Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Patah Hati

13 Januari 2016   18:01 Diperbarui: 13 Januari 2016   18:01 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenalkan ini Mas Aripan yang biasa membantu semua urusan ratri di kantor, Mas," bisik Ratri kepada suaminya.

"Oh ini yang namanya Mas Aripan. Ratri sering cerita tentang kebaikan Mas Aripan. Terimakasih ya," kata suami Ratri yang kalau tidak salah bernama Baruno di surat undangannya. Aku hanya mengangguk-anggukan kepala sambil mencoba tersenyum tulus ikhlas.

Setelah bersalaman dan berfoto bersama dengan kedua mempelai dan teman-teman kantor lainnya, aku mencoba menikmati hidangan yang ada. Walau terasa begitu lapar, tetapi rasanya semua masakan nasional dan internasional ini begitu hambar. Berbeda sekali saat Ratri memberiku nasi goreng yang tidak dihabiskannya, rasa nasi gorengnya begitu selangit. Pernah juga Ratri memberiku beberapa potong donat hasil masakannya sendiri, yang kata teman-teman kantor, rasanya kurang enak dan bantet, tetapi bagiku donat tersebut luar biasa nikmatnya.

Aku memandang Ratri dari kejauhan dengan perasaan terharu namun sekaligus hancur. Terharu, karena Ratri menikah dengan pria yang pasti bisa memberikannya kebahagiaan. Perasaan hancur, karena pasti rasanya sakit mengalami patah hati. Kalau kisah ini mau dibuat menjadi sebuah film, entah apa judul fimnya. "Patah Hati Membawa Berkah" atau "Jangan Mudah Patah Hati, kalau Tidak Ingin Mati". Mungkin judul kedua itu lebih tepat dan sedikit anti mainstream.

Bayangan indah bersama Ratri seperti diputarkan kembali saat memandangnya. Aku ingat saat pertama kali dia masuk kerja sebagai sekretaris perusahaan. Aku yang menyambut dan mengantarkannya ke ruangannya. Aku juga yang membantu menuntun dan mencari tambal ban sepeda motornya yang gembos saat dia pulang. Sering juga aku mengantarkannya pulang ke kos-kosannya dan mengawalnya ke bank, karena katanya dia merasa lebih aman dan nyaman bersamaku. Aku merasa seperti Romeo dan Juliet.

Terus terang, kebaikan dan keramahan serta yang pasti kecantikannya lah yang membuatku jatuh hati, walaupun kini patah hati. Aku dan dia sering hingga larut malam di kantor. Aku biasa menemaninya lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya yang terkadang menumpuk. Aku juga yang sering membelikan makanan dan mengingatkannya untuk makan di saat jam lembur. Namun Ratri selalu mengganti semua makanan yang aku beli untuknya. Bagiku, jam lembur merupakan waktu yang sangat berharga dan membahagiakan.

Karena Ratri juga akhirnya aku bisa mengoperasikan komputer. Dia yang mengajariku untuk membuat surat di komputer, walaupun juga untuk membantu mempercepat pekerjaannya. Setidaknya, aku bisa mengoperasikan komputer karena motivasi Ratri yang luar biasa membuatku bersemangat. Oh iya, berkat Ratri juga akhirnya aku mengambil kuliah kelas malam dan sekarang sudah di semester 3. Kata Ratri, pria berpendidikan jauh lebih keren daripada yang cuman ganteng doang. Iya sih, aku juga tidak mau cuman tampak ganteng saja dan tidak nyambung kalau diajak ngobrol Ratri.

Huf... bayangkan, sudah lebih dari 2 tahun saya dan Ratri bersama-sama. Tentu saja sebagai teman sekantor yang aku merasa memiliki kedekatan dan kecocokan dengan dirinya. Aku juga selalu setia mengiriminya surat dan dia begitu senang menerima surat dariku. Maksudku, surat masuk ke perusahaan yang aku hantarkan ke Ratri sebagai sekretaris perusahaan. Aku sendiri mana bisa menulis surat untuk Ratri. Aku bukan pujangga yang pandai merangkai kata, kata sebuah lagu.

"Rip, siapa yang jaga malam di kantor sekarang?" Tanya Pak Alvian -- manajer urusan dalam dan keamanan.

"Siap Pak... Saya sudah menugaskan Pak Santoso dan Pak Didik," jawabku dengan sikap siap.

"Oke, bagus. Tolong kamu sebagai komandan, sambil dikontrol ya, jangan sampai mereka tidur atau meninggalkan posnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun