Terik mentari tak surutkan ia langkahkan kaki
Harum wewangi sunnah yang ia jalani berangsur pergi
Ia sambut uluran tangan, pamit berangkat suguhkan senyum hangat
Suamiku pergi, sisakan derap
Dedaun jatuh seling dentum tembak bergemuruhÂ
Aku tak tau, ada apa dengan jumatku?
Bau bubuk mesiu seketika masuk gugurkan bahagiaku
Cemas,
Ada apa? Mengapa ada suara baling? Mengapa ada dentum asing?
Di sudut kamar aku mengaduh,
Bagaimana nasib orang tersayangku?
Dipeluk getir anakku gemetar
Kudekap hangat agar sesak membuatnya kembali tertidur lelap
Menyeka isak terlantun doa, kutahan air mata
Ya Rabb... Kumohon lindungi imam pun saudara seimanku
Ya Rabb... Suasana reda sisakan pilu dalam ingatan
Kulangkahkan kaki bertaruh harap, menuju tuju yang tadi ia tuju
Di gelimangan darah aku tersekat
Menatap lekat sesosok lelaki yang kehadirannya begitu mendekap
Lelakiku, Syahid di perjalanan jumat penanda taat
Wafat di pembaringan selepas sholat
Kekasih, andai aku bisa berbagi kembali walau hanya dalam mimpi
Kekasih, rasa sakit kehilanganmu tak seberapa dibanding kesakitanku melihat dunia
Kekasih, bagaimana mungkin darahmu terbalur? sementara dunia sibuk lelah mengatur
Kekasih, terkadang aku bertanya,
Apa teroris hanya dunia sematkan pada diri seorang muslim?
Ruang Sesak
Jumat, 15 Maret 2019
Dariku saudari muslimmu...