Pada suatu waktu, Sang Kapten sampai di sebuah pelabuhan. Ini kesempatan bagi Sang Kapten untuk menambah perbekalan dan memperbaiki kapal kecilnya. Selepas dari Badai tempo hari di kisah "Nakhoda, Selamatkan Kapalmu", Sang Kapten jauh lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Termasuk juga keputusan untuk menyiapkan perbekalan dan semua hal yang berpengaruh kepada kehidupan mereka berikutnya. Jadi Sang Kapten menyerahkan semua urusan belanja perbekalan kepada istrinya.
Saat Sang Istri sedang asyik berbelanja, tiba-tiba datang seorang wanita menghampirinya.
"Maaf, Ibu yang bersama kapten itu?"
"Iya, saya juru mudi, juru masak dan semua juru dalam kapal kami," jawab Sang Istri diplomatis sambil memperhatikan wanita yang berada di depannya dengan penuh waspada.
"Saya bermaksud menumpang kapal kalian. Sepertinya kita satu tujuan. Tadi saya sudah  berbicara kepada Kapten untuk diperbolehkan ikut. Kapten meminta saya untuk meminta ijin kepada....." Si wanita tidak meneruskan kalimatnya.
"Oh panggil saya Kakak saja. Saya  lebih tua dari Mbak ya."
"Baik Kakak."
"Maaf, saya tidak bisa mengijinkan untuk menumpang di kapal kami."
"Tetapi kita kan satu tujuan. Kita bisa saling membantu selama dalam perjalanan." Si wanita tampak mengiba. Dia berbicara dengan penuh harap.
"Iya. Tetapi kapal kami terlalu kecil untuk dinaiki penumpang baru."
"Kakak, Kapten setuju kalau Kakak setuju. Kapal Kakak juga cukup besar dan kuat."
"Kapal ini memang kuat, tetapi hati saya yang tidak kuat untuk berbagi tempat. Maafkan saya."
Si wanita akhirnya berlalu dari hadapan Sang Istri.Â
Sang istri tidak mau memberikan tempat kepada wanita lain karena dia tidak ingin ada orang lain dalam kehidupan kapalnya. Dia juga tidak begitu mengenal si wanita. Banyak pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Bagaimana bila dia jahat dan tidak tulus membantu menghidupi kapal? Bagaimana bila di tengah perjalanan kapal dibajaknya dan dia disingkatkan dari kehidupan Kapten? Bagaimana bila dia hanya ingin mengambil alih Kapten dan kapal saja, sementara dia dan anak-anaknya akan menjadi orang yang kalah? Who knows?
"Saya tidak akan mau berbagi suami dan kapal ini," kata Sang Istri lirih.