"Argumentasi menjadi tidak berarti lagi, semua suara akhirnya lindap menuju mati" - Najwa Shihab
Membaca sepenggal kalimat diatas maka Anda akan langsung mengingat kalimat-kalimat politik lain Najwa Shihab yang bijak dan tegas yang biasa Anda temukan di siaran TV "Mata Najwa". Pembawa berita atau presenter cantik ini dikenal sebagai wanita berani yang mewawancarai para pejabat tentang dunia politik yang begitu rumit dan sulit untuk dibayangkan.Â
Bagaimana tidak, dari kalimat tersebut saja kita dapat mengetahui bahwa demokrasi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini dibuktikan pada pemilihan pemimpin yang kerap kali masih menimbulkan polemik pada saat rakyat akan menentukan hak suaranya untuk memilih pemimpin masa depan.
...
"Pada pagi hari di hari yang bertepatan dengan pemilihan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku. Hentakan kaki yang mendayu seolah mendukung fikirku yang terbawa dalam lamunan, menerka-nerka siapa yang ada di balik pintu itu. Ah, ternyata seorang pria dan satu wanita dengan membawa bingkisan yang entah apa isinya menyapaku dengan ramah. Mereka berbicara banyak mengenai salah satu pasangan yang kutahu menjadi salah satu calon pilkada kali ini dan beropini bahwa mereka yang terbaik. Kemudian, mereka memberikan bingkisan yang ternyata berisi sejumlah uang dan juga sembako, dengan memberikan pesan bahwa aku dan keluarga harus memilih pasangan calon X. Bingkisan tersebut mampu membuat kami mengubah suara, meskipun pada awalnya akan memilih pasangan calon lain yang kami anggap dapat memikul beban rakyat kedepannya. Satu hal yang kami yakini, bahwa mungkin orang-orang di luar sana juga menerima bingkisan yang sama tanpa berfikir efek kedepannya."
Cerita tersebut merupakan bentuk representasi dari demokrasi Indonesia pada saat pilkada berlangsung atau yang biasa Anda sebut sebagai serangan fajar dan politik uang. Politik uang merupakan langkah untuk mempengaruhi orang lain (biasanya dengan menggunakan imbalan materi demi mempengaruhi suara pemilih), sedangkan serangan fajar biasanya dilakukan pada saat sebelum, selama, atau sesudah kampanye (hari tenang) (Tou, 2020).Â
Dalam hal ini, serangan fajar dan politik uang dapat menjadi salah satu faktor penyebab adanya strategi kampanye elektroral di Indonesia karena pilkada menjadi lahan untuk jual-beli suara. Jika hal ini terus dilanjutkan, bagaimana kelangsungan pilkada pada tahun 2024 mendatang?
Pembagian "Buah tangan" dari Paslon
Sudah sepatutnya kita bersyukur bahwa saat ini Indonesia merupakan negara yang demokratis bahkan dikenal sebagai negara demokratis terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat. Indonesia yang dikenal dengan sistem pemilu dalam demokrasinya, memiliki indikator keberhasilan yang bukan hanya dilihat dari tingginya angka partisipasi pemilu saja, namun juga dilihat dari tidak adanya kasus politik uang dan serangan fajar ketika penyelenggaraan kampanye.Â
Kepercayaan publik pada proses dan hasil pemilu berkaitan dengan kualitas penyelenggaraan karena bagi publik, kunci pemilu terletak pada integritas, bersih, dan netralitas penyelenggara. Prinsip demokrasi untuk menghadirkan pemimpin yang berkemampuan di Indonesia masih perlu untuk mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan sistem pemilu Indonesia masih menimbulkan kontroversi dalam pelaksanaannya, salah satunya yaitu adanya serangan fajar dan praktik politik uang.
Serangan fajar merupakan kata kuno yang sudah cukup lama hadir, berawal ketika Thomas Stanford Raffles menerapkan sistem pemilihan kepala desa yang tidak lagi bersifat turun temurun. Kemudian dalam Staatblad No.490 dimuat kebijakan yang disebut IGOB (Inlandsche Gemeente Ordonnantie Biutengewsten), yang memuat wewenang pemerintah desa serta aturan terkait dengan susun organisasi termasuk tata tertib beserta aturan hukum lainnya.Â
Adanya kebijakan baru menjadikan sistem pemilihan menjadi berbeda karena ditemui adanya penyelewengan. Menurut hasil penelitian beberapa lembaga, politik uang kemungkinan efektif hingga 15%. Namun, politik uang yang terjadi di hari tenang tidak dibenarkan karena termasuk dalam upaya kampanye politik yang bertentangan dengan asas pemilu yaitu LUBER JURDIL.
'Ibarat Perang Baratayuda, pemilu tak ubahnya Kurukshetra yang menjadi medan pertarungan sesama saudara satu partai dengan uang sebagai senjata pamungkasnya' (Muhtadi, 2020). Dari kutipan tersebut kita tahu bahwa uang adalah segalanya yang bahkan dapat membeli apapun dan siapapun. Serangan fajar dan pemilu dapat terjadi karena beberapa faktor seperti rendahnya pendidikan, faktor kurangnya pengawasan, dan faktor kondisi lingkungan desa.Â
Dalam pelaksanaannya, praktik politik uang dilakukan oleh tim sukses yang menyebarkan barang atau uang kepada warga desa. Kebanyakan warga mendapatkan sembako, namun ada juga yang mendapatkan barang seperti uang tunai, kaos partai, hijab, atau peralatan dapur.Â
Rata-rata sekitar 60% pemilih ketika diberi salah satu bentuk politik uang dari kandidat beserta perangkat turunannya mengaku akan menerima dengan alasan rejeki tidak boleh ditolak. Jika kondisi ini berlanjut, maka serangan fajar dan politik uang akan terus menjadi momok dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan dilaksanakan tahun 2024.Â
Seharusnya pilkada tidak dijadikan beban dari pelaksanaannya, namun bagaimana penyelenggaraan kepentingan politik dapat secara amanah menjalankan tugasnya. Serangan fajar dan politik uang dapat berdampak untuk mengubah persepsi masyarakat yang pada awalnya menginginkan adanya penyelenggaraan pemilihan yang demokratis menjadi hal yang berbanding terbalik. Â
Jika hal ini dilakukan secara terus-menerus, maka tindakan politik uang dan serangan fajar menjadi hal yang maklum terjadi dan pilkada tahun 2024 akan tetap sama seperti tahun sebelumnya yang marak dengan kasus tersebut.
KOMPILASI: Solusi untuk Menegakkan Demokrasi
Sebagai remaja yang merupakan generasi penerus bangsa, sudah seharusnya kita memberikan kontribusi dalam perkembangan negara. Demokrasi butuh wajah-wajah baru yang mampu mendongkrak kejayaan bangsa melalui penerapan kebijakan yang selaras dengan tujuan dalam Pembukaan UUD 1945.Â
Jika kita lihat di lapangan, saat ini kualitas generasi muda masih banyak disepelekan dan bahkan ada yang dikambinghitamkan dengan menyebutnya sebagai "generasi yang rapuh dan mudah menyerah". Namun hal itu tak mengubah fakta bahwa masih banyak kompetensi yang dimiliki karena generasi muda bergerak secara dinamis dan berpikir kritis.Â
Harapannya, dengan adanya pengkayaan serta bimbingan dari generasi muda, maka kelak Indonesia akan menjadi negara yang berkembang pesat dengan mengalami banyak perubahan yang dapat memajukan bangsa Indonesia, salah satunya dengan adanya pilkada yang transparan dan bebas dari adanya serangan fajar dan politik uang.
Adanya serangkaian inovasi dapat mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Generasi muda dapat mengibarkan sayap dan bekerja sama dengan aparatur daerah untuk membentuk suatu komunitas guna meminimalisir serangan fajar dan politik uang. KOMPILASI (Komunitas Pemilu Bersih) merupakan wajah baru yang dimungkinkan memiliki tugas yang diantaranya untuk
 menindaklanjuti pemilih yang menerima uang atau barang dan calon perwakilan yang menerapkan praktik politik uang dan serangan fajar, serta dibentuknya sanksi masyarakat terkait dengan hal tersebut.Â
Dengan adanya KOMPILASI, diharapkan seluruh tindakan yang tidak wajar yang dilakukan baik oleh pasangan calon, tim sukses, ataupun perwakilan dari partai tertentu dapat diminimalisir sehingga upaya untuk menciptakan pilkada yang demokratis, transparan dan berintegritas dapat terlaksana.Â
Selain itu, adanya beberapa solusi seperti patroli di tingkat kabupaten, kecamatan, desa hingga tempat pemungutan suara, serta kerjasama dari paslon yang melapor apabila menemukan indikasi politik uang dan serangan fajar, dimungkinkan tingkat kesadaran dari masyarakat maupun pihak pemberi "bingkisan" akan terus bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Buehler, M. 2009. Islam and Democracy in Indonesia Insight Turkey. Insight Turkey.11(4):51-63.
Badan Kepegawaian Negara. 2018. Tiga Indikator Sukses Pilkada dan Pemilu. URL: https://www.bkn.go.id/berita/tiga-indikator-sukses-pilkada-dan-pemilu. Diakses tanggal 24 Maret 2022.
Manah, F., H. 2021. Politik Uang dan Solusinya dalam Hukum. URL: https://rumahpemilu.org/politik-uang-dan-solusinya-dalam-hukum/. Diakses tanggal 18 April 2022.
Tou, E. 2020. Waspada Serangan Fajar Menjelang Pilkada 2020. URL: https://mediaindonesia.com/opini/367039/waspada-serangan-fajar-menjelang-pilkada-2020. Diakses tanggal 24 Maret 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H