Mohon tunggu...
Siska Permata Sastra
Siska Permata Sastra Mohon Tunggu... -

suka buku. suka nulis. suka kopi. suka-suka.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Buruk Raja Zein

20 Desember 2016   19:40 Diperbarui: 20 Desember 2016   20:16 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Tidak usah macam-macam. Sekarang mandi saja. Sudah sedia sarsaparilla hangat untuk kau mandi. Aku akan minta pelayan membuatkanmu daging cendrawasih dan darah buaya supaya kau bisa tenang.”

“Baiklah. Terima kasih, istriku.”

Raja Zein kemudian mengangkat tubuhnya dari kasur dan meninggalkan istrinya. Dia pergi ke kamar mandi dan merendam tubuhnya dalam bath tub berisi sarsaparilla hangat. Lumayan. Tetapi tidak melupakan bayang-bayang hitam di dalam mimpinya. Bayang-bayang hitam yang menyelundup ke istana dan memenggal kepalanya dengan mudah. Semudah dia mengangkat bokongnya.

Masih terbayang kilatan samurai itu di matanya ketika dia sedang memotong-motong daging cendrawasih dengan pisaunya. Kilatan samurai yang dengan gampang memutus leher dan kepalanya. Kilatan samurai yang kelihatannya sangat ringan untuk menebas lehernya. Dia memotong kepala cendrawasih itu dan tiba-tiba tangannya berhenti. Ia membayangkan apabila kepala cendrwasih itu adalah kepalanya. Dan pisau makan itu adalah samurai. Dan dirinya itu adalah si bayang-bayang hitam. Si pemenggal.

“Ada apa, Tuan? Apa kepala cendrawasihnya terlalu alot?” tanya pelayannya. Dia tidak menggubris. Dia malah memerintahkan untuk membuang kepala cendrawasih itu. Ke mana pun.

“Di mana kau buang itu kepala cendrawasih, hah?” tanyanya ketika pelayan itu kembali berdiri di samping meja perjamuannya.

“Ke sungai, Tuan.” Glek. Bulu roma Raja Zein meremang.

Apakah mimpi itu? Apakah….

Apakah pelayan ini nanti yang akan memenggal kepalanya dan membuangnya ke sungai di belakang istana? Apakah ini wangsit? Apa….

Hari itu juga pelayan yang membuang kepala cendrawasih ke sungai dipecat. Pelayan itu tidak tahu apa-apa. Tidak tahu alasan mengapa ia dipecat dan diusir dari istana. Pelayan itu tidak tahu mengapa ia dicampakkan setelah selama hampir separuh hidupnya ia mengabdi di sana. Selama hampir separuh hidupnya ia memasak daging-daging kesukaan raja-raja. Bahkan, sebelum Raja Zein ada.

Bukan hanya dipecat, pelayan itu juga tidak diperkenankan mendekati istana. Prajurit-prajurit di garda depan sudah mencatat dan menghapal wajah, suara, dan lekak-lekuk tubuhnya agar tidak sampai mendekat dan memasuki istana. Pelayan itu tidak tahu mengapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun