Mohon tunggu...
Desi Puji Lestari Sobandie
Desi Puji Lestari Sobandie Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Saya adalah orang yang menyukai: memasak, kuliner, sejarah, musik, olahraga, dan tentu saja traveling!. Oya, hidup harus terus berkembang dan berubah makanya saya sangat menyukai tantangan :D. Simple Life, Relax, Take it Easy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berkunjung ke Rumah Bosscha di Pangalengan Bandung Selatan

3 Maret 2024   22:57 Diperbarui: 3 Maret 2024   23:00 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah ini didominasi oleh material kayu dan batu alam, serta berlantai kayu berwarna coklat. Karena suasana rumahnya yang nyaman, asri, sejuk, serta indah, Rumah Bosscha banyak dipakai untuk pemotretan preweeding, foto booklet angkatan, atau kumpul acara gathering keluarga/kantor. Tidak jauh dari lokasi Rumah Bosscha, terdapat Makam Bosscha yang masih terletak di area Perkebunan Teh Malabar. Sesuai wasiat Bosscha yang ingin dimakamkan di tempat yang sangat dicintainya, yaitu "Malabar". Makam  Bosscha berbentuk kubah dengan tiang penyangga, persis seperti bangunan Observatorium Bosscha yang ada di Lembang, Bosscha meninggal pada 28 November 1928.   

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
                            Perkebunan teh di wilayah Priangan tidak terlepas dari konsep "tanam paksa", yang dicetuskan oleh  Gubernur Jendral Hindia pada saat itu, Van den Bosch. Tanam paksa dilaksanakan karena untuk mengisi kas keuangan Hindia Belanda yang kosong akibat adanya "Perang Jawa 1825-1830", perang antara pasukan Hindia Belanda melawan pasukan Pangeran Dipenogoro. Maka, rakyat ketika itu diwajibkan untuk menanam tanaman yang laku dipasaran Eropa, seperti: tembakau, kopi, gula, nila, kayu manis, dan teh, wilayah Priangan banyak menghasilkan kopi dan teh. Tahun 1870, tanam paksa dihapus karena banyak menyengsarakan rakyat Indonesia. 

Undang-undang agraria dikeluarkan pada tahun 1870, dengan berlakunya UU agraria maka membuka akses seluas-luasnya pihak swasta untuk menanamkan modalnya disektor perkebunan.  Bosscha sendiri mendapat julukan sebagai raja/saudagar/juragan teh dari Priangan karena berhasil menjadi saudagar teh di wilayah Malabar Pangalengan, melalui UU agrarian tersebut. Uang yang didapat dari hasil perkebuanan teh Malabar, tidak serta merta dihabiskan begitu saja oleh Bosscha, tetapi disumbangkan untuk pembangunan gedung-gedung yang ada di Kota Bandung, seperti: ITB, Gedung Merdeka, Observatorium Bosscha. Betapa besar sumbangan Bosscha untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Sumber Pustaka:

 Kunto, Haryoto. (1984) Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: PT Granesia

https://tirto.id/lirik-bandung-selatan-di-waktu-malam-ciptaan-ismail-marzuki-gARf

https://www.bandung-tour.com/rumah-boscha-pangalengan/

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4899119/rumah-bosscha-tempat-peristirahatan-raja-teh-priangan-yang-jadi-destinasi-wisata-sejarah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun