mahasiswa Ilmu Komunikasi UNISA dan UMKM diberikan materi tentang branding fundamental. Kelas tersebut dilaksakan pada Selasa 8 Oktober 2022 di RuBY BRICafe X Couvee. Dalam pertemuan tersebut, Bapak Bondan Satria memberikan berbagai penjelasan dan tips untuk melakukan branding produk. Mahasiswa dan UMKM juga diberikan waktu untuk berdiskusi terkait pembuatan brand blue print.
Pada kelas pertemuan ketiga,Berdasarkan penjelasan dari Bapak Bondan Satria, secara sederhana brand merupakan suatu nama yang mempunyai makna. Brand juga merupakan rencana kita dan persepsi orang lain. Jadi brand adalah tentang apa yang kita katakan dan orang lain katakan tentang produk kita. Brand itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu brand blue print dan brand equity.
Brand blue print yaitu rencana tentang bagaimana produk kita ingin dikenal oleh orang lain atau konsumen. Sedangkan brand equity merupakan pikiran atau persepsi konsumen terhadap produk kita. Adapun aksi atau cara kita menunjukkan suatu brand disebut dengan brand delivery.
Branding journey atau peta perjalanan brand meliputi beberapa tahap.
1. Membuat brand blueprint
Pada tahap ini, kita dapat menentukan rational value yaitu alasan rasional atau didasarkan pada logika yang membuat konsumen mencoba atau menggunakan produk kita. Kemudian menyusun emotional value yaitu alasan dari perasaan atau emosi konsumen tertarik untuk memilih produk kita. Contohnya yaitu memperkenalkan bahwa pasta gigi merek A merupakan pasta gigi untuk gigi sensitif.
2. Melakukan brand delivery promise
Pada tahap ini, kita dapat membuat visual identify dan brand comm agar konsumen mempercayai produk kita. Contohnya yaitu dengan menyampaikan bahwa menyikat gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi merek A dapat menghilangkan rasa ngilu pada gigi sensitif.
3. Persepsi dan ekspektasi
Pada tahap ini, konsumen akan merasa pas membeli produk tersebut, karena konsumen memiliki permasalahan gigi sensitif. Â
4. Melakukan proof delivery proof
Pada tahap ini, konsumen akan membeli produk tersebut di distribution channel, kemudian menggunakan pasta gigi tersebut.
5. Reputasi
Setelah menggunakan produk tersebut, konsumen akan merasa cocok dan nyaman karena produk tersebut benar-benar dapat mengilangkan rasa ngilu pada giginya.
6. Loyalitas
Pada tahap ini, konsumen telah percaya pada produk tersebut dan tidak akan menggunakan pasta gigi merek yang lain.
Dari materi tersebut dapat disimpulkan bahwa membangun brand yang kuat itu sangat diperlukan. Adanya brand yang kuat, dapat menjadi pembeda antara produk kita dengan produk kompetitor, menarik perhatian konsumen, hingga membuat konsumen loyal terhadap suatu produk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H