Kampanye Gereja Ortodoks Rusia
Pada saat Uni Soviet dibubarkan terjadi perubahan total dimana gereja tiba-tiba Kembali bebas, namun menghadapi tantangan besar setelah penindasan beberapa dekade.
Dengan runtuhnya ideologi Soviet, masyarakat Rusia tampak terombang-ambing. Para pemimpin gereja berusaha untuk merebutnya kembali, namun menghadapi persaingan ketat dari kekuatan baru, terutama budaya konsumen Barat dan misionaris evangelis Amerika.
Kepala gereja pertama pasca-Soviet, Patriark Aleksy II, menjaga jarak dari para politisi. Awalnya, mereka tidak terlalu responsif terhadap tujuan gereja termasuk Vladimir Putin dalam dua masa jabatan pertamanya antara tahun 2000 dan 2008.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, presiden telah memeluk Ortodoksi Rusia sebagai landasan identitas pasca-Soviet, dan hubungan antara gereja dan kepemimpinan negara telah berubah secara signifikan sejak Kirill menjadi patriark pada tahun 2009.
Dia dengan cepat berhasil mengamankan pengembalian properti gereja dari negara, pengajaran agama di sekolah umum dan pendeta militer di angkatan bersenjata.
Kirill juga telah mempromosikan kritik yang berpengaruh terhadap liberalisme, konsumerisme, dan individualisme Barat, yang kontras dengan "Nilai-Nilai Budaya Tradisional" Rusia. Nilai-nilai Budaya Tradisional Rusia ini berpendapat "Bahwa Hak Asasi Manusia Tidak Universal", tetapi merupakan produk budaya Barat, apalagi jika diperluas ke kaum LGBTQ.
Patriark juga membantu mengembangkan gagasan "dunia Rusia": ideologi sebagai kekuatan lunak yang mempromosikan peradaban Rusia, kepada jaringan penutur bahasa Rusia di seluruh dunia, dan pengaruh Rusia yang lebih besar di Ukraina dan Belarus.
Meskipun 70%-75% orang Rusia menganggap diri mereka Ortodoks, hanya sebagian kecil yang aktif dalam kehidupan gereja.
Kirill telah berusaha untuk "menggerejakan kembali" masyarakat dengan menegaskan bahwa Ortodoksi Rusia adalah pusat identitas, patriotisme dan kohesi Rusia dan negara Rusia yang kuat.