Mohon tunggu...
Chi Sin Gendon
Chi Sin Gendon Mohon Tunggu... profesional -

pertama melihat dunia di kota kretek midle java waktu subuh hari,mencari rizki yang semoga barokah di borneo land (Kalsel,Kalteng,Kaltim).............OutdooR ActivitY

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berbagi Air Kencing Di Tower II Parang

23 September 2014   03:40 Diperbarui: 27 Agustus 2015   13:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411392984460821407

 

Setelah ku rasa cukup waktu istirahatnya dan matahari mulai teduh tergelincir ke arah barat, pada pukul 13.45 Wib dengan di belay Gundul saya mulai memanjat rute pitch 11 yang sempat tertunda sekitar 4 jam tadi, masih seperti pitch sebelumnya permukaan tebing ini miskin celah untuk pengaman dan pijakan, sehingga harus kugunakan bor to bor rata rata satu meter satu hanger, hingga menambah ketinggian 20 meter dengan16 hanger yang terpasang, dan ku akhiri sampai di situ ku pasang anchor pith 11, setelah kupasang pengaman Gundul pun menyapu semua pengaman yang ku pasang, dan Gundul melanjutkan membuka rute pitch 12 dengan saya sebagai belayernya, jalur arah pitch 12 ini mempunyai kemiringan scrambling (miring sekitar 45 derajat) sehingga Gundul agak mudah memanjat meskipun dengan ekstra hati-hati dia bisa menambah ketinggian sekitar 36 meter dengan memasang 5 hanger sudah sampi titik akhir pitch 12, akupun segera menyapu semua pengaman yang di pasang Gundul, dan untuk kedua kalinya Gundul menjadi pembuka rute pemanjatan arah pitch 13, yang mana pada jalur ini Gundul memanjat dengan membabi buta karena di kejar merahnya langit di sebelah barat pertanda berakhirnya tugas matahari pada di sore ini, jalur sertinggi 31 meter hanya di pasangi sekitar 3 pengaman hanger yang di akhiri dengan sebatang pohon beringin sebesar lengan tanganku sebagai titik akhir pemanjatan dan pengaman pitch 12 sekaligus tempat berlindung dan bermalam untuk kami berempat stelah pukul 20.30 Wib anggota tim baru bisa genap ngumpul di bawah pohon kecil itu.

 

 

 

Hari Kelima ( Jum’at 17 September 1999)

 

Sebelum matahari pagi sukses memanggang kami, ku coba mendahuli menyelesaikan pemanjatan jalur neraka ini, tepat pukul 06.00 Wib dengan di belay Hamdan, mungkin karena pengaruh cape dan tekanan mental ke titik rendah dengan nekat ku bawa perlengkapan yang minim supaya tidak terlalu berat dan tidak mengganggu pergerakanku saat memanjat nanti, supaya tidak usah memasang pengaman dengan memanfaat pohon pohon yang bertumbuhan di permukaan tebing ku lalui jalur ini denga zig-zag di antara pohon, supaya kalau saya jatuh masih tersangkut di antara pohon, dalam waktu sekitar 30 puluh menit berlalu, dengan lantang dan berair mata ku teriakkan PUNCAAAAKKKKKK….., yang berikutnya di susul teman teman meniti tali tetap yang sudah ku pasang, kemudian menyayikan kagu Indonesia raya dan syukur serta pembacaan Khamdalah bersama.

 

Dengan double rop (dua tali ) pukul 07.30 Wib Hamdan mendahului turun dan di ikuti Hendro, Gundul lalu saya paling terakhir, kami harus turun secepatnya, karena hari ini kami sudah tidak punya air minum, air minum terakhir sudah kami bagi tadi pagi sebelum pemanjatan dengan satu tutup botol M150 perorang, di saat turun menjelang lintasan keempat sambil menunggu Hamdan dan Hendro selesai memakai tali, dengan wajah yang lelah terbakar matahari,gundul tiba-tiba ngomomg kalau dia kepanasan dan haus, untuk menghilangkan panas dan hausnya itu Gundul meminta supaya aku kencing di bandana, lalu air kencing itu di minum dan sisanya di buat cuci muka supaya tidak terlalu panas, akhirnya akupun turut meminumair kencingku sendiri untuk menghilangkan cekikan dahaga di leher ini.

 

Supaya kami bisa berteduh dan bisa menghindari terik matahari maka di putuskan turun ke arah celah antara tower 2 dan tower 3, setelah sampai celah sekitar pukul 09.00 Wib maka kami putuskan istirahat di antara bebatuan yang sejuk terlindung pohon, sampai suhu badan turun dan kami bisa komunikasi dengan normal, dalam istirahat dan tiduran telanjang memeluk batu yang sejuk, Hendro dan Gundul menemukan kapulogo (sejenis empon empon) yang tumbuh di antara semak bebatuan, kemudia kapulogo itu di tumbuk halus pakai hammer lalu airnya di peras dan di campur nutrisari sachet, dan di bagi 4 dengan takaran satu tutup botol M150 perorang.

 

Pukul 14.10 Wib setelah istirahat dan di rasa suhu tubuh mulai normal, Hamdan mulai membuka jalur turun lagi yang kemudian di ikuti Hendro dan Gundul sedangkan saya sendiri turun paling terakhir karena mendapat tugas sebagai penyapu jalur. Tiga jam kemudia semua pemanjat sampai di bawah dan mendapati tim pendukung dengan ekspresi muka pucat, cemas, menangis dan tersenyum, di karenakan terputusnya komunikasi HT, sehingga tim pendukung tidak tahu bagaimana kondisi tim pemanjat dan di mana berada tim pemanjat sejak hari keempat tim pendukung sudah tidak bisa melihatnya. (AR2.930039)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun