Mohon tunggu...
Maschun Sofwan
Maschun Sofwan Mohon Tunggu... Penulis - Blog : Aleniasenja.com | IG : @maschunsofwan | Youtube : Maschun Sofwan

Jejak Rindu Di Telaga Nurani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Cinta, Biarku Saja

14 Februari 2018   21:54 Diperbarui: 14 Februari 2018   21:55 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memilikimu, aku tak bisa bilang jika itu cuma anugerah terindah yang Tuhan titipkan untukku. Aku lebih nyaman dan menyukai kalimat "malaikat bahagia bernama cinta" yang Tuhan berikan untukku bahagia Dalam hidup yang aku jalani di dunia ini. Sebab, yang aku perjuangkan bukanlah sekedar akibat dari cinta tanpa bahagia, cinta tak terbalas, cinta tanpa rasa atau cinta hanya tinggal cerita atau kenangan belaka.

Tapi ini rasa yang nyata, rasa yang terasa begitu berarti untuk selalu aku genggam erat dalam hati hingga waktu memisahkan jasad dengan rohku nanti. Bahagia itu kau, kau yang selalu ada dalam hatiku bahkan jiwaku seutuhnya.

Dirimu yang selalu tegar mendampingiku dan menjaga rasa itu bahkan hingga saat ini ketika kehadiranmu tak lagi ada. Karena hari itu, kau telah pergi untuk selamanya. Tinggalkan waktu dan cinta serta masa depan yang ingin kita perjuangkan bersama. Aku sangat peka akan cerita tentangmu hingga detik ini. Rasanya aku tak butuh teknologi canggih untuk mengabadikan semua tentangmu dalam sebuah memori ataupun rekaman, karena kau dihatiku.

Kau selalu terjaga dengan indah. Seindah dulu, ketika pertama kali kau tersenyum syahdu disekitarku. Bila ku ingat pertama kali aku melihatmu di sekolah, aku tak pernah menebak dan menyangka jika senyummu pada hari itu akan memberikanku sebuah cinta untuk selamanya. Sejak hari itu, aku mulai terbiasa dengan senyum mu dan perlahan kita saling mengenal tanpa tau apa yang sedang kita rasakan dalam penantian.

Hingga menginjak kelas tiga SMA, kita tak pernah tau tentang hati dan rasa yang tersimpan erat dalam hati. Karena, setiap aku mengutarakan rasa cinta itu kepadamu, kau selalu bilang kepadaku, kika jodoh pasti bertemu dan sejak saat itulah kita saling menjalani tanpa ada ikatan pacaran. Namun yang jelas, kita saling mengenal dengan baik.

Jika hati saling mengerti dalam sebuah ikatan batin yang saling merasakan cinta. Setelah lulus SMA, kita terpisah jarak untuk waktu yang lama karena harus menjalani masa kuliah ditempat yang berbeda. Namun komunikasi berjalan dengan baik melalui surat. Sesekali jika ada waktu luang, kita saling bertemu untuk sekedar bercerita tentang kehidupan masing-masing. Rasaku dan rasamu terjaga dengan baik tanpa mengetahui apa yang sedang aku rasa dan kau rasa. Namun yang jelas,

Ada rindu ketika waktu saling berjauhan dan rasa ingin bersama dikala sepi mengharap bahagia. Kita saling menjalani, menjaga, dan setia dengan rasa dihati dan percaya.

Jika suatu hari kelak kita akan dipertemukan dalam bahagia yang sah. Aku juga masih teringat sangat jelas dalam benakku, Jika menghadirkan kamu dalam hidupku bukanlah perkara yang mudah. Aku menunggumu untuk waktu yang lama agar kamu bisa mencintaiku seutuhnya dalam setia yang tak mudah untuk aku genggam. Namun aku selalu menunggumu dengan keyakinan yang penuh cita jika suatu hari kelak kamu akan menjadi bahagiaku. Hidupku dan juga matiku.

Belum lagi pertentangan orang tuamu yang menjadi daya cobaan yang begitu berat untuk kita bersatu. Mereka tak menginginkanku kala itu untuk hadir dalam hidupmu karena aku bukanlah lelaki pilihan mereka dan orang yang tepat untuk mendampingimu. Namun aku berjuang, karena keyakinanku itu, bahwa aku bisa membahagiakanmu. Sejak saat itulah aku terus berjuang menyakinkan orang tuamu agar dapat restu dari mereka walaupun dengan susah payah.

Pada akhir perjuangan itu, mereka memberi hubungan kita restu juga setelah menilaiku adalah lelaki yang pantas memberikan kau bahagia seumur hidupmu. Setelah lulus kuliah, aku telah memiliki pekerjaan. Aku melamarmu dan merencanakan pernikahan dengan sangat baik dan melangsungkan pernikahan penuh dengan kebahagian bersama orang-orang tercinta.

Kebahagian itu kita jalani dengan penuh cerita dan juga duka. Namun aku dan kau selalu mampu melewatinya tanpa ada dusta didalamnya hingga kau mengandung anak pertama kita. Aku dan kau sangat bahagia menanti kehadiran buah hati kita dan kau selalu meminta, Jika anak kita lahir nanti dan berjenis kelamin perempuan, maka harus diberi nama Cinta. Sembilan bulan kehamilanmu, pada malam itu kau begitu tenang menghadapi persalinanmu. Kau berkata kepadaku, "Ayah, Bunda sepertinya ingin melahirkan dan mohon antarkan Bunda ke bidan persalinan".

Aku menjawab antara cemas, panik dan bahagia. Semua bercampur aduk menjadi satu kala itu. "Iya Bunda, bertahanlah, Akan Ayah antarkan ke tempat bidan persalinan". Aku antarkan kau ke tempat bidan persalinan dan kamu selalu mengenggam tanganku erat dan meminta jangan melepaskannya hingga sampai ke rumah bidan. Sampai ke rumah bidan, aku sangat gelisah dan sangat panik saat itu ketika menunggu persalinanmu.

Apa yang aku rasakan terasa sesak ketika proses persalinanmu menemui kendala. Dimana saat anak kita telah kau lahirkan, kau kehabisan energi dan mengalami pendarahan yang hebat. Karena ditempat bidan tak mencukupi persediaan darah yang ada dan juga peralatan medis yang serba terbatas, bidan menyarankan agar dibawa ke rumah sakit yang cukup jauh dari tempat bidan tersebut.

Kau tak sadarkan diri, Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Aku selalu memegang tanganmu dan wajahmu yang terlihat pucat dan lemah tak berdaya. Tak terasa air mataku menetes melihat kondisimu dan juga orang tuamu dan orang tua ikut prihatin dan sedih melihat keadaanmu. Sampai dirumah sakit, kau langsung dibawa ke UGD dan ditangani oleh para dokter.

Aku menunggumu bersama orang tuamu dan juga keluargaku dengan sangat cemas dan sangat takut akan terjadi sesuatu kepadamu. Selang beberapa jam kami menunggu, dokter pun keluar dari ruangan dan kami pun menemukan dokter untuk bertanya keadaanmu. Dokter dengan wajah sedih dan mengatakan jika aku harus bersabar menerima kenyataan yang terjadi jika nyawamu tak bisa tertolong lagi. Mendengarkan perkataan itu, orang tuamu dan orang tuaku terjatuh pingsan.

Pada saat itu, mendengarkan perkataan dokter, duniaku seakan menghilang dan seakan jiwaku pergi entah kemana dan air mataku tak tersadari mengalir deras membasahi seluruh wajahku. Aku bergegas melihatmu, melihat kamu yang tersenyum syahid dalam pangkuannya. Rasanya aku aku tak mampu menahan kesedihanku hingga tanpa tersadari aku terjatuh pingsan dan ketika aku terbangun, aku berada di pembaringan rumah sakit. Orang-orang tercinta berada disampingku dan berkata, "Apakah kau sudah sadar Nak?", "Alhamdulillah, Aku sudah sadar."

Sambil memegang kepala yang terasa pusing, aku melihat tak ada dia. Dia yang selama ini selalu ada disetiap nafasku dan aku pun bertanya kepada mereka, "Bunda kemana? Apakah dia baik-baik saja?", "Yang sabar ya Nak," kata Ibuku menjawab dengan wajah sangat sedih kala itu. "Kok kalian pada sedih dan menangis, memang apa yang terjadi dengan Bunda?, Apa yang terjadi!, Katakan kepadaku Ibu!"

Aku seakan hilang ingatan paska pingsan tersebut. Padahal sebelum mengalami pingsan, aku sudah melihat dan mengetahui jika kau yang merupakan hidupku selama ini telah pergi, meninggalkan aku, anakmu, dan keluarga tercinta untuk selamanya.

Kepergianmu meninggalkan kesan yang teramat kehilangan bagiku, bukan aku terlalu meng-Tuhan-kan wujud ciptaan-Nya, namun kau terlalu berharga untuk lenyap dalam waktuku. Bukan pula aku merasa cemburu dan iri ataupun merasa dunia ini tak adil ketika Tuhan lebih menyanyangimu, hanya saja aku tak sanggup menghadapi waktu sendirian tanpa hadirmu.

Kepergianmu, aku seperti kehilangan hidupku. Gelap melenyap menghilang entah kemana. Senyum itu redup. Tawaku menghilang dan semangatku tertatih menghadapi kenyataan yang ada terbenani pasti.

Taukah engkau, jika disini aku sangat merindukanmu, Merindukanmu yang pernah mengisi hariku penuh dengan warna, pelangi bahkan bintang-bintang yang kau persembahkan untukku. Taukah engkau, Begitu banyak cinta diluar sana yang menawarkan keindahan dan tempat untukku berlabuh, namun aku tak bisa singgah ditempat itu ketika aku teringat kamu disana. Air mata ini begitu sering menetes dan gambaran diwajahku menjadi pertanda jika aku terlalu setia untuk menjaga cintamu, walaupun kurasa itu hanya akan membuatku terluka dan semakin menderita tanpa seseorang kekasih hati disampingku.

Namun janji itu telah membuatku tersenyum dan kembali semangat ketika aku memandangi foto usangmu, bahwa kau selalu ada disini, di sampingku, dan dihatiku yang ingin selalu aku jaga bersamaan dengan masa depan dan kebahagian untuk anak kita, anak yang saat ini telah menginjak usia 3 tahun paska kepergianmu.

Dia bernama Cinta, nama yang selalu kau inginkan setelah kita menikah dulu, saat kau hamil dulu. Jika anaknya nanti perempuan maka kau meminta agar diberi nama Cinta. Dan permintaanmu telah aku tepati dengan baik dan saat ini. Taukah engkau, jika Cinta sedang tersenyum memandangiku. Dia Cinta, dia sangat cantik sepertimu, dia sangat manis sepertimu, dia sangat lucu sepertimu, dia sangat bawel sepertimu dan dia begitu tangguh dan ceria seperti kamu.

Dia selalu bertanya tentang kamu, bahkan disaat dia ingin tidur, dia selalu meminta untuk diceritakan semua tentangmu saat kau masih ada disini. Dan dia akan terlelap ketika aku belum selesai menceritakan tentangmu. Ya tentangmu yang saat-saat terakhir ada disini. Ketika malam itu, ketika Cinta kau lahirkan kedunia ini. Dia terlahirkan, namun kau tak terselamatkan karena harus kehabisan energi dan mengalami pendarahan yang parah.

Dia selalu tertidur disaat ceritaku memasuki ranah menyedihkan itu. Aku tak paham dan mengerti kenapa selalu begitu. Namun yang jelas, ada kesedihan yang teramat dalam di wajahnya dan dia tak mampu mendengarkan cerita itu. Dia lebih menyukai aku yang ceria, semangat dan tak pernah menyerah dan sama seperti kamu yang tak pernah mengeluh menghadapi hidup yang penuh cobaan dan rintangan saat itu. Aku harap kau disana jangan takut jika aku akan meninggalkannya, ataupun memberikan belaian kasih sayang yang baru untuknya.

Aku akan menjaganya bahkan aku tak akan membiarkannya terluka sedikit pun dan tersentuh amarah kejamnya waktu dunia ini yang akan menyakiti dirinya. Aku mengerti, aku memang tak bisa berjanji akan selalu ada disisinya. Namun kau harus percaya denganku, bahwa aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya hingga nanti. Nanti dan nanti ketika aku tak dapat melihat senyum cerianya seperti hari ini.

Taukah engkau, dia selalu berulah cerdik sepertimu. Suka bercanda dan selalu bertanya untuk hal yang baru. Dia sangat bawel sepertimu dan membuatku merasa jika kau juga tersenyum melihatnya saat ini ketika Cinta selalu bertanya kepadaku, "Ayah, spakah aku sudah mirip dengan Bunda?"

Aku selalu menjawab dengan sangat ramah dan penuh canda, jika dia sangat mirip denganmu walaupun terkadang dia terlalu memaksa untuk bertemu denganmu. Pertanyaan selalu dia ulangi disaat dia melakukan sesuatu dalam kesehariannya. Memang tak mengapa bagiku, namun disaat dia tertidur pulas, aku sering merasa sedih melihat wajahnya jika dia sangat merindukan seorang ibu dalam waktunya.

Pernah juga pada saat ulang tahunnya, dia menangis didekapku dan bertanya, "Ayah, apakah hari ini Bunda akan datang merayakan ulang tahunku?". Aku bingung menjawabnya. Namun dengan nada ceria, aku menjawabnya dengan penuh kasih sayang dengan mengatakan, "Iya nak, bundamu akan datang kesini dan melihatmu berulang tahun hari ini."

Hingga ulang tahunnya berlalu, dia disibukan dengan banyaknya permainan dan juga teman sebayanya yang datang, membuat ia lupa akan pertanyaan itu. Namun dia akan bertanya esok harinya, ketika ulang tahunnya usai. "Ayah, apakah Bunda datang kemarin?"

Aku jawab dengan penuh senyum, "Ia nak, bundamu datang kemarin dan dia menemanimu seharian bermain dan bundamu sangat bahagia". "Ayah, Kok Bunda tidak lama dan tinggal disini saja sama kita?", "Bundamu selalu ada disini nak, bersama kita, melihat kita, menjagamu dan memberimu kasih sayang seperti Ayah yang selalu ada buat kamu."

Cinta selalu begitu, bertanya tentang bundanya ketika ia teringat dan biasanya menangis jika tak diberi penjelasan yang kuat. Namanya juga anak-anak, walaupun setiap hari Jum'at ia selalu aku ajak ke tempat peristirahat terakhir bundanya dan dia mengetahui jika bundanya telah tiada. Namun tetap saja, jika pada hari-hari tertentu dia selalu begitu, bertanya dan bertanya tentang bundanya.

Saat ini aku dan dia tinggal bersama neneknya dan neneknya lah yang selalu menemaninya setiap hari untuk bermain, ke sekolah, dan juga dirumah karena aku siang hari harus bekerja. Semakin hari ia tumbuh menjadi anak yang cantik, ceria, ramah dan juga sangat cerdas. Aku sangat bahagia dengan perkembangannya dan juga pertumbuhannya. Aku harap kamu yang disana juga merasa bahagia seperti apa yang aku rasa.

Sepuluh tahun berlalu, kini ia telah menginjak usia 12 tahun dan duduk dibangku kelas 2 SMP. Dia tumbuh menjadi anak yang soleha, berbakti, ramah dan sangat menyayangi ayah dan neneknya. Aku merasa bangga memiliki kamu dan Cinta yang sudah besar saat ini dalam hidupku. Walaupun neneknya dan dia pernah bilang agar aku menikah lagi, namun aku selalu menjawab iya dan iya sambil bercanda dan tertawa bersama mereka.

Namun hingga saat ini, niat itu tak pernah aku pikirkan kembali. Bukan tak ingin memiliki seseorang wanita lagi dalam hidupku, namun melihat Cinta yang saat ini selalu menanti ayahnya pulang kerja di depan rumah sama persis ketika kau masih ada disini.

Aku merasa jika kamu adalah wanita terakhir yang bisa aku cintai dan rasanya aku tak butuh tempat lain lagi hingga nanti ketika aku bisa bertemu denganmu lagi disana kelak dalam sebuah keabadian. Aku harap kau tak merasa sedih dengan keputusanku itu, dan jangan takut jika aku kekurangam kasih sayang dalam hidupku karena itu tak biasa aku rasa.

Aku sangat bahagia, sebahagia ketika kamu ada disini dan Cinta anak kita yang selalu ada disini dan aku pikir itu telah cukup buatku bisa tersenyum dan semangat dalam menjalani hari seperti dulu. Dan kamu, jangan takut jika aku melupakanmu. Do'aku dan Cintamu selalu teralunkan kalimat indah setiap waktu agar kau juga merasakan hal yang sama disana yaitu bahagia. Hingga nanti, disaat waktu yang tak mampu kutebak. Aku bahagia bisa memilikimu dan juga Cinta saat ini selalu ada disampingku.

Terima kasih untuk semuanya, karena kau aku bisa bahagia seperti ini. Tentang Cinta, aku selalu mengajarinya hal-hal yang berguna dan bermanfaat untuknya dan untuk masa depannya agar dia bisa bahagia seperti aku yang terlalu bahagia memiliki wanita sepertimu. Jika kau bertanya, apakah aku akan meninggalkan kamu, kisah kasih itu dan Cinta yang sangat bahagia denganku saat ini? Dan memilih tempat lain untuk memulai cerita yang baru dengan hati yang baru?

Tidak, aku lebih menyukai disini, disini menghabiskan waktu bersama Cinta dan juga neneknya yang terlalu menyayangiku seperti kamu dulu. Cukup bahkan lebih, rasanya aku tak butuh tempat lain lagi untuk bahagia. Bahkan hingga nanti, ketika aku mulai merasa lelah dan ingin tertidur pulas dalam pangkuan-Nya. Aku harap kau masih setia juga menungguku disana di tempat yang indah dalam keindahan dan kebahagian abadi.

30 tahun sudah waktu berlalu paska kepergianmu, perasaanku masih sama seperti dulu, seperti ketika aku mencintaimu setulus hati dan tepat pada hari ini merupakan hari ulang tahun pernikahan kita.

Aku tau, pada hari ini kau tak bersamaku disini. Namun aku merasa kau ada disini, dalam hatiku. Dan dihari ulang tahun pernikahan kita, anak kita Cinta memberikan kado spesial untuk ayahnya yaitu album fotomu dan aku. Fotomu yang selalu ia jaga hingga saat ini. Bersamaan itu juga, anak kita Cinta telah aku perjuangkan untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang sarjana kedokteran dan ia sangat bahagia.

Cinta telah menjadi wanita dewasa dan aku pikir dia berhak menentukan masa depannya sendiri. Aku harap ia menemukan jodoh yang terbaik dalam hidupnya. Cinta selalu bercerita kepadaku agar ia bisa bertemu dengan jodoh yang sama seperti ayahnya yang selalu setia. Pantang menyerah, tangguh, dan menyayanginya seumur hidupnya. Aku harap do'a itu dapat terkabul karena dia berhak mendapatkan orang-orang terbaik dalam hidupnya seperti kamu disana yang juga harus bangga dan bahagia memiliki Cinta dan aku disini.

Dimasa senjaku ini, aku selalu memohon disetiap tetesan air mata dalam do'a sujudku kepada-Nya agar aku dapat kembali dengan tersenyum bangga. Bahagia dan tenang melepas kedua mataku terpejam meninggalkan kisah ini dan mengakhiri denyut nadiku dengan kalimah syahdu Tuhanku dan bisa dipertemukan kembali dengan kamu. Kamu yang selalu ada dalam hatiku, saat ini dan untuk selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun