Mohon tunggu...
Siska Permata Sastra
Siska Permata Sastra Mohon Tunggu... -

suka buku. suka nulis. suka kopi. suka-suka.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Buruk Raja Zein

20 Desember 2016   19:40 Diperbarui: 20 Desember 2016   20:16 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu Raja Zein tidak bisa tidur siang seperti biasanya. Semalam dia mimpi buruk. Dia mimpi kepalanya dipenggal orang tak dikenal. Tangan dan kakinya diikat pakai tali plastik murahan. Kepala yang dipenggal itu kemudian dibawa pulang si pemenggal dan badannya dimasukkan karung dan dilarungkan ke sungai di belakang istananya.

Raja Zein tiba-tiba teringat sesuatu. Sesuatu yang mengerikan. Sesuatu yang meremangkan bulu kuduknya. Sesuatu yang, ah, sudahlah. Dia terlalu lelah membaca berita-berita di gawai, dia terlalu lelah memikirkan rakyat-rakyatnya selama hampir enam jam lamanya. Dia mengantuk. Tapi badannya selalu grasak-gurusuk. Muter-muter. Dia takut mimpi buruknya berlanjut lagi. Dia takut melihat kematian dirinya sendiri, meski itu dalam mimpi.

Rakyat Gole-gole hari itu sama saja dengan hari biasanya. Adem-ayem. Tentram. Tidak ada yang mengganggu ketentraman Rakyat Golegole meski di dalam istana, Rajanya tidak bisa tidur siang. Rakyat Golegole sesiang ini masih wajar. Ada yang memasak makan siang, ada yang bekerja, ada yang menumbuk padi, ada yang menanam padi, ada yang menonton tv, ada yang menyetel musik, ada yang menyeduh kopi, dan ada yang tidur siang dengan nyenyaknya. Sayangnya itu bukan Raja Zein. Raja Zein sedang gelisah.

Akhirnya Raja Zein terlelap juga. Terlelap pada saat pukul dua siang. Jadwal tidur siang yang telat. Raja  Zein biasanya tidur tepat tengah hari bolong. Setelah makan dua porsi lidah sapi panggang dan satu porsi kepala babi Zimbabwe. Babi paling enak di seluruh negeri Golegole yang hanya bisa dinikmati Raja Zein seorang. Dan istri yang setelah itu nguik-nguik di kamar mandi demi mengeluarkan seluruh isi perutnya. Dan anak-anak Raja Zein yang gemuk-gemuk bagai sapi impor.

Tidur siang Raja Zein ternyata tidak nyenyak-nyenyak amat. Pukul setengah empat sore dia mendadak terbangun dengan badan basah kuyup kemringet dan wajah pucat pasi. Istrinya yang sedang tidur di sebelahnya juga mau tak mau ikut terbangun. Dan menanyakan, apakah ada sesuatu yang buruk? Apakah kau mimpi buruk, sayang? Tetapi Raja Zein diam saja. Dia bangun dari kasurnya yang empuk dan mewah yang di pinggir-pinggir kasurnya terdapat besi berlapis emas 23 karat. Raja Zein langsung menuang segelas anggur putih 200 tahun lalu dari Swedia. Glek, glek, glek… tetapi bayangan di mimpi itu belum hilang.

“Aku merasa aku akan digulingkan, istriku. Aku merasa saya akan dibunuh. Dan kau dan anak-anak kita akan dibakar,” kata Raja Zein.

Istrinya melotot. Antara bertanya-tanya dan ngeri.

“Apa yang sedang kau bicarakan, suamiku? Sejak kapan Raja bisa merasa? Ada-ada saja. Hal buruk semacam itu tidak akan terjadi. Kau memegang tampuk kekuasaan. Kalau ada hal yang akan mengancam jiwa kita, kau tinggal kerahkan prajurit Golegole yang perkasa itu. Tidak mungkin itu terjadi.”

“Istriku, hal buruk adalah suatu kemungkinan yang mungkin terjadi. Apapun itu. Bukan tidak mungkin kalau kepalaku, kepala raja, dipenggal dan jadi pajangan di rumah orang miskin. Rumah rakyat!”

“Kau itu ngomong apa? Rakyat Golegole mana yang akan berani memenggal kepala? Kau hanya mimpi buruk.”

“Tidak…tidak. Ini nyata, istriku. Dan rakyat yang memenggalku adalah rakyat yang memberontak. Ya, rakyat yang memberontak.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun