"Sorry buat kamu menunggu ya."
"Ghak apa-apa. Santai aja kok. Kita mau lari pagi di mana?" Tanya Fahmi yang berjalan di samping Putri dengan begitu bersemangat.
"Ke taman depan Kebun Bibit saja yuk..." jawab Putri.
"Oke... Deal.."
Pagi itu Fahmi dan Putri berolah raga lari mengelilingi taman beberapa putaran sampai akhirnya mereka kelelahan dan matahari juga sudah mulai naik sepenggal.
"Kita istirahat yuk, sambil sarapan," ajak Putri.
"Ayuk. Kita ke Pecel Ponorogo di dekat terminal itu ya. Peyeknya enak dan bumbunya sedap."
"Boleh juga," jawab Putri sambil menganggguukkan kepala.
Ini adalah waktu terlama Fahmi bisa berdekatan dengan Putri. Selama 1 bulan, dia hanya berani menyapa Puutri di jalan, atau saat bertemu dengannya di warung makan. Terkadang Fahmi memang sengaja menyesuaikan jadwal makannya, agar bisa bertemu Putri di warung. Tidak ada keberanian Fahmi untuk nembak langsung Putri dengan main langsung ke kos-kosannya, walaupun putri adalah WTS atau Wanita Tetangga Sebelah. Dia cukup segan dengan kepribadian Putri yang lugas dan tegas. Namun kali ini Putri ada di depannya. Duduk dan makan bersamanya.
Fahmi mulai memikikan untuk menggunakan mantra yang diajarkan Agus untuk membuat Putri takluk dan jatuh cinta kepadanya. Kata Agus, dia cukup menahan nafas saat merapalkan mantra berbahasa arab tersebut dan menghembuskannya ke arah Putri sambil berdoa semoga dia takluk dan jatuh cinta kepadanya.
Fahmi mulai menahan nafas dan mencoba membaca mantra, sementara Putri sambil makan, bercerita tentang bagaimana masa kecilnya dahulu di desa bersama kakak dan adiknya. Fahmi mulai marapal mantra, "waalkoitu alaika mahabbatamminni, wa..." Mendadak Fahmi menghentikan mantranya saat mata Putri beradu dengan tatapannya. Ada perasaan sayang dan cinta yang membuat Fahmi tidak tega untuk meneruskan mantranya.