Mohon tunggu...
Chintya Melkianus
Chintya Melkianus Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Univeristas 17 Agustus 1945 Surabaya

Saya hobby membaca buku, suka menyayi dan juga dance. Saya senang mengikuti kegiatan di kampus dan dimluar kampus seperti kegiatan di gereja.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Feminism Dan Arah Perjuangan di Era Digital

4 November 2024   16:55 Diperbarui: 4 November 2024   17:04 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Abstrak

Artikel ini membahas bagaimana gerakan feminisme berperan di era digital dan bagaimana kemajuan teknologi informasi membantu perjuangan untuk kesetaraan gender. Feminisme menemukan ruang baru di era digital untuk menyuarakan hak-hak perempuan, keadilan gender, dan penolakan kekerasan dan diskriminasi berbasis gender. Media sosial dan internet telah berkembang menjadi alat yang berguna untuk kampanye, pendidikan, dan solidaritas internasional. Meskipun demikian, era internet juga membawa tantangan baru, seperti serangan internet dan pelecehan online terhadap aktivis feminis. Artikel ini melihat cara baru perjuangan feminisme di era teknologi dengan memahami manfaat dan efek teknologi ini.
Kata kunci: Feminisme, kesetaraan gender, aktivisme online, media sosial, dan era digital

PENDAHULUAN

Feminisme adalah ideologi dan gerakan sosial yang mendukung kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan. Menurut Freedman (2002), feminisme telah mengalami berbagai gelombang, juga dikenal sebagai "waves", sejak awal munculnya. Gelombang-gelombang ini menunjukkan pergeseran fokus dan strategi untuk mencapai tujuannya. Menurut McPherson (2019), era teknologi informasi saat ini menawarkan kesempatan baru bagi aktivis feminis, terutama melalui media sosial, yang memungkinkan kampanye, ide, dan solidaritas di seluruh dunia.

Namun, di balik kemajuan ini, feminisme menghadapi tantangan baru. Hal ini termasuk hoaks, serangan siber, dan pelecehan online yang sering menyasar aktivis perempuan (Jane, 2014). Tujuan dari artikel ini adalah untuk melihat bagaimana gerakan feminisme dipengaruhi oleh teknologi digital, serta kesulitan dan peluang yang dihadapi dalam perjuangan kesetaraan gender.

KAJIAN TEORI

1. Teori Feminisme dan Perkembangannya

Teori feminisme telah mengalami banyak perubahan sejak awalnya muncul pada abad ke-19. Pada awalnya, gerakan feminisme berkonsentrasi pada hak politik dan kesetaraan. Namun, seiring berjalannya waktu, gerakan ini mulai mencakup masalah sosial dan budaya juga. Salah satu bentuk gerakan feminis modern adalah feminisme digital, yang menekankan penggunaan teknologi sebagai alat untuk mendorong perubahan sosial (Haraway, 1985).

2. Feminisme Digital

Menurut Rentschler dan Thrift (2015), feminisme digital adalah jenis praktik feminisme yang bergantung pada media digital, seperti aktivisme online dan penggunaan media sosial untuk menyuarakan masalah feminisme. Praktik-praktik ini memungkinkan perempuan untuk lebih mudah mendapatkan informasi, berbagi pengalaman mereka, dan membangun jaringan solidaritas. Kampanye seperti #MeToo dan #TimesUp, misalnya, telah menunjukkan bagaimana media sosial dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran akan pelecehan seksual dan ketidaksetaraan gender.

METODE PENELITIAN

Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang jalan perjuangan feminisme di dunia digital. Untuk mencapai tujuan ini, metode studi literatur digunakan untuk mengkaji literatur yang ada tentang feminisme digital. Selain itu, beberapa kasus kampanye feminis online dianalisis sebagai contoh konkret bagaimana feminisme digital berfungsi di era modern.

PEMBAHASAN

1. Peran Teknologi Digital dalam Gerakan Feminisme

Teknologi digital memberi aktivis feminis ruang baru untuk menyebarkan gagasan dan memperjuangkan kesetaraan. Gerakan feminis internasional seperti #MeToo, #TimesUp, dan #HeForShe menunjukkan bagaimana media sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong perubahan (Jackson, 2018). Aktivis yang menggunakan media sosial dapat menjangkau audiens di seluruh dunia, berbagi pengalaman, dan mendukung satu sama lain melalui solidaritas digital (Harcourt, 2017).

Selain itu, komunitas feminis yang tersebar di seluruh dunia menjadi lebih mudah dibentuk berkat era internet. Instagram, Facebook, dan Twitter memungkinkan aktivis feminis untuk berhubungan dengan orang-orang yang berbagi nilai dan memperkuat perjuangan mereka (Rentschler, 2018).

2. Tantangan Era Digital bagi Perjuangan Feminisme

Meskipun demikian, era teknologi juga memiliki masalahnya. Adanya ancaman pelecehan online merupakan salah satu tantangan terbesar. Seringkali, aktivis feminis menjadi target pelecehan siber, yang mencakup penguntitan online, pelecehan verbal, dan ancaman fisik (Jane, 2014). Fenomena ini menunjukkan bahwa sementara media sosial membantu menyebarkan gagasan feminis, mereka juga memungkinkan kelompok-kelompok untuk menentang kesetaraan gender.

Penyebaran informasi palsu, juga dikenal sebagai hoaks, yang sering digunakan untuk mengurangi kredibilitas gerakan feminis, merupakan tantangan lain. Menurut Banet-Weiser (2018), ada banyak informasi yang salah atau propaganda yang menyudutkan aktivis feminis, yang dapat memengaruhi pandangan masyarakat terhadap feminisme. Selain itu, masalah feminis sering disalahartikan atau dibingkai secara negatif karena algoritma media sosial sering memperkuat konten yang sensasional atau penuh kebencian (Steeves, 2015).

3. Peluang dan Arah Perjuangan Feminisme di Era Digital

Meskipun ada kendala, era digital juga menawarkan banyak peluang bagi aktivis feminis. Teknologi digital dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan gender dan kesadaran tentang hak-hak perempuan. Pendidikan gender dapat menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum, termasuk di daerah yang sebelumnya menjadi tantangan bagi gerakan feminis untuk mencapainya (Keller, 2015). Selain itu, banyak aktivis yang memanfaatkan teknologi untuk mengajarkan dan memperjuangkan masalah gender dengan cara yang lebih menarik, seperti kampanye interaktif dan konten visual.

Di era teknologi saat ini, gerakan feminis juga dapat menggunakan data dan teknologi untuk mengukur seberapa besar pengaruh kampanye mereka. Misalnya, analisis data media sosial memungkinkan aktivis untuk lebih memahami audiens mereka, mengetahui bagaimana pesan mereka diterima, dan membuat rencana yang lebih baik untuk mencapai tujuan mereka (Baer, 2016).

KESIMPULAN

Dalam era informasi, gerakan feminisme menghadapi tantangan dan peluang baru. Di satu sisi, teknologi modern memungkinkan perempuan untuk mengakses informasi, menyuarakan pendapat mereka, dan berpartisipasi dalam gerakan feminisme global. Tetapi masalah seperti cyber-misogyny dan polarisasi yang disebabkan oleh algoritma media sosial juga harus diatasi. Di era teknologi saat ini, feminisme digital memiliki potensi besar untuk mencapai kesetaraan gender, asalkan tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi dengan bijak.

Baik peluang maupun hambatan bagi gerakan feminisme ditawarkan oleh era teknologi saat ini. Media sosial dan internet membantu orang menyebarkan ide dan membangun solidaritas di seluruh dunia; namun, masalah seperti pelecehan daring dan misinformasi harus dihadapi dengan bijak. Feminisme di era digital membutuhkan strategi yang adaptif, penggunaan teknologi yang kreatif, dan edukasi publik tentang pentingnya kesetaraan gender untuk terus maju. Dengan demikian, gerakan feminisme dapat menjadi semakin kuat dan relevan di tengah perkembangan teknologi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena nikmat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini. Penulisan artikel ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi Tugas UTS Matakuliah Komunikasi Dan Gender (G). Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, cukup sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun