"Pintu gerbang depan saja Mas," jawabnya lirih. Entah mengapa aku jadi tersipu malu dipanggil mas olehnya."Apa aku tampak masih muda ya," tanyaku pada diri sendiri dengan senyum mengambang.
"Memang rumahnya di blok berapa?" Tanyaku lagi.
Dari sudut mata, tampak si wanita menatap ke arahku, sebelum akhirnya menjawab, "Saya tinggal di blok tiga."
"Baik saya antar sampai ke depan rumah ya. hujannya masih cukup deras nih."
"Tidak usah Mas. Nanti saya merepotkan. Turunkan di samping Indomaret saja. Biar saya jalan kaki sambil pakai payung. Deket kok." Kali ini dia menjawab sambil tersenyum, yang aku bisa lihat dari sudut mata.
"Oh ya, ngomong-ngomong, namanya siapa?" Tanyaku dengan sedikit ragu, takut dianggap tidak sopan.
"Saya Nadia Sulastri," jawabnya lagi.
"Saya Choiron." Tentu saja acara perkenalan singkatnya tanpa salaman, karena aku sedang memegang kemudi.
"Oh Pak Choy ya..." Kali ini nada suaranya sudah jauh lebih bersahabat. Berikutnya, dia mulai bisa terbuka dan bercerita tentang profesinya sebagai seorang administrator di sebuah perusahaan dekat area Lumpur Lapindo. Selain itu, ada banyak cerita lainnya yang Nadia ceritakan dan membuat aku cukup senang mendengarnya, serasa kita sudah kenal begitu lama.
Akhirnya kami sampai juga di gerbang perumahan. Setelah jembatan, aku membelokkan mobil ke kiri menuju samping Indomaret yang merupakan akses masuk ke perumahan tahap 3 dan berhenti tepat di percabangan jalan tahap 1 dan tahap 3.
"Terimakasih atas tumpangannya Mas," ujar Nadia sesaat setelah keluar dari mobil.