Seperti biasa, tanpa membaca blurb atau menebak isinya. Kata pengantarnya menarik karena katanya novel ini 50 % hasil terjemahan para mahasiswa Program D-4 Terjemahan, Program Studi Prancis, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia tahun 1989. Berbekal rasa penasaran tentang seperti apa novel yang diterjemahkan bersama-sama, aku mulai membaca dan ... jatuh cinta.
Babnya dikemas pendek-pendek, cocok untuk dibaca dalam rentang membaca singkat. Meski begitu, poin tiap bab jelas, gambaran pulau dan segala keindahan alamnya ajaib, mengingatkanku pada novel Yann Martel yang berjudul Life of Pi yang mana ceritanya hampir mirip: terdampar seorang diri karena kapal karam dan harus bertahan hidup.
Bedanya, jika Pi Patel bertahan di sekoci bersama harimau benggala dewasa bernama Richard Parker, Robinson Crusoe terdampar di pulau tak berpenghuni yang penuh kekayaan alam.
Pi tetap dalam keadaan awas dan waras berkat merawat harimaunya, Robinson bertahan dengan membuat peradaban untuk dirinya sendiri di pulau tak berpenghuni itu, menjaga disiplin dan menyibukkan diri dengan segala hal yang bisa dilakukan di pulau yang kemudian dia beri nama Speranza.
Dia punya banyak hal untuk merasa kerasan di Speranza: makanan yang lebih dari cukup, tempat bernaung, hasil panen yang melimpah, beberapa barang berharga dari bekas kapalnya yang tersangkut di karang—hanya satu yang tidak dia miliki dan sangat dia inginkan: seorang teman.
Jadi, biarpun bisa tetap waras, kadang-kadang dia melakukan hal-hal di luar kesibukannya mengurus pulau demi mengusir rasa bosan: kadang masuk dan mendekam di gua, kadang berkubang di lumpur—yang mana keduanya dia sadari merusak jiwanya, membuatnya tenggelam dalam buai khayalan kehidupan ketika masih bersama anak dan istrinya atau bahkan dalam buaian ibunya ketika kecil dulu.
Keadaan lengkap namun putus asa ini bertahan sampai kemudian dia bertemu seorang Indian yang secara tak sengaja dia selamatkan dari maut. Namanya Vendredi. Karena merasa berutang budi, Vendredi pun menjadi pelayan Robinson.
Jika selama ini Robinson menjadi gubernur Pulau Speranza tanpa penduduk, sekarang dia punya satu orang! Pertemuan itu mengubah banyak hal dalam 28 tahun yang Robinson habiskan sebelum akhirnya ada kapal yang berlabuh di pulau itu.
“Sejak bencana terjadi kau ingin semua makhluk yang ada di Speranza memiliki kebebasan, dan tak ada lagi binatang piaraan. Tetapi, mengapa kau menahan Anda di dekatmu?”
“Anda bukan seekor binatang piaraan. Anda bebas. Kambing itu akan tetap bersamaku karena dia mencintaiku. Suatu saat jika Anda pergi, aku tak akan menghalanginya.”
Ada lagi bagian yang menarik. Setiap kali kesal pada satu sama lain, Robinson dan Vendredi punya cara-cara unik melampiaskan perasaan mereka tanpa merusak kasih sayang dan hubungan pertemanan.