Berbicara tentang sebuah konsep yang mungkin terdengar asing bagi sebagian dari kita. Puasa media sosial. Ya, Anda tidak salah dengar. Sama seperti puasa makanan yang kita lakukan di bulan Ramadhan, puasa media sosial adalah praktik mengambil jeda dari penggunaan media sosial untuk jangka waktu tertentu.
Â
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Facebook, Instagram, Twitter, dan platform lainnya telah menjadi tempat kita berbagi momen, berinteraksi dengan teman, dan bahkan mendapatkan berita terbaru. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan juga bisa membawa dampak negatif, seperti stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Â
Puasa media sosial bisa menjadi solusi untuk menemukan keseimbangan dalam penggunaan media sosial. Dengan mengambil jeda, kita bisa memberi diri kita kesempatan untuk 'menyegarkan' pikiran dan fokus pada hal-hal lain yang penting dalam hidup kita. Ini bisa berarti menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, mengejar hobi, atau bahkan hanya menikmati ketenangan sejenak tanpa gangguan notifikasi yang tak henti-hentinya.
Â
Tidak perlu khawatir, puasa media sosial tidak berarti Anda harus menghapus semua akun media sosial Anda dan hidup seperti zaman batu. Anda bisa mulai dengan mengambil jeda sebentar, mungkin satu hari dalam seminggu, atau satu jam dalam sehari. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan kita pada media sosial dan belajar untuk menggunakan teknologi ini dengan cara yang lebih sehat dan berimbang.
Â
Puasa media sosial juga bisa menjadi cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan mengurangi waktu yang kita habiskan di media sosial, kita bisa memiliki lebih banyak waktu untuk beribadah, berdoa, atau membaca Al-Qur'an. Ini bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas ibadah kita dan merenungkan makna hidup yang lebih dalam.
Mungkin sedikit kisah ini hanya hiburan, tapi setidaknya saya bisa sedikit menuliskannya di sini:
POV 3
Saat itu dia duduk di sudut kamar, menatap layar ponsel dengan tatapan kosong. Jarum jam terus bergerak, mengingatkannya bahwa waktu berbuka puasa semakin dekat. Namun, dia merasa hampa.
Pernah sekali ingatannya terpacu pada ceramah yang tak sengaja di dengarnya, itu tentang puasa media sosial. Dia mulai menyadari, bahwa dirinya telah terjebak dalam dunia maya yang tak berujung.
Setiap hari, dia menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial, memperhatikan kehidupan orang lain, dan melupakan makna sebenarnya dari bulan suci ini.
 Namun ketika mendengar ceramah itu, hatinya bergetar, dia memutuskan untuk mencoba melakukan apa yang di maksud dengan puasa media sosial. Dia ingin mengambil jeda dari dunia maya yang menghantui hidupnya. Dia juga ingin merasakan kehadiran Allah dalam setiap detik Ramadhan.
Â
Dan mulai esoknya, itu adalah pertama kalinya dia berpuasa media sosial, dia merasa canggung. Namun, Â dia tergoda karena telah terbiasa dengan kebiasaan menggulir layar di ponselnya itu demi mencari hiburan instan. Namun, karena dia bertekad untuk mengubah kebiasaan buruk itu. Dia segera menggantinya dengan membaca Al-Qur'an, berdoa, dan merenungkan makna ayat yang dia lantunkan.
Â
Sampai akhirnya, dia merasa perubahan pada dirinya, merasa lebih dekat dengan Allah, dan setiap sujudnya terasa lebih tulus. Bahkan bacaan Al-Qur'an semakin memiliki makna yang lebih mendalam. Dia merasakan kedamaian untuk pertama kalinya.
 Saat itu dia berkata, "Aku baru tahu bahwa keindahan ramadhan bukan hanya menahan dan menanti hari raya, tapi keindahan Ramadhan yang sebenarnya, aku bisa melihat saudara-saudaraku yang berjuang di seluruh dunia, berpuasa dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman."
Jadi, bagaimana menurut Anda? Apakah Anda siap untuk mencoba puasa media sosial? Ingatlah, tujuannya bukan untuk menghukum diri sendiri, tetapi untuk menciptakan keseimbangan dan kesejahteraan dalam hidup kita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H