Fanatisme memang sesuatu yang menjijikan, apalagi jika berkaitan dengan agama, politik, maupun budaya. Fanatisme yang kuat selalu akan menimbulkan perpecahan sosial dan selalu menimbulkan sampah-sampah pendapat yang seharusnya dibuang, terutama dari si fanatis.
"Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya" - Winston Churchill
Fanatisme cenderung tidak akan pernah mau menerima pendapat orang lain ketika pendapat itu bertentangan dengan pola pikir si fanatis. Namun yang lucu dari fanatisme adalah ketika si "pengidap" selalu berpikir bahwa bukan dialah yang fanatik, melainkan lawannya. Maka dari itu, si pengidap selalu tidak akan pernah mau mengalah sampai kapanpun dan berusaha untuk membela mati-matian pola pikirnya, walaupun misalnya pola pikirnya memang jelas salah.
Orang yang mengidap penyakit ini selalu berusaha "membenarkan" apa yang salah, dan "menyalahkan" pendapat orang yang berbeda dengan pola pikirnya. Orang yang mengidap fanatisme cenderung tidak mau membuka mata dan hatinya untuk melihat sesuatu secara global, melainkan hanya membuka sebelah mata di sebuah ruangan yang sempit dan berusaha mengajak orang lain untuk masuk ke ruangan yang sempit itu.
Fanatisme tidak akan membuat si pengidap menjadi lebih baik, walaupun dirinya akan merasa dia menjadi lebih baik ketika mengemukakan teori/pemikiran yang membuatnya benar. Fanatisme hanya akan menjadi kepuasan ego untuk menutup malu jika ternyata pemikirannya adalah sala, dikarenakan pengidap terlalu berlebihan dalam menyukai suatu hal, atau pembelaan sesuatu. Sebetulnya jika kita "meladeni" seseorang yang fanatik, kita hanya akan membuat suatu dialog yang dinamakan "debat kusir". Oleh karena itu, lebih baik hindari berdebat dengan orang yang fanatik, karena hanya buang-buang waktu tanpa diskusi yang jelas.
...
Tambahan saja, di bawah ini saya beri contoh mengenai sikap fanatisme seseorang yang menuduh bahwa orang lain fanatik dalam suatu hal, padahal si penuduh merupakan orang fanatik.. ini adalah salah satu status saya di Facebook pada tanggal 1 Maret 2014 lalu. Berikut isi statusnya:
Si B sedang memakai gamis.
A: "Hei lu kagak usah pake gamis2 deh, ini tuh Indonesia, bukan negara arab!"
B: "Maaf, tapi kenapa Anda memakai celana jeans dan kaos oblong? Ini tuh negara Indonesia, bukan negara Amerika"----
B: "Assalamualaikum, apa kabar ya akhi? Happy milad ya.."
A: "Waalaikumsalam, akhi? milad? Bilang aja bro/cing/cuy kek, kayak bukan negara Indonesia aja, ini bukan negara arab! Ya gue ulang taun, mstinya lu bilang happy birthday"
B: "Oh jadi bro, cing, cuy itu bahasa negara Indonesia ya? Hmm gue rasa happy birthday itu bahasa inggris, bukan bahasa indonesia"----
Si B lagi dengerin lagu sholawatan.
A: "Ckck gue kasian sama elo, lo dengerin lagu arab mulu, ini negara Indonesia cuy, mending kalo ngerti"
B: "Maaf sob, tapi gue juga ga pernah ngerti lagu2 anime yang sering lo dengerin di komputer lo, lagian ini Indonesia, kok muter lagu Jepang?"----
Dari cerita tersebut, telah jelas bahwa si A termasuk orang yang fanatik bin munafik.. mungkin ada lagi yang mau menambahkan contoh?
Memakai gamis, menggunakan bahasa arab, dan mendengarkan senandung arab itu "arabisasi"?? budaya arab??
Bagaimana dengan orang yang sering memakai pakean ala jepang (cosplay)? memakai pakaian budaya amrik seperti jeans dan kaos oblong? dengerin lagu2 jepang, korea, lagu2 barat? apa itu tidak termasuk jepangisasi, amrikisasi, koreaisasi? Mohon jangan judge orang fanatik dan munafik sebelum kita menyadari apakah diri kita termasuk orang2 itu. Mereka hanya bisa judge tanpa sadar bahwa mereka meninggalkan budaya2 Indonesia itu sendiri. Lebih banyak bicara tentang budaya, tapi tidak ada action.
Saya rasa itu hak untuk setiap orang, kalian boleh memakai baju ala arab, jepang, baju ala barat, style korea, dengerin lagu jepang, lagu korea, lagu barat, lagu arab, dsb..... selama tidak merusak moral, etika, dan kesopanan dalam memakai budaya luar..... why not?
URLnya adalah:Â https://www.facebook.com/cheyuz/posts/10203316752270599
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H