Mohon tunggu...
Chi Sin Gendon
Chi Sin Gendon Mohon Tunggu... profesional -

pertama melihat dunia di kota kretek midle java waktu subuh hari,mencari rizki yang semoga barokah di borneo land (Kalsel,Kalteng,Kaltim).............OutdooR ActivitY

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berbagi Air Kencing Di Tower II Parang

23 September 2014   03:40 Diperbarui: 27 Agustus 2015   13:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411392984460821407

 

Sambil istirahat, Hamdan menunggu Gundul yang bertugas menyapu pengaman yang di pasang Hamdan, dan lagi-lagi Hamdan harus menjadi leader pembuka jalur rute pitch 9, di jalur ini karakter permukaan tebing tetap sama dengan jalur pitch 8 tadi, sama-sama miskin celah untuk memasang pengaman sisip, untuk pemanjatan pitch 8 dan pitch 9 bagi Hamdan bukan masalah, tapi yang sangat merepotkannya dia harus memasang 6 hanger hingga ketinggian sekitqr 31 meter dari pitch 8 ini.

 

Selesai sudah Hamdan memasang pengaman terakhir yang juga sebagai anchor pitch 9, kulanjutkan dengan menyapu semua pengaman yang di pasang Hamdan, yang di barengi dengan redupnya cahaya matahari memantulkan bias kemerahan di kilapan air waduk jati luhur, dan malam ini kami harus tunduk pada alam, tanpa hak tawar atau negosiasi, maka kami harus tidur menggantung dengan kain sarung seperti bayi dalam ayunan bundanya, lokasi tidur malam ini jauh dari nyaman, di banding malam kemarin yang masih bisa dengan duduk sandaran tebing dan kaki menggantung.

 

Setelah malam mendinginkan badan kami yang seharian di panggang di atas panasnya batuan parang, dan kini kerlap kerlip cahaya kampung Cihuni menjadi perhatian kami, sambil menunggu cahaya yang lain muncul dari teras rumah bambo nan asri, cahaya itu sebagai cahaya absen dari pak Rifa’i bahwa kami masih sehat dan melanjutkan pemanjatan, dari pada lelah dan tergantung dalam nganggur semalaman, dengan di bantu Gundul dan di bantu gelapnya malam, dengan menggunakan dua lapis kain sarung, Hamdan mencoba membongkar kamera yang sempat ngadat seharian, hanya dengan cara meraba di dalam sarung yang berlapis, Hamdan dan Gundul berhasil memperbaiki kamera satu satunya yang sempat membikin kami ketar ketir seharian tanpa photo sebagai bukti jerih payah kami memanjat tebing parang ini.

 

 

 

Hari Keempat ( Kamis 16 September 1999)

 

Semakin hari tenaga kami makin berkurang di ikuti pula perbekalan air semakin menipis, satu botol M150 itulah sisa terakhir air kami, dan semakin tinggi kami memanjat semakin jauh pula kami meninggalkan rimbunnya hutan Cihuni di kaki tebing yang mampu membantu netralisir panasnya matahari yang dengan konsisten membakar gundukan batu raksasa tebing parang ini.

 

Berlomba dengan waktu supaya tidak kalah dengan sengatan matahari di siang bolong, pukul 07.00 Wib Hendro sudah mulai meraba dan menginjak celah-celah tebing yang masih bersahabat sebelum di bakar sang surya di siang nanti, tapi jalur menuju pitch 10 ini tidak ada bedanya dengan jalur pitch 8 dan pitch 9 yang di buka Hamdan kemarin, jalur ini sama-sama miskin celah untuk memasang pengaman sisip, semua alat artificial (pengaman buatan) tidak berfungsi, dan supaya bisa melewati rute ini Hendro pun harus memasang sekitar 3 hanger sampai mendapat tempat untuk anchor pitch 10 sebagai titik tertakhir Hendro memanjat, dengan menggunakan Jumar (alat pegas) Hamdan menyapu semua pengaman yang di pasang Hendro dan selanjutnya Hamdan akan menjadi leader menggantikan tugas Hendro membuka rute pitch 11.

 

Jam di tangan menunjukan pukul 10.15 Wib Hamdan sudah siap membuka rute pitch 11, tapi Hamdan mengurungkan niatnya untuk memanjat, dngaan alasan sudah tidak kuat memanjat di bawah terik matahari, saya pun menyuruh Gundul untuk menggantikan tugas Hamdan membuka rute pitch 9 , dengan terpaksa Gundul pun menyandang semua perlengkapan yang sudah siap di samping Hamdan, tapi akhirnya Gundul ku batalkan juga untuk memanjat, karena kesehatan anggota tim tidak sempurna untuk memanjat di siang ini, dan semua sepakat istirahat di antara gundukan batu sambil menyembunyikan kepala di dalam celah tonjolan tebing sambil meunggu matahari teduh atau pukul 14.00 Wib.

 

 

 

Sengatan Panas Yang Sempurna

 

Hari ke empat ini pemanjatan tidak banyak menambah ketinggian, banyak waktu yang terbuang sia sia hanya untuk berteduh dari sengatan matahari, semua anggota tim tak berdaya menyiasati sengatan matahari bulan September ini, di saat Hamdan dan Hendro sudah lebih dahulu sampai di pitch 10, saya dan gundul masih berkutat di bawah dengan membawa logistik menyusul ke pitch 10. Baru pukul 09.20 Wib panas matahari sudah membakar tebing dan memanggang kami atasnya, sambil menunggu kedatanganku di pitch 10, demi mengusir rasa haus yang menyengat lehernya, Hamdan dan Hendro terpaksa meminum air kencing masing masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun