Mohon tunggu...
muhammad chioke zulkarnain
muhammad chioke zulkarnain Mohon Tunggu... Freelancer - Hubungan internasional universitas sriwijaya

Haii

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Faktor Penentu Keberhasilan Negara dalam Diplomasi Koersif

2 Desember 2021   23:31 Diperbarui: 2 Desember 2021   23:56 2805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Fungsi Hubungan Diplomatik

Secara garis besar, diplomasi memiliki dua fungsi. Pertama, komunikasi dan negoisasi, dan yang kedua pengumpulan intelijen, pengelolaan citra, dan implementasi kebijkan. (Berridge 1995, hlm 41) dan (Griffiths & O'Callaghan 2002, hlm 80).

Pengumpulan informasi membantu para diplomat untuk memperkirakan kesulitan domestik dan perubahan kebijakan luar negeri selanjutnya. Selain itu, fungsi diplomasi tidak hanya sebatas mewakili kepentingan politik dan strategis negara pengirim. Mereka juga termasuk 'seremonial' manajemen tugas perlindungan, pelestarian tatanan internasional, negosiasi internasional, dan fungsi infomarsi dan komunikasi' (Bull 1995, hlm 164-165). Komunikasi adalah fungsi diplomasi yang paling penting. Tanpa diplomasi, hubungan internasional akan menghadirkan dilema. Dengan demikian, seorang diplomat harus menjadi generalis ahli untuk mewakili negara pengirim secara efektif dan memenangkan dukungan lawan bicara (Siddiqui & Alam 20019, hlm 6-7).

Diplomasi yang efektif melibatkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kehendak negara pengirim. Beberapa diplomat mungkin tidak menyampaikan posisi negara pengirim dengan tepat, terutama di saat krisis, seorang diplomat tidak mewakili negara pengirim secara efektif ketika ia bertentangan dengan posisi negara pengirim. 

Ketidak profesionalan seperti itu mungkin membuat diplomat kehilangan pekerjaannya. Jika seorang diplomat mengamati bahwa posisi negaranya memerlukan penyesuaian dalam negosiasi, atau tidak yakin akan posisi negara pengirim pendekatan terbaik adalah berkonsultasi dengan negaranya. 

Pembahasan

Apa Itu Diplomasi ?

Pengertian diplomasi adalah adanya sebuah jalur negosiasi yakni sebagai mencapai  tujuan diplomat yang mewakili dalam sebuab organisasi atau negara. Diplomasi adalah cara menyampaikan dalam sebuah pesan dengan suatu tujuan tertentu melalui pembicara terhadap negosiasi terhadap khusus.

Diplomasi Koersif, salah satu bentuk diplomasi yang memiliki karakteristik memaksa.
Diplomasi Koersif, salah satu bentuk diplomasi yang memiliki karakteristik memaksa.

Diplomasi Koersif merupakan salah satu dari banyak jenis diplomasi yang masih terus eksis hingga saat ini, Karakter dari diplomasi ini adalah dengan bersifat memaksa yang menyebabkan negara lawan terpengaruh dan berakibat penghentian aksi.

Tiga hal penting yang berpengaruh dalam diplomasi koersif adalah pemberitahuan, negosiasi, dan proses tawar menawar. Ketiga elemen ini menjadi unsur yang sangat vital bagi sebuah negara untuk dapat mengoperasikan jenis diplomasi ini.

Aspek lain yang sangat penting dalam proses diplomasi koersif adalah menyangkut 3 (tiga) point penting sebagai berikut :

1. Negara Sasaran

Unsur ini merupakan unsur utama yang harus ada dalam proses diplomasi wajib (koersif). Negara yang melanggar dapat menawarkan untuk dapat bekerja sama dengan negara yang sudah di target kan untuk mendapatkan keuntungan dari proses yang sedang berlangsung.

2. Penggunaan Power

Para aktor negara bisa mampu dan mampu untuk memastikan bahwa penggunaan kekuasaan dalam proses diplomasi koersif harus mampu beroperasi dengan sebaik -  baiknya. Kekuatan ini dapat di gunakan untuk menciptakan solusi yang mampu menunjukkan bahwa kebutuhan dengan lebih baik kepada negara-negara sasaran.

3. Kekuatan Dari Negara Sasaran

Negara yang bertanggung jawab juga harus dapat memastikan bahwa kekuatan yang di gunakan tidak di pandang sebagai ancaman oleh negara sasaran. 

Ketakutan akibat pemaksaan proses diplomasi itu akan menyebabkan negara yang tujuan nya banyan menuntut. Hal ini, memudahkan para aktor negara untuk dapat mewujud  kan kepentingan nya yang sudah mapan. 

Meskipun dalam praktiknua, negara yang melakukan kekerasaan harus bisa menggunakan kekerasan secara maksimal, namun negara yang melakukan kekerasan juga harus bisa memasikan bahwa negara target tidak mencurigai penggunaan kekerasan.

Tujuan Diplomasi ?

Terdapat beberapa suau tujuan diplomasi, di antaranya ialah sebagai berikut :

  • Lindungi terhadap warga negara Anda sendiri di luar negeri.
  • Dapat mewakili Negara dan negara mereka sendiri di luar negari.
  • Dapat menyampaikan dan menutup dalam sebuah informasi yang berguna.
  • Mempromosikan, membina dan memelihara hubungan yang lancar dengan negara lain.
  • Memastikan bahwa kepentingan negara tidak dirugikan di panggung politik internasional.

Dalam dinamika politik global, diplomasi koersif dapat dikatakan berhasil jika mengacu pada 2 (dua) metode. 

Pertama, ultimatum lengkap. Pendekatan ini menunjuk kan bahwa setidaknya ada 3 (tiga) aspek penting yang harus di perhatikan untuk persyaratan negara target, yaitu per syaratan yang sangat spesifik dan jelas, memberikan masa tenggang bagi negara target untuk memulai kerja sama, dan jika negara tersebut tidak mau meng ikuti kerja sama yang di minta oleh negara peserta maka pola atau persyaratan nya merupa kan ancaman yang jelas bagi negara target.

Kedua, ini adalah metode percobaan. Dalam pendekatan ini, hanya aktor negara yang mampu di haruskan memberika persyaratan yang spesifik dan jelas. Ancaman nyata dan masa tenggang akan diberikan kemudian. 

Metode ini berusaha untuk memahami bagaimana negara target akan ber reaksi terhadap diplomasi koersif yang di lakukan oleh negara yang menyebabkan negara penyerang, dan respon apa yang akan di dapatkan dari negara tersebut. Setelah melihat reaksi yang di timbulkan, hanya negara pelaku dapat menyusun langkah berikut nya sesuai dengan kebutuhan yang ditunjukan kepada negara sasaran tersebut.

Sebagai sebuah contoh dalam diplomasi koersif yang terjadi pada invasi militer oleh Amerika Serikat di wilayah Suriah. Invasi tersebut di dasarkan pada informasi bahwa pemerintah Suriah sudah menggunakan senjata kimia dalam proses penyerangan kelompok oposisi yang meng akibatkan Presiden pada saat itu Barrack Obama mengambil suatu kebijakan untuk melakukan intervensi dan membantu per senjataan kelompok oposisi.


Di sisi lain, juga terdapat kasus-kasus di mana diplomasi wajib gagal, seperti diplomasi wajib Arab Saudi dengan Qatar pada tahun 2017. Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Turki dan negara-negara lain serta Qatar. Keempat negara tersebut menuduh Qatar sebagai negara yang aktif mendukung terorisme Al Jazeera sering mempublikasikan propaganda.

Pada awal krisis, kesenjangan antara Arab Saudi dan Qatar sangat terlihat jelas. Jika Arab Saudi dan sekutunya setuju untuk mengambil tindakan militer, Qatar akan terlihat kesulitan mem pertahankan negara nya. Namun, Turki yang telah menyetujui militer dengan Qatar, berusaha untuk mengerahkan semua pasukan ke Doha.

Hal ini didasari atas kesadaran negara Turki terhadap niat kelompok Saudi, sehingga keputusan yang di ambil Turki adalah untuk mencegah eskalasi krisis dan mengarah kan pada potensi aksi militer Arab Saudi telah mengajukan 13 (tiga belas) syarat ke Qatar agar bisa terlepas dari blokade.

Salah satu syaratnya antara lain adalah bahwa Qatar memutus hubungan diplomatik dengan Iran dan Turki. Arab Saudi meminta Qatar untuk mengabulkan permintaan tersebut dalam waktu 10 hari. Namun, Qatar dengan tegas menolak permintaan tersebut. Qatar melayangkan tudingan kepada Arab Saudi yang telah mencoba mendominasi kawasan dan menuding tuntutan Saudi tersebut tanpa dasar yang jelas.

Kegagalan diplomasi koersif yang di lakukan oleh Arab Saudi terhadap Qatar di sebabkan oleh Qatar dalam mencari rekan baru yang dapat mengimbangi kekuatan Arab Saudi baik secara ekonomi atau pun kekuatan militer.

Saat itu, Qatar yang di dukung oleh tentara Ankara-Tehran di anggap mampu melawan tentara Arab Saudi, dan Arab Saudi percaya bahwa krisis tidak akan berakhir dengan cara perang terbuka. Yang lain percaya bahwa poros Doha-Ankara-Tehran memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan hegemoni Arab Saudi di wilayah tersebut.

Mengambil contoh krisis Saudi-Qatar, jelas bahwa Ultimatum yang di keluarkan Arab Saudi tidak membuat Qaar gentar menghadapi blokade. Oleh karena itu, diplomasi wajib Arab Saudi dengan Qatar di anggap gagal, karena Qatar sama sekali tidak mematuhi persyaratan tersebut.

Penting di ingat bahwa kita melakukan diplomasi "dan" kekuatan bukan diplomasi "atau" kekuatan Wortel dan tongkat harus di kombinasikan sesuai dengan konsepsi timbal balik dimana tidak menawarkan terlalu sedikit terlambat atau terlalu banyak terlalu cepat dan terlalu banyak sebagai imbalan, atau terlalu sedikit sebagai imbalan. Hal ini membutuhkan keterampilan dan keahlian yang hebat (Jentlenson, 2006).

Kesimpulan

Pada tulisan di atas, penulis menyatakan penggunaan Diplomasi Koersif yang sangat di andalkan negara super power seperti Amerika Serikat, sebagai alat diplomasinya dalam upaya mencapai kepentingan tersebut tentunya sangat merugikan pihak pihak yang dijadikan target oleh Negara seperti AS.

Banyak kegagalan yang dialami AS melalui upaya diplomasi koersifnya menurut penulis di karenakan oleh tidak matangan dalam menyertakan fungsi diplomasi itu sendiri. Karena perlu di ingat menurut Burce diplomasi koersif dapat mencapai keseimbangan yang di butuhkan dengan cara memikirkan kombinasi dari kemauan dan kemampuan.

Daftar Pustaka

https: //reviewnesia.com/keberhasilan-diplomasi-koersif/

https://haloedukasi.com/hubungan-diplomatik

Jentlenson, B.W. (2006). Coercive Diplomacy: Scope and Limits in the Contemporary World. Stanley: The Stanley Foundation.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun