Â
Di depan pintu masuk, ia menyapa satpam dan melangkah masuk dengan langkah mantap. Walaupun jantungnya berdegup kencang, ia tetap memberanikan diri untuk bertanya pada resepsionis yang pertama ia lihat dan menyebutkan tujuannya datang kesana.
  Â
Namun, jawabannya itu sangat tak mengenakkan hati. "Hanya tamatan SMA? Maaf, bos kami bukan mencari pembantu. Tapi asistennya. Jika dengan modal ijazah SMA saja, pasti kantor ini sudah di penuhi dengan karyawan berpendidikan SMA semua. Sudahlah, lebih baik kamu pulang saja." resepsionis itu mengusir Nana tanpa toleransi sedikit pun.
   Â
Nana berusaha tetap tegar, kata-katanya amat menusuk hatinya. Dia sendiri juga tahu, pendidikan SMA tak begitu mendapat apresiasi lagi, apalagi di perusahaan. Rata-rata untuk masuk ke perusahaan itu minimalnya harus bergelar S1.
   Â
Nana kembali menegakkan kepalanya, tadi itu sama sekali tak membuatnya gentar. Ia sangat bersemangat untuk mencari di tempat lain lagi.Â
  Â
Kali ini tak tujuannya adalah toko dan swalayan. Perlahan ia mendatangi satu demi satu toko lainnya. Namun, nasib baik tak berpihak padanya.
   Â