Mohon tunggu...
Chesilya Putri Wana Ranty
Chesilya Putri Wana Ranty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Negeri Malang

Chesilya adalah seorang perempuan muda yang memiliki hobi menulis dan bercerita. Menjadi content writer di salah satu organisasi perempuan dan aktif menjadi mahasiswa jurusan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Policy Mix: Exit Strategy untuk Menjaga Stabilitas dan Pemulihan Ekonomi?

29 Oktober 2022   22:13 Diperbarui: 29 Oktober 2022   22:22 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, mempercepat perluasan pasar valuta asing, memperluas ketersediaan instrumen lindung nilai, serta mendorong perdagangan dan investasi internasional.

4. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk meningkatkan UMKM dan usaha syariah, serta penguatan kebijakan hijau dan kebijakan kelembagaan Bank Indonesia untuk mendukung transmisi ke rendah -ekonomi karbon, memerlukan kebijakan ekonomi dan keuangan yang inklusif dan ramah lingkungan, terutama di sisi permintaan kredit.

5. memperluas kerjasama dengan bank sentral lain dan organisasi internasional, mendorong perdagangan dan investasi, dan memastikan pencapaian agenda prioritas di jalur keuangan adalah semua metode penguatan kebijakan internasional.

Bank Indonesia 7 days Repo Rate (BI7DRR)
Sebagai salah satu bagian dari policy mix atau kebijakan terpadu, Bank Indonesia mencuri start dengan menetapkan kenaikan BI7DRR lebih awal dengan alasan suku bunga 7DRR akan naik untuk mengantisipasi perubahan eksternal yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Hal ini dinilai sangat baik karena dapat menciptakan kesan pasar yang positif dan menanamkan kepercayaan publik bahwa semua isu yang ada saat ini masih terkendali.

Titik fokus dalam penetapan kebijakan ini adalah agar nilai tukar rupiah tidak semakin merosot dan berbahaya bagi perekonomian dalam negeri. Mengingat dampak dari merosotnya nilai tukar rupiah bisa menyebabkan inflasi yang tidak terkendali dan mencekik masyarakat utamanya kelas menengah ke bawah. Beberapa saran penulis untuk langkah yang bisa dilakukan adalah :

1. Pertumbuhan sektor industri barang dan jasa lebih cepat.. Industri terutama yang berorientasi pada ekspor memiliki peranan yang sangat besar terhadap penguatan nilai rupiah. Kita tidak bisa selalu mengandalkan kapasitas devisa dalam jangka panjang mengingat jumlahnya yang terbatas. Dalam jangka panjang kinerja transaksi perdgangan barang dan jasa ke luar negeri (ekspor) menjadi salah satu batu pegangan untuk perekonomian.

Oleh karena itu, ditingkatkannya daya saing ekspor barang dan jasa dengan menambah kualitas produk, bisa juga dengan memberi perhatian pada tingkat efisiensi produk yang diolah atau diproduksi. Karena selama ini komoditas ekspor kita masih didominasi dengan komoditas barang mentah yang bernilai tambah rendah.

2. Pemerintah harus menyiapkan dukungan yang intensif terhadap sektor aktual, khususnya industri prospektif, melalui pajak atau regulasi lainnya. Dukungan lebih perlu diberikan kepada industri dengan target pasar yang besar, terutama untuk mendorong ekspor. Penulis yakin, industri yang diberi dukungan intensif yang targeted akan menumbuhkan semangat dan daya beli masyarakat juga.

3. Pengelolaan dan koordinasi yang kuat melalui instansi bertugas. Misalnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang membawahi sejumlah kementerian teknis harus terus bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk mengembangkan kebijakan ekonomi yang inovatif.
 
Dari semua paparan di atas, exit strategy untuk menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi yang dipilih oleh Bank Indonesia yaitu dengan menyusun kebijakan terpadu merupakan pilihan terbaik.

Instrumen kebijakan moneter memang bisa mencapai stabilitas harga dan pemulihan ekonomi, tetapi hal ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar jika dibandingkan dengan gabungan kebijakan, apalagi dengan kebijakan makroprudesial yang cukup efektif dalam menjaga volatilitas nilai tukar dan stabilitas.

Namun, meskipun banyak sekali kemungkinan - kemungkinan positif yang terjadi jika memang policy mix atau kebijakan terpadu yang disusun oleh bank sentral ini berhasil untuk diterapkan secara maksimal, tidak menutup kemungkinan ada beberapa hal yang menjadi faktor eksternal yang bisa saja mengurangi kemaksimalan hasil kebijakan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun