Stasiun kereta pada kutipan di atas digambarkan sangat berbeda dengan stasiun kereta yang ada di bumi. Penulis membuat kita bermain dengan imajinasi kita saat membaca paragraf tersebut. Selanjutnya ada latar tempat rumah peristirahatan yang terlihat pada kutipan di berikut:
"Tidak banyak yang bisa kami lakukan sepanjang hari di rumah peristirahatan Ilo, karena secara teknis kami sedang bersembunyi, menghindari semua kekacauan di seluruh kota..."
Selain tiga latar di atas, dalam cerita juga terdapat latar sosial tokoh yaitu Raib berada dalam keluarga yang berkecukupan dan lingkungan yang baik. Hal ini terlihat pada kutipan dibawah ini:
"Kamu bawa saja payungnya, Ra." Papa menoleh, menunjuk ke belakang. "Tenang saja, di kantor nanti Papa bisa minta tolong satpam membawakan payung ke parkiran. Atau menyuruh siapalah untuk memarkirkan mobil." Papa seakan mengerti apa yang kupikirkan..."(hal.13)
Pada kutipan di atas kita dapat melihat bahwa Raib berasal dari keluarga yang berkecukupan, papanya seorang pekerja kantoran yang memiliki mobil pribadi. Beberapa peristiwa juga menggambarkan bahwa Raib tampak akrab dengan warga sekolah yang dapat dibuktikan oleh paragraf berikut :
"Lusa kantinnya tutup lho, Neng. Sudah tahu belum?" Mamang batagor basabasi mengajak bicara, sambil mencari uang kembalian dari sakunya..."(hal.60)
Cara mamang batagor mengajak Raib berbicara tampak bahwa ia sudah mengenal Raib dengan baik. Selain itu, pada klan bulan terjadi hubungan sosial yang agak sedikit berbeda dengan Klan Bumi. Pada Klan  Bulan terlihat perbedaan status antara orang-orang kaya dengan penduduk biasa. Orang-orang kaya atau mempunyai keistimewaan biasanya tinggal di rumah bulan di atas permukaan tanah sedangkan penduduk biasa bertempat tinggal di kota bawah tanah. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah:
"...Atau kamu bisa memilih tinggal di kota bawah tanah, lebih banyak penduduk yang memiliki rumah di bawah sana, para pekerja, petugas kota. Di bawah fasilitas lebih lengkap, pusat perbelanjaan, hiburan, hotel mewah, apa pun yang dibutuhkan seluruh kota. Sebenarnya peradaban Kota Tishri ada di dalam tanah. Hanya orang kaya yang memiliki Rumah Bulan di atas permukaan."(hal. 273)
Karena hal itu, hubungan sosial antara penduduk biasa dengan orang kaya yang tinggal di atas permukaan tidak terjalin dengan baik atau akrab seperti di bumi.
Selanjutnya adalah sudut pandang pengarang, pada Novel Bumi, pengarang berada pada sudut pandang orang pertama pelaku utama. Di dalam novel tersebut kita akan menemukan banyak sekali kata "aku" di setiap cerita. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut :
"Aku menghela napas, beranjak berdiri, meletakkan si Putih. Baru pukul sembilan, aku memutuskan tidur lebih awal. Tidak ada hal seru yang bisa kulakukan dengan seekor kucing aneh terus mengawasiku. Aku malas mengenakan sandal, pergi ke kamar mandi, gosok gigi."(hal.38)
Raib mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang dialaminya sendiri secara batin dan fisik maupun yang berhubungan dengan sesuatu yang di luar dirinya. Ia menjadi pusat cerita, pembaca akan terfokus terhadap semua yang terjadi pada Raib.
Selain unsur-unsur diatas yaitu unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik pada Novel Bumi Tere Liye. Setelah membaca Novel Bumi, saya dapat berasumsi bahwa Tere Liye merupakan seorang pengarang yang luar biasa dengan pemikirannya yang sangat imajinatif. Di dalam novel, saya banyak menemukan hal-hal yang rasanya di luar nalar manusia, tapi kenyataannya Tere Liye dapat membawa pembaca ke dalam dunia imajinasinya yang unik itu. Penyampaian cerita yang sederhana, membuat saya menikmati lembaran demi lembaran cerita pada novel, seolah-olah saya melihat di depan mata apa yang sedang disampaikan oleh Tere Liye.
Di dalam Novel Bumi, Tere Liye tampak sangat luas, ia menampilkan banyak pengetahuan yang mungkin belum diketahui banyak orang. Meskipun memiliki pemikiran yang berlian, Tere Liye tidak ingin mempublikasikan kehidupan pribadinya untuk umum. Nama Tere Liye merupakan nama samarannya yang diambil dari Bahasa India yang berarti untukmu. Hal ini sangat berbeda dengan penulis-penulis lainnya yang menampilkan biografi diri pada buku-buku mereka.
Tere liye merupakan seorang pria yang lahir di pedalaman Sumatra Indonesia. Tere liye berasal dari keluarga yang sederhana, orang tuanya bekerja sebagai petani di desanya. Ia pernah menempuh pendidikan di tempat yang berbeda-beda di tiap tingkatnya yaitu SD dan SMP di Sumatra selatan, SMA di lampung, dan kuliah Universitas Indonesia. Hal itu membuatnya mempunyai wawasan yang luas. Berada di lingkungan yang sederhana membuat ia lebih terbuka untuk berbagi melalui buku-bukunya yang sangat bagus. Sampai saat ini buku-buku beliau merupakan buku-buku best seller negara.Indonesia sangat beruntung karena memiliki pengarang-pengarang hebat yang masih aktif sampai saat ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H