Kisah lain yang beliau ceritakan adalah saat menjabat di bagian lalu lintas. Sebenarnya saya dahulu yang menceritakan isi sebuah buku, "The Power of Habit". Di buku tersebut dikisahkan komandan pasukan Amerika di Iraq pusing dengan kejadian kerusuhan setiap kali ada demo. Selepas sholat jumat, jamaah mulai berkumpul untuk berdemo.
Berikutnya, pendemo mulai anarkis dan timbul kerusuhan. Akhirnya seorang pakar diterjunkan untuk memecahkan masalah tersebut. Hasilnya, setiap ada demo, polisi melarang penjual makanan untuk berjualan di sekitar pendemo. Dampaknya, pendemo bubar dengan sendirinya saat mereka mulai merasa lapar dan haus.
Ternyata permainan psikologis juga pernah Pak Aris terapkan. Saat itu seorang pelaku pedophilia ditangkap polisi dan dipenjara di polsekk. Namun ternyata massa pendukungnya yang begitu banyak berdemo menuntut si pelaku dilepas. Ditambah adanya issue kalau polisi membuat babak belur si pelaku. Pak Aris yang saat itu kebetulan berkunjung ke polsek tersebut, mengkondisikan bahwa pelaku akan ditampikan setelah dhuhur. Kemudian si pelaku yang tadinya berpakain lusu dan kusam, dikondisikan untuk mandi dan diberi pakaian yang rapi dan bagus. Pas massa yang lapar karena sudah cukup siang, akhirnya membubarkan diri secara teratur.
Tentang Buas...
Pembicaraan mengalir hingga ke masalah narkoba. Betapa narkoba menjadi musuh bangsa karena menghancurkan bangsa kita dari dalam, seperti kasus perang candu. Itu yang menjadi perhatian Pak Aris saat ini. Beliau hanya berharap, apa yang dilakukan Komjen Budi Waseso (Buas) sebagai kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), dapat berkelanjutan siapapun penggantinya. Obrolan kami merambah wiayah di Madura yang juga darurat narkoba. Bagaimana narkoba bisa menjadi begitu mudahnya dikonsumsi bahkan disediakan tempatnya khusus.
Terakhir...
Ternyata, Pak Aris begitu perhatian pada hal yang berbau strategi perang global. Itu mengapa website seperti indomiliter.com dan jejaktapak.com begitu beliau sukai. Issue-issue pertahanan, persenjataan dan konflik internasional memang banyak diulas di kedua website tersebut. Saya mencoba mengaksesnya dan memang ternyata banyak pertanyaan berkaitan kondisi timur tengah dan konflik eropa timur, dimuat di website tersebut.Â
Menurut beliau, penting untuk memahami peta konflik global, termasuk konflik Laut Cina Selatan. Bukan tidak mustahil konflik tersebut akan berpindah ke Asia Tenggara, karena alasan perebutan sumber daya alam.
Sementara itu yang bisa saya bagikan dari hasil bincang santai dengan AKBP Aris Haryanto, S.Ik.,M.Hum. Terimakasih Anda sudi membacanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H