Mohon tunggu...
Luthfi Hakim
Luthfi Hakim Mohon Tunggu... Pengajar Pesantren -

Belajar di Labuda dan Bilanida

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan, Bumikan Laptop LangitMu

5 Februari 2012   18:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:01 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semakin larut saja malam hingga tak lagi disebut malam

Ya, ini dini hari Luthfi

Aku tahu Chikal, jawab Luthfi, tapi Tuhan akan segera memulangkan Laptop ini dan membiarkanku kembali sendiri dalam imajinasi yang tak terkendali, tanpa medan yang berarti

Lalu apa kau akan menulis sampai pagi?

mentang-mentang Tuhan sedang berbaik hati menurunkan Laptop LangitNya ke bumi, begitu?

Aji mumpung, begitu?

Luthfi malu-malu mengangguk

Chikal tersenyum, kasihan sekali kamu

Kenapa? tanya Luthfi tak terima

Apa aku salah? Apakah memanfaatkan kesempatan meski terjepit kesempitan itu salah?

Chikal menggeleng

Cuma, ia menekan dada kirinya, itulah nafsu dalam kebaikan

Chikal, Luthfi menantang, aku sudah bosan mendengar celotehmu tentang nafsu

Hiduplah sendiri dengan akal agungmu, aku hidup sendiri dengan nafsu rendahku

Chikal tetap tersenyum, jangan begitu, nafsu tak boleh digugu meski dalam baju baik

Sudahlah, Luthfi tetap bersikukuh lalu berteriak, Tuhaaaan, jangan kau ambil Laptop langit ini, biarkan ia menemaniku dibumi

Chikal mengelus dada, jika kau bersabar, kau tak perlu menuntut Tuhanmu demikian

Kau akan diangkat ke langit bersama Laptop langitNya yang harus kembali

Luthfi diam

Karena kamu telah menuntut, Tuhan mendengar itu

Dan tanpa dipaksa oleh tuntutanmu Ia aka menjawabnya

Tapi terserah ia, kapan dan dalam bentuk apa

Tapi yang pasti, Laptop langit itu harus kembali sebab tempatnya bukan dibumi

Jika bukan dibumi, kenapa ia turun malam dini hari ini? Luthfi tak terima

Itulah godaan untukmu

Serupa bidadari surga untuk menggoyang tekad para pemuja, ahli ibadah tanpa ingin upah

Jika mereka terbuai hapuslah jatah ia naik ke langit

Ia akan mendapat jatah sesaat

Jatah dunia kasat

Dan mereka menyesal

Tapi nanti, bukan kini

Luthfi diam lagi

Chikal pun tak bicara lagi

Aku terpaku atas keheningan malam ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun