Akhir masa SMA yang harusnya ceria belia dan penuh tawa di tahun itu, perasaan ku ini masih tetap tertutup awan cumulonimbus. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan rohani di suatu daerah. Tentunya daerah ini jauh dari rumah, apapun sebenarnya bisa dilakukan untuk meluapkan emosi dan kekecewaan. Namun tidak kulakukan.
"Sia-sia" tegasku dalam hati.
-------------------------
Satu sampai dua hari kegiatan ini berlangsung, datar sekali. Tidak ada yang menarik. Entah itu mengenai laki-laki yang tampan ataupun acara yang menarik. Tidak ada. Hanya menurutku saja tidak ada yang menarik. Beda dengan teriakkan temanku yang sepertinya acara itu sudah mampu merubah kondisi hatinya. "ah, enaknya dia mendapat kegembiraan itu" gumamku.
Hampir saja akan pulang ke rumah, dan hampir saja aku merasa perasaan kecewa lagi, tiba-tiba bus yang kami kendarai macet total dan mengharuskan kami semua yg ada di bus itu, untuk menunda perjalanan pulang.
Dan disitulah awal cerita ini dimulai.....
          -------------------------------------------------
*Terdengar petikan suara gitar*
Tanpa memperdulikan kondisi bus ku yg rusak, aku lari menuju suara gitar itu. Kudapati seorang laki-laki yang memainkannya.
Aku pun duduk, lalu spontan bernyanyi menyanyikan lagu yang sama dengan laki-lai itu. "ah Bagusnya permainan gitar itu" kataku dalam hati.
"Ayo dek, nyanyikan satu lagu yang kau suka" sambil menoleh ke arahku laki-laki itu tiba- tiba meminta aku bernyanyi.