Areum adalah seorang pemudi  yang aktif bekerja di sebuah perusahaan. Setiap hari ia sibuk dengan pekerjaan, sering melewatkan waktu makan dengan alasan kesibukan. Gaya hidupnya membuat tubuhnya terasa lelah, dan akhirnya Areum mulai sering merasa sakit. Dokter menyarankan Areum untuk menjaga pola makan dan memperhatikan keseimbangan hidupnya.
Ketika Ramadan tiba, Areum merasa khawatir. Ia berpikir bahwa berpuasa selama sebulan penuh mungkin akan memperburuk kesehatannya. Dalam kebingungan itu, ia berbicara dengan ayahnya, Pak Hanbin, yang dikenal sebagai orang bijak dan agamis didesanya.
Pak Hanbin dengan sabar mendengarkan kekhawatiran Areum. Lalu, ia berkata, "Areum anakku, puasa bukan hanya perintah ibadah, tetapi juga cara Allah mengatur keseimbangan tubuh kita. Ada sebuah hadis yang sering dibicarakan, meskipun statusnya lemah, tetapi mengandung hikmah:
'Berpuasalah, maka kamu akan sehat.' (HR. Thabrani)
Meskipun hadis ini tidak sahih, banyak penelitian modern yang membuktikan bahwa puasa bermanfaat bagi kesehatan, asalkan dilakukan dengan cara yang benar."
Areum terkejut mendengar hal itu. "Jadi, ayah, puasa tidak akan membuat tubuhku semakin lemah?" tanyanya.
Pak Hanbin tersenyum. "Tentu tidak, asal kamu melakukannya dengan cara yang benar. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk berbuka dengan sesuatu yang ringan, seperti kurma dan air, dan tidak berlebihan dalam makan. Jika kamu mengikuti sunah ini, tubuhmu akan merasa lebih baik, bukan lebih buruk."
Selama Ramadan, Areum mulai mempraktikkan apa yang diajarkan oleh ayahnya, Pak Hanbin. Ia memulai puasanya dengan niat yang ikhlas dan berbuka sesuai anjuran Rasulullah SAW.
Awalnya, Areum merasa lapar saat siang hari, tetapi lama-kelamaan tubuhnya mulai menyesuaikan diri. Ia juga menyadari bahwa saat berbuka, ia tidak perlu makan berlebihan. Dengan berbuka secukupnya dan memilih makanan sehat, seperti buah, sayur, dan protein, tubuhnya merasa lebih bugar.
Selain itu, Areum juga mulai merasakan manfaat puasa pada emosinya. Ia lebih sabar, lebih banyak merenung, dan merasa lebih dekat dengan Allah SWT. Tubuhnya terasa lebih ringan, dan pikirannya lebih tenang.
Areum menyadari bahwa puasa tidak hanya mengajarkan tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga mendidiknya untuk menjaga pola hidup yang sehat dan seimbang. Ia juga mulai memahami lebih dalam hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
"Tidaklah manusia memenuhi suatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan punggungnya. Jika ia harus makan lebih banyak, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Hadis ini menjadi pedoman Areum untuk tidak berlebihan saat sahur atau berbuka. Ia merasa tubuhnya lebih sehat ketika ia makan dengan porsi yang sesuai.
Pelajaran dari kisah Areum
Puasa bukan hanya ibadah spiritual, tetapi juga cara untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana menjalankan puasa dengan cara yang benar, yang tidak hanya mendekatkan kita kepada Allah, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi tubuh kita.
Kisah Areum mengajarkan bahwa puasa adalah momentum untuk memperbaiki pola hidup. Dengan mengikuti sunah Rasulullah SAW, kita dapat meraih keberkahan puasa sekaligus manfaat kesehatannya.
Areum kini menjalani hidupnya dengan lebih sehat, bahkan setelah Ramadan usai. Ia menyadari bahwa puasa telah menjadi cara untuk memperbaiki dirinya, baik secara jasmani maupun rohani. Ia berkata dalam hati, "Puasa bukanlah beban, tetapi rahmat dari Allah SWT untuk menguatkan tubuh dan jiwa."
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menyikapi puasa dengan penuh kesyukuran, mengikuti ajaran Rasulullah SAW, dan menjaga kesehatan sebagai bentuk amanah dari Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H