Mohon tunggu...
Chika Azizah Purtanto
Chika Azizah Purtanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Humanistik: Proses Pembelajaran yang Memanusiakan Manusia

17 Oktober 2022   22:05 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:18 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

BELAJAR MERUPAKAN BAGIAN DARI HIDUP

Belajar merupakan sebuah kegiatan yang tentu akan dialami oleh semua orang. Setiap individu akan terus belajar dari pengalaman dan ilmu yang diperoleh semasa hidupnya untuk perubahan yang lebih baik. Dengan kata lain, proses belajar itu akan berlangsung sepanjang hayat manusia, baik itu melalui sistem pendidikan formal maupun non-formal. 

Berdasarkan fakta bahwa manusia terus belajar semasa hidupnya, maka diperlukan sebuah sistem pendidikan dan proses pembelajaran yang dapat memanusiakan manusia. Dikarenakan apabila proses belajar yang harus dialami manusia seumur hidup itu justru memberi tekanan, keterbatasan, dan tidak dapat memanusiakan manusia seutuhnya, maka apa hakikat dan makna belajar? Hal itu justru hanya membuat seseorang merasa tertekan serta tidak diberi kebebasan dalam belajar dan juga hidup.

DUNIA PENDIDIKAN

Dalam pendidikan Indonesia, terdapat berbagai macam lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga universitas dengan karakteristik dan keunggulannya masing-masing yang ditawarkan kepada peserta didik. Sedangkan peserta didik akan memilih lembaga pendidikan yang akan dituju berdasarkan beberapa faktor dan pertimbangan. Salah satunya adalah memilih lembaga pendidikan yang sesuai potensi dan bakatnya. Peserta didik memiliki harapan bahwa lembaga pendidikan tersebut dapat membantu untuk mengembangkan potensinya selama ia belajar di sana.

Oleh karena itu, diharapkan bagi seluruh komponen pendidikan, seperti lembaga, pendidik, lingkungan, dan lainnya dapat mendorong peserta didik mewujudkan potensinya. Dan selama proses pembelajaran tersebut, tidak hanya sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang dapat memanusiakan peserta didik. Hal ini selaras dengan pandangan dalam teori belajar humanistik bahwa proses pembelajaran harus berfokus pada memanusiakan manusia dan aktualisasi diri. Bagaimanakah proses pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kemanusiaan itu? Berikut penjelasan mengenai teori belajar humanistik.

PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kata "human" adalah bersifat manusiawi (seperti manusia yang dibedakan dari binatang, jin, malaikat); 2 berperikemanusiaan (baik budi, luhur budi, dan sebagainya).

Dalam persepektif bidang psikologi, kata humanistik merupakan suatu aliran atau pendekatan dalam ilmu psikologi yang mengedepankan pertumbuhan pribadi, kebebasan, kebahagiaan, kemampuan diri untuk bangkit selepas mengalami keterpurukan, dan keberhasilan dalam realisasi potensi diri. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari teori belajar humanistik merupakan suatu konsep belajar yang didasarkan pada mengedepankan sifat dan nilai kemanusiaan dalam proses pembelajaran.

KONSEP TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Terdapat beberapa poin dan prinsip dari teori humanistik untuk didasarkan pada pembelajaran, yakni sebagai berikut.

  • Kebebasan
  • Kreativitas
  • Aktualisasi diri
  • Percaya diri
  • Etis dan Moral
  • Rasa aman dan pengawasan diri
  • Bertanggung jawab dunia akhirat

Teori belajar humanistik berpandangan bahwa setiap proses pembelajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip di atas. Belajar harus diawali dan ditujukan untuk dapat memanusiakan manusia. Tujuan dari memanusiakan manusia itu sendiri yakni seperti tercapainya aktualisasi diri dan realisasi dari potensi yang dimiliki secara optimal. Dengan kata lain, dalam teori pembelajaran humanistik ini lebih diarahkan agar pembelajaran dapat mengasah nilai-nilai kemanusiaan, karakter dan kepribadian, etis dan moral, serta mengembangkan potensi seorang individu.

Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku belajar bukan dari sudut pandang pengamatnya, melainkan memahaminya dari sudut pandang pelakunya, yaitu manusia yang sedang belajar. Dalam teori belajar ini yang berperan sebagai pelaku utama adalah peserta didik itu sendiri dan dirinya sendirilah yang memaknai proses pengalaman belajarnya. Hal ini disebut juga dengan Student Center Learning.

Pada dasarnya, setiap individu itu memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memunculkan usaha dari dalam dirinya sendiri (motivasi internal). Maka dari itu, peserta didik diharapkan dapat lebih aktif dan melibatkan seluruh bagian dalam dirinya seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses belajar. Sehingga dapat terasa makna dari kegunaan belajar bagi dirinya sendiri. Dan hasil akhirnya dapat mencapai aktualisasi dan realisasi diri seoptimal mungkin seperti yang diusung oleh teori belajar humanistik. Keberhasilan dalam belajar apabila ditinjau dari perspektif teori ini adalah ketika peserta didik memahami dirinya dan potensinya sendiri. 

PERAN PENDIDIK DALAM TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Meskipun teori ini meyakini pusat belajar ada pada peserta didik, bukan berarti bahwa peran pendidik tidak terlibat di dalamnya. Pendidik tentu masih berperan sebagai fasilitator pada proses pembelajaran. Pendidik memfasilitasi peserta didik dalam mengenalkan, menggali, mengembangkan, dan mewujudkan potensi yang mereka miliki.

Peserta didik dibantu oleh pendidik agar lebih mengenal diri, memahami potensi yang dimiliki, serta dapat mengembangkan potensi tersebut. Sehingga proses pembelajaran semata-mata bukan hanya mentransfer pengetahuan  sesuai materi ajar saja yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu individu dalam mengembangkan diri mereka sebagai manusia seutuhnya. Pendidikan dapat dijadikan sebagai wujud proses peserta didik mencapai aktualisasi dirinya.

TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK

1. Abraham Maslow

Abraham Maslow terkenal sebagai bapak aliran psikologi humanistik. Ia berpandangan bahwa manusia hidup dengan tujuan untuk mengapresiasi diri mereka seutuhnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Hal ini selaras dengan tujuan utama dari teori humanistik yaitu aktualisasi diri pada manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri ini letak tingkatannya ada pada puncak dari kebutuhan-kebutuhan manusia setelah yang lainnya terpenuhi.

Seorang individu akan lebih tenang, siap, dan semangat belajar apabila setiap kebutuhannya bisa terpenuhi. Dari sinilah Maslow mengemukakan sebuah teori yang terkenal, yakni teori hierarki kebutuhan. Dalam teori psikologinya, ia mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan.

Apabila pendidik menemukan suatu kasus dimana seorang siswa kurang dapat menerima materi atau kesulitan lainnya, maka sebaiknya pendidik jangan menyalahkan secara langsung. Pendidik harus berusaha memahami anak tersebut barangkali ada suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi pada anak tersebut sehingga ia mengalami kesulitan dalam belajar. Misalnya anak tersebut tidak dapat tidur nyenyak karena ada masalah di rumahnya, tidak terpenuhi dengan layak kebutuhan pokoknya, dan sebagainya. Proses memahami siswa inilah yang dinamakan memanusiakan manusia.

Menurut hierarki kebutuhan Maslow, pemuasan kebutuhan seseorang memiliki tingkatan sebagai berikut.

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan pokok manusia yang bersifat mendasar dan penting. Kebutuhan ini harus dipenuhi demi keberlangsungan hidup manusia. Contoh dari kebutuhan ini ialah adalah tercukupinya makanan, memiliki pakaian, dan tempat tinggal yang layak.

2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)

Setelah kebutuhan fisiologis seorang manusia tercukupi, maka akan muncul kebutuhan akan rasa aman. Pada tingkatan ini, keamanan dan keselamatan menjadi priotitas seseorang. Sehingga manusia akan berusaha untuk mencegah dirinya dari adanya ancaman, marabahaya, wabah penyakit, kecelakaan, dan kriminalitas. Hal ini dapat terlihat pada contoh tindakan seperti memilih lingkungan rumah dengan fasilitas keamanan yang baik.

3. Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)

Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman berhasil terpenuhi, maka fokus individu mengarah pada kebutuhan sosial. Kebutuhan ini mencakup adanya kemauan bersosialisasi, rasa ingin diterima masyarakat, ingin dicintai, memiliki pasangan, dan sebagainya.

4. Kebutuhan Penghargaan (Self Esteem Needs)

Apabila kebutuhan-kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, maka tingkatan selanjutnya ialah kebutuhan untuk dihargai. Hal ini dapat dikatakan sebagai pemenuhan ego untuk meraih prestise. Contohnya adalah adanya rasa umtuk memiliki status sosial tinggi, penghargaan, pengakuan, reputasi, martabat, kedudukan, dan bahkan dominasi.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Tahap ini merupakan puncak kebutuhan manusia tentang kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk memaksimalkan potensi dan bakat yang terdapat dalam diri seseorang sehingga aktualisasi akan terwujud.

Sesuai apa yang telah dibahas di atas bahwa tujuan dari teori humanistik ini adalah untuk mewujudkan aktualisasi diri seseorang dengan proses belajar yang memanusiakan manusia. Hal tersebut ternyata merupakan tingkatan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Contoh dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini adalah apabila seseorang memiliki cita-cita menjadi dokter kemudian ia berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin hingga berhasil menjadi dokter yang kompeten. Hal inilah yang dikenal sebagai aktualisasi diri, yakni pemenuhan potensi dirinya, mulai dari cita-cita, keinginan, kemauan, dan kematangan mental untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya.

2. Carl R. Rogers

Carl R. Rogers dalam perspektif teori psikologi humanistik mempunyai pandangan yang didasarkan pada dua konsep sebagai berikut.

a. Manusia memiliki kesempatan dan peluang untuk memahami dan mengeksplorasi suatu hal

b. Manusia memiliki kebebasan dalam belajar (freedom to learn)

Berdasarkan konsep tersebut, Carl memandang bahwa pendidikan seharusnya mengarahkan peserta didik ke arah kebebasan dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif mengeksplor suatu ilmu dan lebih kreatif dalam mengekspresikan dirinya ketika belajar. 

Carl juga memiliki beberapa gagasan dan prinsip belajar yang dapat memanusiakan manusia, yakni sebagai berikut.

a. Adanya hasrat untuk belajar dan mencari ilmu

b. Belajar tanpa adanya ancaman

c. Belajar atas dasar inisiatif sendiri demi perubahan yang lebih baik.

Apabila menerapkan prinsip-prinsip tersebut, maka seorang individu akan lebih merasa dimanusiakan tanpa tertekan karena motivasi belajar muncul memang dari dalam dirinya sendiri. Selain itu, ia akan lebih bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri. Sehingga makna dan hakikat belajar pun akan lebih terasa karena tidak ada unsur paksaan dari luar.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari kedua tokoh yang mengemukakan gagasannya mengenai teori humanistik memiliki poin dan penekanan yang diunggulkan masing-masing. Abraham Maslow lebih menekankan pada teori kebutuhan manusia yang puncaknya ialah pencapaian aktualisasi diri sesuai dengan tujuan teori belajar humanistik. Sedangkan Carl L. Rogers lebih berfokus mengenai gagasan dan prinsip yang mementingkan kebebasan seseorang dalam belajar. Meskipun memiliki poin yang berbeda, kedua tokoh tersebut memiliki makna yang sama yakni dalam proses pembelajaran seharusnya dapat lebih memahami dan memanusiakan manusia.

Referensi :

Alindra, Bagoes Malik & Ahmad Makinun Amin. 2021. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik dan Urgensinya pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Journal of Educational Integration and Development, (1), 4, hlm 258-263.

Nast, Tri Putra Junaidi & Nevi Yarni. Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. 2019. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, (2), 2., hlm. 271-273.

Qodir, Abd. Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. 2017. Jurnal Pedagogik, (4), 2, hlm. 189-193.

Sari, Sri Yulia, Aris Dwi Nugroho & Meira Dwi Indah Purnama. Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak. 2021. Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Kuningan, (1), hlm. 22-25.

Sulaiman, Sulaiman & Neyivarni S. Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran. 2021. Jurnal Kajian Pendidikan dan Pembelajaran, (2), 3, hlm 221-225.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun