Mohon tunggu...
Chika Azizah Purtanto
Chika Azizah Purtanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Humanistik: Proses Pembelajaran yang Memanusiakan Manusia

17 Oktober 2022   22:05 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:18 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku belajar bukan dari sudut pandang pengamatnya, melainkan memahaminya dari sudut pandang pelakunya, yaitu manusia yang sedang belajar. Dalam teori belajar ini yang berperan sebagai pelaku utama adalah peserta didik itu sendiri dan dirinya sendirilah yang memaknai proses pengalaman belajarnya. Hal ini disebut juga dengan Student Center Learning.

Pada dasarnya, setiap individu itu memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memunculkan usaha dari dalam dirinya sendiri (motivasi internal). Maka dari itu, peserta didik diharapkan dapat lebih aktif dan melibatkan seluruh bagian dalam dirinya seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses belajar. Sehingga dapat terasa makna dari kegunaan belajar bagi dirinya sendiri. Dan hasil akhirnya dapat mencapai aktualisasi dan realisasi diri seoptimal mungkin seperti yang diusung oleh teori belajar humanistik. Keberhasilan dalam belajar apabila ditinjau dari perspektif teori ini adalah ketika peserta didik memahami dirinya dan potensinya sendiri. 

PERAN PENDIDIK DALAM TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Meskipun teori ini meyakini pusat belajar ada pada peserta didik, bukan berarti bahwa peran pendidik tidak terlibat di dalamnya. Pendidik tentu masih berperan sebagai fasilitator pada proses pembelajaran. Pendidik memfasilitasi peserta didik dalam mengenalkan, menggali, mengembangkan, dan mewujudkan potensi yang mereka miliki.

Peserta didik dibantu oleh pendidik agar lebih mengenal diri, memahami potensi yang dimiliki, serta dapat mengembangkan potensi tersebut. Sehingga proses pembelajaran semata-mata bukan hanya mentransfer pengetahuan  sesuai materi ajar saja yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu individu dalam mengembangkan diri mereka sebagai manusia seutuhnya. Pendidikan dapat dijadikan sebagai wujud proses peserta didik mencapai aktualisasi dirinya.

TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK

1. Abraham Maslow

Abraham Maslow terkenal sebagai bapak aliran psikologi humanistik. Ia berpandangan bahwa manusia hidup dengan tujuan untuk mengapresiasi diri mereka seutuhnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Hal ini selaras dengan tujuan utama dari teori humanistik yaitu aktualisasi diri pada manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri ini letak tingkatannya ada pada puncak dari kebutuhan-kebutuhan manusia setelah yang lainnya terpenuhi.

Seorang individu akan lebih tenang, siap, dan semangat belajar apabila setiap kebutuhannya bisa terpenuhi. Dari sinilah Maslow mengemukakan sebuah teori yang terkenal, yakni teori hierarki kebutuhan. Dalam teori psikologinya, ia mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan.

Apabila pendidik menemukan suatu kasus dimana seorang siswa kurang dapat menerima materi atau kesulitan lainnya, maka sebaiknya pendidik jangan menyalahkan secara langsung. Pendidik harus berusaha memahami anak tersebut barangkali ada suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi pada anak tersebut sehingga ia mengalami kesulitan dalam belajar. Misalnya anak tersebut tidak dapat tidur nyenyak karena ada masalah di rumahnya, tidak terpenuhi dengan layak kebutuhan pokoknya, dan sebagainya. Proses memahami siswa inilah yang dinamakan memanusiakan manusia.

Menurut hierarki kebutuhan Maslow, pemuasan kebutuhan seseorang memiliki tingkatan sebagai berikut.

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan pokok manusia yang bersifat mendasar dan penting. Kebutuhan ini harus dipenuhi demi keberlangsungan hidup manusia. Contoh dari kebutuhan ini ialah adalah tercukupinya makanan, memiliki pakaian, dan tempat tinggal yang layak.

2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)

Setelah kebutuhan fisiologis seorang manusia tercukupi, maka akan muncul kebutuhan akan rasa aman. Pada tingkatan ini, keamanan dan keselamatan menjadi priotitas seseorang. Sehingga manusia akan berusaha untuk mencegah dirinya dari adanya ancaman, marabahaya, wabah penyakit, kecelakaan, dan kriminalitas. Hal ini dapat terlihat pada contoh tindakan seperti memilih lingkungan rumah dengan fasilitas keamanan yang baik.

3. Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)

Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman berhasil terpenuhi, maka fokus individu mengarah pada kebutuhan sosial. Kebutuhan ini mencakup adanya kemauan bersosialisasi, rasa ingin diterima masyarakat, ingin dicintai, memiliki pasangan, dan sebagainya.

4. Kebutuhan Penghargaan (Self Esteem Needs)

Apabila kebutuhan-kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, maka tingkatan selanjutnya ialah kebutuhan untuk dihargai. Hal ini dapat dikatakan sebagai pemenuhan ego untuk meraih prestise. Contohnya adalah adanya rasa umtuk memiliki status sosial tinggi, penghargaan, pengakuan, reputasi, martabat, kedudukan, dan bahkan dominasi.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Tahap ini merupakan puncak kebutuhan manusia tentang kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk memaksimalkan potensi dan bakat yang terdapat dalam diri seseorang sehingga aktualisasi akan terwujud.

Sesuai apa yang telah dibahas di atas bahwa tujuan dari teori humanistik ini adalah untuk mewujudkan aktualisasi diri seseorang dengan proses belajar yang memanusiakan manusia. Hal tersebut ternyata merupakan tingkatan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Contoh dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini adalah apabila seseorang memiliki cita-cita menjadi dokter kemudian ia berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin hingga berhasil menjadi dokter yang kompeten. Hal inilah yang dikenal sebagai aktualisasi diri, yakni pemenuhan potensi dirinya, mulai dari cita-cita, keinginan, kemauan, dan kematangan mental untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya.

2. Carl R. Rogers

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun