Bunyi lalu lalang, dan secangkir teh hangat mengisi ruangan ini sedikit lebih menyatu dalam ketenangan. Akan banyak tulisan yang sudah lama terbengkalai di belakang pikiran. Sore itu cuaca tidak cerah mengingat saat ini mendung gelap menggantung, menyembunyikan langit sore yang seharus nya indah berwarna jingga.Â
Keenam sosok berseragam putih biru sedang bercengkrama di sebuah warung di dekat sekolah. seharus nya mereka segera sampai rumah kemudian bisa menghabiskan sore dengan tidur ditemani gundukan selimut yang tebal dan secangkir coklat hangat. Diva, Dara, Bila, Lea, keyza, dan dhira hendak pulang tersadar adzan berkumandang.
"udah adzan woy" sahut Lea.
"eh iya nih pulang yu" jawab Kezya
melihat jam menunjukan pukul 6 dan ditambah rintikan hujan, mereka bergegas pulang dengan rute jalan yang berbeda.
"duluan ya!" teriak Dara yang sudah duduk di atas motor sambil mengenakan helm hijau.
Mereka sering menghabiskan waktu luang untuk berkumpul dan bertukar pikiran, jangan tersinggung, mereka pulang larut di waktu libur. Dara pulang menggunakan aplikasi ojek online, di selimuti rintik air yang turun cukup membuat baju putih yang dikenakan menjadi tampak transparan, di saat itu pula motor yang dikendarai nya tampak mendapati masalah.
"Kenapa ya pak?" tanya Dara
"Maaf neng ban nya bocor" jawab driver ojek sambil meminggirkan laju motor ke sebelah kanan jalan.
"Haduh yauda deh pak" jawab Dara.
"Maaf ya neng ga usah di bayar aja gak apa apa"
Dara pun sedikit kesal dan berharap ada kendaraan umum lewat karena biasa nya jam segini jarang terdapat kendaraan umum berlalu lalang.
"Dara!" Teriak Reza yang menghentikan laju motor nya di depan Dara.
"Eh Reza" jawab Dara
"Ko belum pulang?" Tanya Reza sambil melihat keadaan yang setengah gelap untuk seorang gadis.
"Ban motor ojek nya bocor, mau pulang ga ada kendaraan umum yang lewat" Jawab Dara dengan sedikit memelas agar di beri tumpangan.
"Cepet naik!" Sahut Reza.
"Eh tapi.."
"Udah cepet naik hujan nya bakal deras." Tegas Reza  yang merasa iba sambil memberikan jaket.
 Dara pun menerima tawaran yang diajukan teman putih biru nya itu. Dara merapatkan jaketnya sesaat rintikan gerimis mulai berubah menjadi hujan,
"Dar, mau berteduh dulu? Hujannya bakalan tambah deres. Itu ada warung, kita bisa beli makanan dulu sekalian nunggu hujanya reda." Tanya Reza sejenak khawatir jika diri nya atau Dara sakit jika menghadang hujan, dia berteriak dan berharap suaranya cukup didengar oleh telinga Dara, karena bunyi deruan angin dan rintikan hujan menimbulkan suara yang cukup berisik. Dara tidak setuju karena jam di tangan kiri nya sudah menunjukan pukul 7 malam.
Sesaimpai nya di rumah, Dara bergegas mandi menggunakan air hangat dan istirahat. Dia berpikir besok akan jadi hari yang bahagia bebagai harapan yang mungkin hanya khayalan menyelimuti malam itu tanpa sedikit rasa resah jika tidak terkabulkan.
Keesok hari nya adalah hari ulang tahun Dara. Hari ini masih sama seperti kemarin, cuaca lembab dan rintik hujan menyelimuti pagi itu. Hari itu tidak ada yang spesial mengingat Dara berdiam kaku di rumah dan terpikirkan bahwa tidak ada yang ingat hari ulang tahun nya.
Jam menunjukan pukul 3 sore, seperti biasa Dara dan Lea bergegas latihan kabaret. Dara pun berangkat tanpa pamit. Di tempat kabaret pun tidak ada yang mengingat hari istimewa nya ini, Dara pasrah. Kerutan di dahi dan nada tinggi setiap orang bertanya ke pada nya menandakan amarah yang dipendam dalam diam. Sesampaikan di tempat latihan dia hanya dia menjawab beberapa pertanyaan tanpa berbalik bertanya.
"Dar nanti jangan dulu pulang" tegas Lea
"Iya" jawab Dara tanpa mengerti apa yang di maksud Lea.
Latihan pun di mulai seperti biasa
Dilihat nya jam menunjukan pukul 6 sore, Dara berdiam diri mematung di ruangan tempat dia latihan, melihat sekeliling tampak sekat ruangan membagi ruangan yang cukup besar itu. Hanya terdapat lampu menyala di tempat Dara duduk.
Setelah semua orang kembali untuk bergegas pulang, lampu seluruh ruangan mati. Dara yang hanya berpikir untuk pulang tidak terpaling kan oleh teriak seseorang yang memanggil nama nya beberapa kali.Â
Dilihat nya Diva, Bila, Lea, keyza, dan dhira sedang memegang sebuah kue yang dihiasi taburan keju dengan lilin diatas kue bertanda 16 adalah hal tak terduga mengingat malam itu kelima teman nya bisa hadir tanpa ada yang berpaling. Ucapan selamat ulang tahun menggema di sekeliling ruangan terdapat beberapa teman putih biru nya yaitu Reza dan keempat teman nya yang ikut meramaikan kejutan ulang tahun Dara. Dara kembali tersenyum hingga kedua pipi nya memerah dan mata nya berkaca kaca bukan tanpa sebab dia tampak bahagia.
Â
16 bukan sekedar angka atau pun ucapan selamat setelah mendapatkan nya, tapi pemberian tuhan untuk belajar tumbuh dewasa dan kuat. Yang dia ingat, setiap ulang tahun bukan sekedar kue atau pun beberapa kado berjajar tapi, dikelilingi orang tersayang yang tak akan pernah terlupakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI