Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perang Rusia-Ukraina: Apa yang Baik untuk Sebuah Kekuasaan Tirani Dapat Berlaku untuk yang Lain

9 Maret 2022   01:47 Diperbarui: 9 Maret 2022   01:56 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi di Ukraina tidak harus tetap di Ukraina.

Sebagaimana Vladimir Putin jika kita mengamati dengan seksama ketika presiden Amerika menarik dan kemudian menghapus garis merah di Suriah, Afghanistan dan di tempat lain selama lebih dari 20 tahun terakhir, diktator lain di seluruh dunia kini telah memberikan perhatian yang sama pada janji ancaman Joe Biden ketika kekerasan yang dipicu oleh Rusia di Eropa Timur telah meningkat.

Pada saat ini Biden dan sekutunya tidak hanya berkomitmen diawal, mereka benar-benar memberikan peringatan,dan dilakukan secara bertahap dalam upaya meningkatkan tekanan terhadap Rusia melalui sanksi ekonomi, bantuan militer, dan tekanan diplomatik.kepada Vladimir Putin

Jika Putin pada akhirnya tidak berhasil mencapai tujuannya,hal itu bisa saja terjadi karena Barat tetap sepakat memegang teguh komitmen mereka.

Namun satu hal yang dapat dengan cepat merusak kohesi aliansi yang dipimpin AS adalah jika Biden goyah dalam menghadapi intimidasi serupa di tempat lain di panggung politik global. Paling tidak itulah alasannya mengapa Xi Jinping memantau perang diplomasi ini dengan dengan sangat dekat dari China dan mengapa Kim Jong-un melanjutkan uji coba rudal di Korea Utara. Dan hal itu jugalah yang membuat mengapa sangat penting bagi kita semua untuk terus mengawasi negosiasi politik multilateral yang terus berlanjut di Wina dengan Iran mengenai kemampuan nuklir negara itu.

Perlu rasanya untuk menjelaskan: bahwa menentang kesepakatan awal dengan Iran pada tahun 2015 didasarkan pada kekhawatiran akan penundaan jangka pendek para mullah dalam mencapai ambisi nuklir mereka yang tidak memenuhi imbalan ekonomi yang cukup besar yang akan mereka terima. Namun baik pendukung maupun penentang kesepakatan itu harus setuju bahwa mengembalikan perjanjian kesepakatan itu dalam iklim geopolitik saat ini akan menjadi bencana global yang lebih besar lagi.

Bahkan mereka yang percaya manfaat dari kesepakatan perjanjian nuklir baru lebih besar daripada kerugiannya sehingga perlu lebih hati-hati melihat kembali pada saat awal kesepakatan baru akan memberi sinyal yang tidak membantu Putin, Xi dan para pemimpin dinasti otoriter lainnya ketika harus berurusan dengan Amerika Serikat.

Ketika sanksi terhadap Rusia semakin menguat, dapat dimengerti jika Putin bertanya-tanya apakah dia telah meremehkan tekad Biden dan kemampuannya untuk menyatukan koalisi internasional.

Tidak akan ada cara lain yang lebih efektif untuk meyakinkan Putin Jika Amerika yang dilihatnya kembali juga akan memutuskan kepada Suriah dan Afghanistan maka Upaya Putin memerangi Ukraina adalah tantangan yang terlalu sulit untuk dipertahankan dalam jangka panjang.

Sama mudahnya untuk membayangkan bahwa Xi, yang tujuan lamanya mengendalikan Taiwan tampak lebih jauh dalam beberapa hari terakhir, akan sampai pada kesimpulan yang sama.

Menyerah pada tuntutan yang sekarang telah diajukan oleh para perunding Iran akan mengirimkan signal  yang sangat merusak masyarakat secara global.

Iran dilaporkan telah memperjelas bahwa kondisi mereka sekarang hingga diakhir penyelidikan pelanggaran masa lalu mereka terhadap kesepakatan perjanjian sebelumnya, bahwa Korps Pengawal Revolusi Islam yang terkenal di negara itu akan dikeluarkan dari semua daftar terorisme internasional.

Sangat sulit membayangkan sinyal yang lebih jelas dalam menyampaikan pesan dalam upaya meredakan lawan dan sekutu Amerika.

Perjanjian kesepakatan nuklir Iran yang asli merupakan pengalaman yang memilukan bagi komunitas Yahudi Amerika. Orang-orang pintar dengan itikad baik dikedua belah pihak berdebat, dan berakibat pada hubungan baik pribadi maupun secara politik cekup lama menjadi hancur.

Pembatalan kesepakatan nuklir oleh Donald Trump dan keputusan Biden untuk memulai kembali negosiasi tentu akan membuka kembali luka-luka itu: dan jelas perpecahan itu tidak akan pulih dalam waktu dekat.

Namun terlepas dari perpecahan dan kemarahan atas pembatalan kesepakatan yang ada, setidaknya harus memungkinan terjadinya kesepakatan baru. Tentu tidak sekarang. Namun belum tentu juga menunggu sampai ancaman Rusia terhadap Ukraina dan tetangganya mereda.

Godaan untuk bergerak maju dengan Iran dapat dimengerti. Negara ini dengan cepat mendekati kemampuan nuklir dan alternatif yang paling efektif untuk mencegah pencapaian tujuan mereka pada jam akhir ini tidak jelas. Tetapi jika hambatan ekonomi adalah resep terbaik untuk menggagalkan ambisi jahat Putin, maka sulit untuk memahami mengapa pendekatan yang sama bukanlah cara paling cerdas untuk menangani teroris nuklir Iran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun