Mohon tunggu...
muhammad chioke zulkarnain
muhammad chioke zulkarnain Mohon Tunggu... Freelancer - Hubungan internasional universitas sriwijaya

Haii

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Faktor Penentu Keberhasilan Negara dalam Diplomasi Koersif

2 Desember 2021   23:31 Diperbarui: 2 Desember 2021   23:56 2805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diplomasi Koersif, salah satu bentuk diplomasi yang memiliki karakteristik memaksa.

Hal ini didasari atas kesadaran negara Turki terhadap niat kelompok Saudi, sehingga keputusan yang di ambil Turki adalah untuk mencegah eskalasi krisis dan mengarah kan pada potensi aksi militer Arab Saudi telah mengajukan 13 (tiga belas) syarat ke Qatar agar bisa terlepas dari blokade.

Salah satu syaratnya antara lain adalah bahwa Qatar memutus hubungan diplomatik dengan Iran dan Turki. Arab Saudi meminta Qatar untuk mengabulkan permintaan tersebut dalam waktu 10 hari. Namun, Qatar dengan tegas menolak permintaan tersebut. Qatar melayangkan tudingan kepada Arab Saudi yang telah mencoba mendominasi kawasan dan menuding tuntutan Saudi tersebut tanpa dasar yang jelas.

Kegagalan diplomasi koersif yang di lakukan oleh Arab Saudi terhadap Qatar di sebabkan oleh Qatar dalam mencari rekan baru yang dapat mengimbangi kekuatan Arab Saudi baik secara ekonomi atau pun kekuatan militer.

Saat itu, Qatar yang di dukung oleh tentara Ankara-Tehran di anggap mampu melawan tentara Arab Saudi, dan Arab Saudi percaya bahwa krisis tidak akan berakhir dengan cara perang terbuka. Yang lain percaya bahwa poros Doha-Ankara-Tehran memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan hegemoni Arab Saudi di wilayah tersebut.

Mengambil contoh krisis Saudi-Qatar, jelas bahwa Ultimatum yang di keluarkan Arab Saudi tidak membuat Qaar gentar menghadapi blokade. Oleh karena itu, diplomasi wajib Arab Saudi dengan Qatar di anggap gagal, karena Qatar sama sekali tidak mematuhi persyaratan tersebut.

Penting di ingat bahwa kita melakukan diplomasi "dan" kekuatan bukan diplomasi "atau" kekuatan Wortel dan tongkat harus di kombinasikan sesuai dengan konsepsi timbal balik dimana tidak menawarkan terlalu sedikit terlambat atau terlalu banyak terlalu cepat dan terlalu banyak sebagai imbalan, atau terlalu sedikit sebagai imbalan. Hal ini membutuhkan keterampilan dan keahlian yang hebat (Jentlenson, 2006).

Kesimpulan

Pada tulisan di atas, penulis menyatakan penggunaan Diplomasi Koersif yang sangat di andalkan negara super power seperti Amerika Serikat, sebagai alat diplomasinya dalam upaya mencapai kepentingan tersebut tentunya sangat merugikan pihak pihak yang dijadikan target oleh Negara seperti AS.

Banyak kegagalan yang dialami AS melalui upaya diplomasi koersifnya menurut penulis di karenakan oleh tidak matangan dalam menyertakan fungsi diplomasi itu sendiri. Karena perlu di ingat menurut Burce diplomasi koersif dapat mencapai keseimbangan yang di butuhkan dengan cara memikirkan kombinasi dari kemauan dan kemampuan.

Daftar Pustaka

https: //reviewnesia.com/keberhasilan-diplomasi-koersif/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun