Sekarang marilah kita meniti jalan kehidupan patriot kita yang agung ini, melalui sebuah hadist yang menakjubkan, yang diriwayatkan oleh Abu Sufyan  yang sampai ke kita melalui Imam al-Bukhari. Namun sebelum itu, ada baiknya bagi kita untuk mengetahui sekelumit tentang latar belakang kisah ini.
Kisah ini bermula ketika Nabi berhasil meneken kontrak dalam perjanjian Hudaibiyah dengan Quraisy Makkah. Salah satu yang menjadi point kesepakatan adalah gencatan senjata selama sepuluh tahun. Selama masa gencatan ini, Rasulallah memulai fase baru yang cukup penting dalam sejarah dakwah. Fase ini adalah fase tabligh. Yaitu menyiarkan Islam ke segenap penjuru Jazirah Arab.
Tidaklah Rasulallah meneken perjanjian damai tersebut kecuali dibalik perjanjian tersebut terdapat kemaslahatan yang besar bagi dakwah Islam. Dalam keadaan demikian, Rasulallah mengirimkan para sahabatnya sebagai duta Islam untuk berbagai negeri dan kekuasaan. Dari sekian banyak duta Islam tersebut adalah seorang sahabat mulia, yang dari wajahnya memancar cahaya, bahkan seringkali Jibril datang dengan rupanya. Dialah Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Dihyah datang ke kekuasaan terbesar di zamannya sebagai duta membawa risalah keimanan untuk disampaikan kepada pemimpin tertingginya, Hiraklius.
Hiraklius merupakan kisar dan Imperium Romawi bagian timur, atau kadang disebut juga dengan Binzantium. Imperium Romawi pada masanya adalah kekuasaan yang cukup besar. Saking besarnya, dunia dibelahnya menjadi dua. Sebagian dikuasai oleh Kisra Persia. Dan sebagian keduanya dikuasai oleh Kaisar Romawi. Heraklius sendiri adalah nama pendek dari Flavius Agustus Hiraklius. Ia memegang tampuk kekaisaran Romawi Timur sejak tahun 610 masehi.
Hireklius pada asalnya adalah seorang pemuda yang shaleh dan faqih dalam ajaran Nasrani. Ia dan keluarganya berasal dari Armenia. Ia pindah ke Tunisia untuk membantu sang ayah yang waktu itu ditugaskan oleh Kaisar Romawi untuk memipin wilayah tersebut. Ketika terjadi peperangan hebat antara Persia dan Romawi, yang berakhir dengan kekalahan Romawi --cerita kekalahan Romawi diabadaikan dalam Alquran- Ayahnya, Patrik Hiraklius menyiapkan anaknya Hirkalius bin Patrik Hiraklius untuk menyelamatkan Imperium Romawi sebelum benar-benar hancur. Hiraklius pun memulai pergerakannya dengan menyerang wilayah Konstantin, Ibu Kota Romawi. Tujuannya tidak lain untuk menumbangkan Kaisar Phokas dari tampuk kekuasaannya.
Aksi Hiraklius merebut kekuasaan ini adalah sebagai upaya terakhir baginya untuk menyelamatkan kekaisaran dari invensi Persia dan menstabilkan kembali huru-hara internal yang sedang melanda pasca terbunuhnya Kaisar Mauris. Dengan tujuan inilah ia meninggalkan Tunisia berlayar menuju Konstantinopel. Sampai di sana ia pun menjalankan niatnya. Ia berhasil. Tampuk kekaisaran Romawi berhasil direbutnya. Dan Ia menjuliki dirinya sebagai penyelamat Imperium Romawi.
Setelah itu, ia bersiap-siap untuk menghadapi Persia. Bertemulah kedua imperium besar tersebut di Daerah Ninawa pada tahun 627 masehi. Setelah pertempuran hebat, Romawi berhasil menjadi pemenangnya. Kemenagan ini otomatis mengangkat citra Hiraklius. Ia pun menjadi patriot kebanggaan Bangsa Romawi yang pemberani lagi alim dalam ajaran Nasrani. Sebagai rass syukur atas kemenangan ini, ia berjalan kaki dari Konstantin ke al-Quds untuk berziarah ke tempat suci tersebut.
Di al-Quds inilah Hireklius bertemu dengan utusan Rasulallah, Dihyah al-Kalbi. Dihyah pun menyerahkan surat Rasulallah  kepada Hiraklius....
Bismillahirrahmanirrahim
Dari Muhammad bin Abdullah untuk Hiraklius Penguasa Rum: Keselamatan bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk. Amm ba'du...Â
Sungguh aku menyeruh kepadamu kepada Islam. berislamlah maka engkau akan selamat dan Allah akan memberikanmu pahala dua kali. Namun jika engkau berpaling, maka engkau akan menanggung dosa semua bangsa Arisiyin. "Katakanlah: 'Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah'. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)'."[1]