Â
Bahkan di sana juga ada barang-barang yang membuatnya tertarik. Piano! Arlan segera menghampiri benda tersebut dan menekannya beberapa kali. Lalu memainkan sebuah nada yang pernah di bunyikan waktu sekolah menengah dulu.Â
   Â
Tanpa sadar ia telah memainkannya cukup lama sampai tangannya terasa lelah. Saat pianonya berhenti, bulu kuduknya merinding seakan ada banyak orang yang sedang memperhatikannya.
   Â
Arlan melihat sekelilingnya, namun tak ada seorang pun yang berdiri di sana. Ia melihat sebuah lukisan di dinding yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya. Lukisan itu adalah foto dari wajah seseorang, sepertinya itu adalah pemilik rumah ini terdahulu.Â
   Â
Anehnya, lukisan itu terlihat seperti sedang menatap Arlan. Tapi pikiran itu di tepisnya dengan berjalan-jalan di sekeliling rumah itu. Lalu berjalan mengitarinya, sampai akhirnya kembali lagi ke halaman rumah.Â
   Â
"Aneh, bukankah pemiliknya mengatakan kalau rumah ini sudah lama tak di tinggali, tapi, kenapa keadaannya begitu bersih? Bahkan tak ada debu sedikit pun. Apa mungkin, setiap hari pemiliknya datang kemari untuk membersihkannya?"
  Â