melahirkan rasionalisme.
Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal dan temuannya diukur dengan akal pula. Kebenaran adalah kesepakatan, dan kesepakatan tidak bisa ditentukan melalui argumen yang logis. Jika dipaksakan akan bertentangan setiap pemahaman orang yang kata lainnya kebenaran subjektif sulit disepakati, yang ada malah ribut. Karena itu dibutuhkan suatu aturan sebagai kesepakatan, jadi harus memerlukan alat lain. Dan alat itu adalah empirisme. Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan yang benar itulah yang logis dan ada bukti empiris. Empirisme inilah aturan (untuk mengatur manusia dan alam).
Tapi empirisme masih memiliki kekurangan karena setiap indera manusia memiliki kualitasnya masing-masing dan belum terukur. Maka dari itu, harus memerlukan alat yang lain. Alat itu ialah positivisme. Positivisme ialah paham yang mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis dan ada bukti empirisnya yang terukur. Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan yang mengatur manusia dan alam. Namun, alat positivisme juga masih membutuhkan alat lain karena kata positivisme yaitu : ajukan logikanya-ajukan bukti empirisnya yang terukur (kurang operasional).
Alat lain itu adalah metode ilmiah. Namun, metode ilmiah tidak mengajukan yang baru dan hanya mengulangi ajaran positivisme tetapi lebih operasional. Metode ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar harus lakukan langkah sebagai berikut : logico-hipothetico-verivikatif.Â
Artinya : mula2 buktikan bahwa itu logis (argumen/pernyataan rasional dalam arti masuk akal)-kemudian ajukan hipotesis berdasarkan logika tadi (pernyataan)-kemudian buktikan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode ilmiah inilah aturan yang kita gunakan. Dan secara teknik dan rinci dimasukan dalam bidang ilmu yang disebut metode riset. Metode Riset ini menghasilkan model-model penelitian. Nah, model-model penelitian inilah yang menjadi instansi terakhir.
Berikut akan diuraikan berdasarkan urutan yaitu sebagai berikut :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H